x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sudahkah Anda Bekerja Sepenuh Hati?

Jika Anda bekerja sepenuh hati, akan diperoleh hasil terbaik. Kerjasama tim bakal berjalan lancar. Setiap orang siap memberi kontribusi terbaik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

"Put your heart, mind, and soul into even your smallest acts. This is the secret of success."
--Swami Sivananda (Filosof, 1887-1963)

 

Setiap hari, kita bertemu dengan suasana yang beragam di tempat kerja. Ada teman kerja yang memulai pagi dengan ceria—wajahnya berseri-seri. Ada yang begitu melihat meja kerja langsung bersungut-sungut: “Ini lagi, ini lagi!” Ada pula yang berwajah lesu melihat laporannya dikembalikan: “Apa lagi yang keliru.” Ada juga yang begitu bersemangat: “Asyik, kita dapat satu klien lagi”.

Aura wajah (dan gestur tubuh) menguar dari suasana yang tengah bermukim di hati. Bila hati sedang kesal, aura yang muncul begitu kusam: muka ditekuk, mahal senyum, mata waspada, kening berkerut. Berbeda dengan aura orang yang tengah bergembira—sikap optimistisnya berdampak positif terhadap orang sekelilingnya. Teman satu tim, bawahan, maupun atasan ikut merasakannya.

Jika Anda bekerja sepenuh hati, teman-teman sekerja Anda boleh merasa lega—artinya, tidak ada rintangan psikologis untuk menyelesaikan pekerjaan. Kerjasama tim bakal berjalan lancar. Setiap orang siap memberi kontribusi terbaik.

Di hadapan manajer, siapapun bisa mengatakan sudah bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan sepenuh hati. Tapi, manajer berpengalaman tak bisa disiasati; ia mampu mengenali apakah Anda bekerja sepenuh hati atau sekedar mematuhi perintah dari hasil kerja Anda. Nah, Anda pun dapat mengenali tanda-tanda apakah Anda sudah bekerja sepenuh hati atau belum. Tanda-tanda itu adalah:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, Anda menyukai pekerjaan Anda. Jika Anda berupaya menghindari suatu pekerjaan, sangat boleh jadi Anda tidak menyukai pekerjaan itu—alasannya bisa bermacam-macam, misalnya gentar terhadap besarnya tantangan, bosan dengan pekerjaan serupa yang berulang-ulang. Kalaupun Anda tidak bisa menghindari, Anda akan berusaha menyelesaikan pekerjaan tersebut secepat-cepatnya. “Yang penting beres,” begitu ucapan yang sering terlontar.

Kedua, Anda menikmati prosesnya. Jika Anda menyukai suatu pekerjaan, Anda pasti juga menyukai proses penggarapan pekerjaan itu. Sedari awal, Anda tekun membuat rancangan, menyusun jadwal, melakukan riset dan persiapan, serta memasang target-target yang harus diraih dalam jangka pendek. Anda begitu antusias, menikmati, dan memperoleh kesenangan dari menjalani proses tersebut. Lebih dari itu, Anda berusaha menghasilkan yang terbaik.

Ketiga, Anda menemukan makna dan nilai di dalam pekerjaan. Anda mungkin bekerja asal-asalan bila Anda merasa bahwa suatu pekerjaan tidak bernilai. Maknalah yang lazim membangkitkan antusiasme, passion, dan spirit saat bekerja. Anda bekerja sepenuh hati karena pekerjaan Anda memberi manfaat bagi banyak orang (Bekerja itu bukan semata mencari duit!).

Keempat, Anda bangga terhadap apa yang Anda kerjakan. Orang yang tidak menyukai suatu pekerjaan tidak akan memiliki kebanggaan terhadap pekerjaan itu. Anda juga tidak akan suka membicarakan pekerjaan itu lagi, atau hanya mengutarakan pengalaman-pengalaman pahitnya saja, berkeluh kesah. Bila Anda bangga, Anda senang dan bahagia menyelesaikan pekerjaan dan merasa memiliki pekerjaan itu. Anda mungkin akan bercerita tentang pengalaman mengesankan dalam menggarap pekerjaan itu.

Kelima, Anda berupaya memperbaiki kualitas. Sebagai kebanggaan, Anda ingin hasil pekerjaan Anda betul-betul bagus. Anda berusaha memperbaiki setiap kelemahan, bukan hanya pada hasil akhir, tapi juga prosesnya. Anda berupaya agar prosesnya berjalan efisien, sederhana atau tidak rumit, dan hemat biaya.

Keenam, Anda senang menerima tanggung jawab. Karena menyukai pekerjaan tersebut, Anda siap menerima konsekuensi apabila hasil pekerjaan itu tidak sesuai dengan harapan atasan, pelanggan, ataupun harapan Anda sendiri. Anda bersikap positif dalam menerima kenyataan dan tidak akan menyalahkan orang lain. Bila kurang berhasil, Anda segera bangkit dan berusaha lebih baik lagi.

Ketujuh, Anda berkonsentrasi penuh dan betul-betul fokus. Bila Anda bekerja dengan hati dan pikiran yang menyatu, Anda akan fokus, tidak tergoda oleh urusan lain. Perhatian, energi, maupun waktu Anda tercurah sepenuhnya pada pekerjaan tersebut sebab Anda menyadari makna dan nilainya. “Urusan lain, nanti dulu.” Anda menjadikan pekerjaan itu prioritas dibanding kegiatan lain.

Kedelapan, Anda bersikap terbuka. Karena ingin memperoleh hasil terbaik, Anda akan bersikap terbuka terhadap masukan dan gagasan baru dari orang lain. Anda mau mendengarkan, bersedia belajar, dan berusaha memperbaiki kinerja Anda (“Tidak ada manusia sempurna, kan?”). Sangat mungkin, Anda menjadi lebih kreatif dan bertambah produktif karena bersedia menyerap ide-ide baru, bahkan juga mendapat suntikan semangat baru dari kawan-kawan Anda (“Ayo, kita bisa lebih baik lagi!”).

Itulah tanda-tanda bahwa Anda bekerja sepenuh hati, bukan hanya dengan pikiran (tapi hati bersungut-sungut). (foto: tempo) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler