x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sedatephobia dan Manusia Kota yang Menolak Sepi

sepi dan kesepian kadang dibutuhkan manusia sebagai sarana bermeditasi,menyegarkan diri dan pikiran serta membebaskan diri dari keterkungkungan keramaian

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Di dalam keramaian aku masih merasa sepi….

Lirik lagu itu dulu terlalu mengada-ada bagi saya, namun nyatanya ada benarnya juga.   Ah bukan, saya tidak hendak menulis tentang segala macam kisah sedih percintaan yang bakal membuat para  jomblo galau makin baper dan gundah gulana dalam jurang kenestapaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tenang, lirik itu hanya mengingatkan saya tentang perilaku orang-orang kota yang hampir setiap saat terkurung dalam ruang bernama keramaian ,namun di saat itu pula mereka sering merasa ketakutan terhadap rasa kesepian . Sungguh sebuah paradoks yang agak menggelikan.

Makin mbulet ya tulisan ini, tapi mari kita cermati sebentar. Bagi yang memiliki hobi dolan ke Mall , pernahkah terganggu dengan suara-suara bervolume keras melebihi kekuatan desibel yang bisa diterima kuping manusia, yang disetel secara bersamaan dari berbagai gerai yang tersebar. Seolah-olah semua suara itu ingin menunjukkan akulah yang paling juara sound system nya. Kuping kita yang hanya dua buah dipaksa menerima serbuan polusi suara dari berbagai arah mata angin. Semoga kita dijauhkan dari sakit telinga akibat cuci mata.

Mungkin masih ada yang bisa mentolerir lomba banter-banteran suara di pusat perbelanjaan karena masih masuk dalam ranah publik yang tentunya tidak begitu masalah kalau harus nyetel bebunyian dengan volume pol. Tapi di dalam rumah tangga yang sifatnya lebih privasi saja terkadang kita masih disuguhi dengan atraksi berisik. Tidak percaya kan? Gini saya pernah main ke rumah salah seorang kawan. Sejak dari masuk sampai saya keluar rumah itu, televisinya menyala terus dengan volume kencang tanpa ada yang nonton. Sempat saya bertanya di sela-sela obrolan, apa suara televisi ini tidak mengganggu, dan dia pun hanya menimpali singkat “gak papa biar rame”. Disaat itulah saya merasa pingin pindah ke daerah yang sering terkena pemadaman listrik.

Mari kita pindah lagi settingnya di jalan raya, terutama saat jam berangkat atau pulang kantor. Betapa jalan raya berubah menjadi padang kurusetra dimana kekuatan dan kesaktian kita ditempa dalam medan ganas perang bharatayudha. Di saat antrian kendaraan mengular di seputaran traffic light dan lampu merah belum berganti menjadi hijau, ribuan manusia penunggang besi berjalan sudah murka dengan menekan tombol klakson sekerap dan sepanjang mungkin. Sungguh sebuah pertunjukan parade jalanan yang luar biasa hingar bingarnya. Perkara kendaraan jadi bisa jalan atau tidak karena bunyi klakson, yang penting suasana jadi rame.

Weits, saya belum selesai ngasih contoh nih. Bagi para pengguna kendaraan umum, baik bus, kereta, angkot bahkan ojek sekalipun, pasti paham dengan keadaan ini. Banyak penumpang yang senyum bahkan terkadang bersenandung dan bergoyang tanpa sadar dengan kuping tersumpal earphone. Perilaku yang dianggap wajar di era kekinian, padahal suasana di dalam kendaraan sudah ramai, yang akibatnya mereka cenderung memainkan lagu dalam gadget dengan volume maksimal. Bisa dibayangkan kasihan pendengaran yang dipaksa menerima suara bertubi-tubi setiap hari setiap saat. sekali lagi Tuhan, lindungilah telinga-telinga kami.

***

Mungkin masih banyak lagi contoh yang bisa ditulis. Tapi saya kira segitu juga sudah cukup. Dari beberapa alinea di atas yang cukup mbulet dan tidak bermutu, sebenarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa banyak sekali orang yang sepertinya takut atau tidak nyaman dengan suasana sepi atau kesepian sehingga mereka berusaha menciptakan keramaian di sekeliling mereka agar perasaan mereka menjadi lebih nyaman.

Sedatephobia , itulah istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan mereka yang memiliki kecemasan terhadap kesepian. Phobia ini dulunya tidak begitu dikenal, namun di era modern yang serba cepat dan hiruk pikuk ini, sedatephobia justru semakin lazim dan cenderung menjangkit banyak orang, terutama manusia modern.

Sepi dan kesepian memang cenderung tidak mengenakkan. Tapi kalau menurut saya, suasana tintrim dimana semua yang ada di sekeliling kita menjadi tenang tanpa suara terkadang sangat diperlukan. Hal ini bisa membuat pikiran lebih rileks dan mood menjadi lebih baik sehingga stress pun terhindarkan. Dengan keadaan jiwa yang sehat dan stabil, otomatis sel-sel tubuh beregenerasi dengan cepat dan tubuh pun akan terasa lebih bugar. Sepi bisa menjadi sarana meditasi yang baik untuk menyegarkan sekaligus membebaskan badan dan pikiran. Jadi kenapa harus takut jika njenengan tiba-tiba berada dalam kesepian.

Tapi gimana banyak yang ndak ketakutan sama sepi, kalau setiap hari kita selalu disuguhi dengan kegaduhan. Dari papa minta pulsa , ricuh sidang yang mulia , sampai simbah makan martabak. Tiada lagi waktu untuk menenangkan diri dan berpikir jernih hingga tak mengherankan jika banyak yang suka ngamukan dan tidak sabaran, seperti…ah sudahlah

gambar :dok pribadi

 

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu