x

Pegawai negeri sipil (PNS) berfoto-foto saat mengikuti Upacara Peringatan HUT Korpri ke-44 di lingkungan Pemprov DKI Jakarta di Lapangan Eks Irti Monas, Jakarta, 30 November 2015. Dalam pidatonya saat memimpin upacara Wakil Gubernur DKI Djarot Syaifu

Iklan

Agus Supriyatna

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Demi Tugas, Dia Kehilangan Anak dan Istrinya

Cerita dramatis, bahkan heroik juga banyak datang dari pamong praja, yang rela mempertaruhkan nyawa demi sebuah pengabdian pada negara.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kisah heroik di medan tugas, tak semata datang dari para tentara yang bertugas di daerah konflik, atau para prajurit polisi yang mempertaruhkan nyawa memburu penjahat atau teroris. Cerita dramatis, bahkan heroik juga banyak datang dari pamong praja, yang rela mempertaruhkan nyawa demi sebuah pengabdian pada negara. Terutama, mereka yang bertugas di daerah yang minim dan jauh dari pusat kota. Naik turun gunung, menyebrang sungai, atau mengarungi lautan, adalah menu tugas yang harus dihadapi. Terkadang, karena sulitnya medan, nyawa pun nyaris lepas dari badan.
 
Elfin Elyas, seorang lulusan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), angkatan 03, pernah bercerita tentang tugas pertamanya selepas lulus dari sekolah pamong tersebut. Kata dia, usai tamat dari STPDN atau IPDN, ia langsung ditempatkan di tanah Rencong, Provinsi Aceh. Di Kabupaten Aceh Tenggara, tepatnya di Kecamatan Lawe Sigala-Gala, Elfin di tempatkan. Ketika itu, Bupati Aceh Tenggara yang menerimanya menitip perintah pada Elfin, dan tiga lulusan STPDN lainnya, agar memastikan bendera Merah Putih tetap berkibar di Tanah Rencong.
 
" Pesan Pak Bupati, pastikan Merah Putih berkibar disana. Saat itu, tahun 1995, Aceh masih berstatus daerah operasi militer," ujarnya.
 
Tentunya, kata Elfin pamong praja, apalagi yang dikirim Jakarta ke Aceh, jadi musuh Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ia pun diliputi rasa was-was. Perjalanan ke Kecamatan Lawe Sigala-Gala juga bukan perjalanan mudah. Ia mesti ke Medan dulu dari Banda Aceh, yang ia tempuh 12 jam lamanya. Baru dari Medan, menuju ke Kabupaten Aceh Tenggara, yang ia tempuh dengan waktu 10 jam lamanya. " Hampir 24 jam perjalanan mas," kata doktor ilmu pemerintahan Universitas Padjadjaran yang kini bertugas di Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri. 
 
Di Kecamatan Lawe Sigala-Gala, tugas rutinnya, kala pagi masih remang, ia bergegas menaikan bendera Merah Putih di halaman kantor kecamatan. Setelah itu dengan sembunyi-sembunyi, ia kembali pulang. " Di Aceh, waktu itu tak ada yang berani menaikan bendera Merah Putih, yang menurunkan banyak," kata Elfin.
 
Pekerjaannya memang terlihat sepele, hanya menaikan turunkan bendera Merah Putih. Tapi karena itu daerah konflik, maka nyawa taruhannya. Sebab jika diketahui GAM, bisa saja ia langsung ditembak atau diculik. " Bahkan waktu itu, para camat di Aceh, banyak yang mengundurkan diri. Maka, Jakarta kemudian menjadikan tentara jadi para camat. Tak heran bila ada camat , berpangkat kapten. Saya sendiri bertugas di Aceh dari 1995 sampai 2002, alhamdulillah selamat," tuturnya. 
 
Namun kata Elfin, kisahnya belum ada apa-apanya dibanding apa yang dialami seorang lulusan IPDN lainnya. Sayang Elfin agak lupa namanya. Tapi temannya itu, adalah lulusan IPDN dari kontingen Papua. Usai lulus, temannya itu ditempatkan di sebuah distrik yang terletak di pedalaman Papua. Menuju tempat tugas, temannya mesti mengarungi sungai. Dan, tragedi pun terjadi. Ketika itu, temannya, membawa anak istri ikut serta ke tempat tugas. Perahunya kemudian terbalik. Takdir tak bisa dihindari. Temannya bisa selamat, sementara anak dan istrinya meninggal.
 
" Anak dan istrinya meninggal mas. Jadi, siapa bilang lulusan IPDN itu selalu enak dalam penugasan. Cerita saya itu belum ada apa-apanya, bila dibandingkan dengan kawan saya. Anak istrinya meninggal saat menuju tempat tugas," katanya. 
 

Ikuti tulisan menarik Agus Supriyatna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB