Aksi demo guru honorer dari berbagai daerah beberapa waktu silam di istana Presiden memang telah usai. Dan ini bukan pertama kalinya mereka menuntut agar pemerintah memperhatikan nasib mereka. Namun tampaknya mereka harus lebih bersabar untuk mendapatkan perbaikan nasib. Gaji kecil di tengah naiknya harga-harga membuat para pahlawan tanpa tanda jasa ini harus memutar otak mencari penghasilan tambahan. Pemulung, tukang ojeg menjadi pilihan untuk membuat dapur tetap ngebul. Bayangkan gaji mereka bahkan jauh lebih rendah dari UMR kota, konon ada yang kurang dari 500 ribu rupiah. Ironis… Mereka adalah pendidik generasi muda kita yang akan memegang estafet kepemimpinan di masa mendatang. Tapi penghargaan kita terhadap mereka tak sepadan dengan jasa mereka. Mungkinkah akan ada presiden, menteri, dokter, insinyur, pengacara tanpa adanya para guru ini? Tentu jawabnya adalah tidak mungkin.
Coba bandingkan dengan para selebritis di negeri ini, bahkan penghasilan mereka bisa mencapai puluhan juta sampai ratusan juta rupiah per hari. Sementara para pahlawan tanpa tanda jasa ini, bahkan sekedar untuk makan saja harus berupaya keras. Mereka harus tinggal di rumah sederhana, (mungkin) dengan kendaraan yang apa adanya. Sungguh inilah ironi di negeri kapitalisme, ketika penghargaan terhadap para pahlawan ini kadang hanya terkesan seremonial saja.
Sejatinya Islam memberikan kedudukan yang tinggi terhadap ilmu, orang-orang berilmu dan yang mengajarkan ilmunya. Tak berlebihan kiranya, Islam memberikan penghargaan yang tinggi terhadap para guru. Bahkan Khalifah Umar bin Khattab pernah menggaji seorang guru membaca dan menulis sebesar 15 dinar (1 dinar: 4,25 gram emas). Bandingkan dengan gaji guru di masa sekarang, tentu sangat tidak sebanding. Dengan gaji guru yang tinggi dan fasilitas pendidikan yang baik, maka tak mengherankan kiranya pada masa Khilafah banyak bermunculan ilmuwan mumpuni penemu berbagai bidang ilmu. Ibnu Sina, Al Jabar hanyalah sedikit dari contoh ilmuwan-ilmuwan yang lahir pada masa Khilafah Islam. Sudah saatnya kita kembali kepada syariah-Nya dalam sistem Khilafah agar tak hanya para guru yang sejahtera tapi lebih dari itu, keberkahan hidup dapat terwujud. Hanya dalam sistem Khilafah yang agung perkembangan sains dan teknologi akan semakin pesat dan yang pasti nasib para pahlawan tanpa tanda jasa ini akan terangkat. Aamiin.
Susi Gunbat, Bogor
Ikuti tulisan menarik Erna Rushernawati lainnya di sini.