Masyarakat Indonesia, terutama netizen sangat menyayangkan perselisihan yang terjadi di antara menteri-menteri dalam kabinet kerja. Tentu saja ini menjadi sorotan, karena menghambat kemajuan program kerja pemerintah. Selain itu menampakkan adanya ketidakkompakan di antara mereka.
Kegaduhan kabinet merupakan sasaran empuk untuk para haters. Baik orang-orang yang menginginkan kejatuhan Presiden Jokowi, mau pun lawan-lawan politik yang senang mencari-cari kesalahan pemerintah saat ini. Karena itu, selayaknya kegaduhan itu harus diakhiri.
Mengapa kabinet bisa gaduh? Ada tiga alasannya, yaitu:
1. Persaingan antara menteri
Ketatnya persaingan di antara para menteri untuk menunjukkan hasil kerja yang paling gemilang mengakibatnya terjadinya pergesekan di antara mereka. Akhirnya menimbulkan situasi saling sikut menyikut agar yang lain tampak lebih buruk darinya. Padahal mereka yang berbuat begitu, juga belum tentu maksimal bekerja.
2. Kepentingan partai
Resiko bahwa jabatan menteri sebagian adalah jatah untuk partai-partai pendukung mendorong menteri terkait harus mengusung kepentingan partai di sela-sela tugasnya sebagai menteri. Salah satunya adalah menjatuhkan citra menteri yang berasal dari partai lain.
3. Ada tangan ketiga yang mengadu domba
Permainan politik di Indonesia tak terlepas dari upaya adu domba pihak-pihak tertentu. Kegaduhan politik tentu dapat dimanfaatkan otak dan dalang pengadu domba, baik untuk perselingkuhan bisnis atau mengakali proyek-proyek yang sedang dibenahi pemerintah.
Wajar saja jika kemudian Presiden Jokowi menegur para pembantunya yang membuat gaduh. Ia juga merasa tidak nyaman jika kinerja pemerintah terganggu hanya karena anak buahnya tidak bisa kompak. Kalau perlu, Presiden Jokowi bisa 'menjewer' mereka agar kapok, tidak berbuat onar lagi.
Ikuti tulisan menarik muthiah alhasany lainnya di sini.