x

Iklan

mike reyssent

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Artis Meroket, Film Melorot

Sebentar lagi, tanggal 30 Maret kita merayakan hari film nasional yang ke 66.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa yang pertama kali terlintas dipikiran, ketika berbicara tentang film Hollywood? Western/koboi, pahlawan super hero, action atau war/perang?

Terus bagaimana dengan film Mandarin? Kung fu atau action kan?

Kemudian tentang film Bollywood? Tarian atau film drama sambil disuguhi dengan tari tarian yang eksostis?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu apa yang terlintas ketika bicara tentang film Korea? Pasti tidak lain dan tidak bukan adalah tentang drama yang ceritanya menjelimet berkaitan kesana kemari atau tentang ABG yang keren dan cantik cantik kan?

Nah, sekarang apa yang terlintas dipikiran kita pertama kali kalau bicara tentang film Indonesia? Silahkan dijawab sendiri ya...

***

Sebentar lagi, tanggal 30 Maret kita merayakan hari film nasional yang ke 66. Dipakai tanggal 30 Maret sebagai hari film nasional, karena pada tanggal 30 Maret tahun 1950, adalah hari pertama pengambilan gambar film "Darah dan Doa" karya Usmar Ismail yang dianggap sebagai cikal bakal film nasional.

Film itu bisa dilihat di Youtube

Lalu bagaiman situasi perfilman Indonesia? Berapa banyak film bermutu yang sudah dihasilkan selama ini? Apakah sudah semakin banyak film yang mampu bersaing di kancah internasional?

Sudah tak terhitung lagi banyaknya artis luar dan dalam negeri yang sukses, entah tetap berada dalam dunia hiburan atau kemudian lari ke bisnis lain atau juga loncat ke panggung politik.

Kisah sukses dan kehebatan artis sudah banyak tersebar kemana mana dan yang paling fenomenal adalah Almarhum Ronald Reagan (yang istrinya Nancy Reagan baru saja menyusulnya ke tempat yang lebih nyaman disana. Turut berduka...), dimulai dari Gubernur California kemudian menjadi Presiden Amerika selama dua periode 1981-1989. Semua dimulai dari dunia hiburan.

Artis memang sangat dikenal publik dan mendapat sambutan meriah dari masyarakat ketika mereka pergi kemana saja. Walaupun kadang ada beberapa perilaku segelintir artis yang nyeleneh, yang mencoreng dan membuat stempel buruk pada dunia hiburan kita tapi tetap saja masih lebih banyak yang baiknya.

Karena ngetopnya maka ketika ada berita tentang seorang artis melakukan hal yang negatif, secepat itu juga menyebar kepeloksok Indonesia.

Kita tahu bahwa tidak semua artis berperilaku buruk, tapi entah bagaimana, seakan Indonesia ini negeri yang sangat sempit. Sehingga sedikit saja terbetik berita buruk secepat itu masyarakat tahu.

Ada hal yang aneh, yaitu ketika ada artis yang pernah melakukan hal yang dianggap negatif ini kemudian mencalonkan diri sebagai kepala daerah, tapi akhirnya malah bisa menang. Apakah masyarakat kita terlalu pemaaf? Atau permisif? Ada nilai plus minusnya sikap seperti itu.

Nanti bisa dibahas dilain tulisan aja ya...Ok?

Sekarang mari kita bahas tentang film Indonesia saja...

Di Indonesia sangat banyak artis yang sukses, yang kalau disebutkan satu persatu mungkin tidak akan cukup satu tahun membahasnya (Lebay ya? Biarin...Wekz :P)

Namun herannya, walaupun sudah begitu banyak artis hebat dan sukses, tapi kita tetap belum juga mampu membuat film dengan mutu yang sangat baik, yang akhirnya bisa mengangkat film nasional ke panggung internasional.

Jikapun ada, paling hanya ada beberapa saja, tidak akan sebanding jika mengingat usia film nasional yang lebih tua dari republik ini sendiri. Kita masih belum mampu terus menerus memproduksi film berskala internasional.

Padahal sejak tahun 1926, sudah ada film Indonesia yang berjudul Loetoeng Kasaroeng. Itu berarti, perfilman Indonesia mempunyai sejarah yang sangat panjang melebihi republik ini sendiri maupun PSSI yang berdiri tahun 1930. Tapi prestasi film Indonesia di kancah International sampai saat ini hanya bisa dihitung dengan jari.

Mirisnya, yang malah terkenal diluar negeri dan memenangkan sebanyak 36 penghargaan diberbagai festival film di banyak negara, justru film dokumenter yang bisa “mencoreng” wajah negeri ini,  (Seperti film “The Act of Kiling” dan film ''The Look of Silence'' karya Joshua Oppenheimer)

Ada beberapa hal yang saya perhatikan, mengapa film nasional kita belum juga bisa bersaing dikancah internasional...

*PENGUSAHA FILM KURANG SERIUS DAN TIDAK FOKUS...

Apakah para pengusaha film nasional tidak tahu bahwa bisnis perfilman bukanlah hanya sekedar bisnis ecek ecek atau cuma sekadar untuk penghibur ala kadarnya semata? Mengapa para pengusaha masih memandang sebelah mata terhadap dunia hiburan?

Kalau dikatakan tidak menguntungkan, tidak mungkin, bisa dilihat dari kesuksesan para artisnya.

Tapi sungguh mengherankan, mengapa sebuah industri yang sangat luar biasa besar ini sampai sekarang tidak ditangani secara serius oleh para pegiat perfilman nasional?

Buktinya bisa dilihat secara nyata, mutu perfilman kita sampai sekarang, kalau tidak dibilang semakin buruk tapi tidak menjadi semakin baik, bukan?

Kenapa saya bilang kita kurang serius menangani industri yang luar biasa ini?

Sekarang gini deh, berapa banyak film yang telah diproduksi Indonesia dalam setahun?

Lalu berapa banyak dalam setahun itu, film yang masuk kategori pantas dilihat? Bukan kategori baik lho... Tapi pantas.

(Karena banyak film nasional yang beredar sekarang ini sangat tidak pantas dilihat, terutama oleh anak anak yang memasuki usia remaja. Film nasional yang beredar lebih banyak yang hanya mengeksploitasi tubuh perempuan saja.)

Berapa banyak kisah dalam film nasional kita yang bermanfaat dan bisa menginspirasi orang? Sudah ada berapa banyak film nasional yang benar benar menghibur dalam setahun? Apakah ada mencapai seluruh jari kita?

Seberapa besar animo masyarakat menonton film nasional? Seberapa jumlah rata rata penonton sebuah film nasional? Hmmm...

Mengapa film nasional kurang mendapat perhatian dari masyarakat?

Kita simak bareng bareng yookkkk...

Di atas saya sudah memberi contoh, tentang ciri khas film yang saat ini merajai perfilman dunia yaitu Hollywood, Bollywood, Mandarin atau film Korea, yang akhirnya bisa melekat sangat dalam di ingatan para penikmat film.

Tapi saya tidak tahu apa yang menjadi ciri khas film Indonesia. Karena pengusaha perfilman kita tidak bisa membuat ciri khas “yang baik” untuk perfilman Indonesia. Yang ada justru membuat ciri khas yang kurang baik dalam ingatan masyarakat.

Mestinya kita sangat-sangat bisa dan sangat-sangat memungkinkan membuat ciri khas film Indonesia.

Kurang apa sih negeri ini? Hayoo...Coba lihat ini deh...

Film Horor?

Apakah jenis film ini yang mungkin ingin dijadikan ciri film Indonesia? Entahlah...

Silahkan saja jika ingin menjadikan film horor sebagai ciri khas film Indonesia, yang penting harus benar benar film horor yang bermutu. Bukan membuat film horor seperti yang sekarang ini, yang ceritanya itu itu saja atau malah tidak keruan sama sekali, yang niatnya cuma pamer tubuh perempuan saja.

Karena banyak kisah horor yang bisa diambil dari berbagai daerah, misalkan kisah Calon Arang atau Leak dari Bali. Apakah karena sudah pernah dibuat? Lalu kenapa tidak buat lagi yang lebih baik? Dengan kecanggihan seni CGI (Computer Generated Imager) dan sound efek yang ada sekarang, pasti akan jauh lebih bagus dan menarik dari yang sudah ada dulu kan?

Mau buat film tentang keindahan alam?

Negeri ini memiliki begitu banyak pantai, hutan, danau dengan beragam macam jenis flora dan fauna yang tidak ada di negeri lain.

Suku, pulau, gunung yang banyak dengan berbagai macam budaya serta pemandangan, sawah dan ladang pun masih banyak yang bagus.

Semua siap menunggu di eksplorasi dalam film, asalkan bisa membalutnya dengan cerita yang baik, dan akhirnya bisa menjadi daya tarik wisata daerah. Kemudian ujungnya bisa mensejahterakan rakyat juga.

Lalu sudah berapa banyak kita membuat film yang menampilkan keindahan dan keragaman flora fauna serta suku dan kebudayaan negeri ini?

Mau buat film dengan kisah nyata dari kehidupan sehari hari atau yang inspiratif dan bermanfaat?

Berapa banyak jumlah penduduk negeri ini?

Apa masih kurang banyak kisah inspiratif penduduk negeri ini yang bisa dibuat film? Entah kisah gelandangan atau pemulung (banyak kisah anak anak gelandangan yang tetap mempunyai cita cita setinggi langit lho...), atau kisah hidup yang inspiratif dan bermanfaat (saya ambil contoh yang di depan mata aja, seperti kisah pak Tjip atau kisah mas David Bekam ) atau bisa juga diambil dari Kompasiana 100 puisi orang orang kecil.

Lalu sudah berapa banyak film nasional yang membuat kisah nyata yang keren keren?

Mau buat film perang, sejarah perang atau kisah kepahlawanan?

Coba lihat, film Hollywood yang sudah berulang kali membuat film perang saudara di Amerika. Dan pastinya akan terus membuat film yang sejenis.

Kemudian lihat film Mandarin masih ada yang mengangkat kisah perang sewaktu penjajahan Jepang atau ketika masih dikuasai orang Mongol. Begitu juga dengan film Korea yang masih sering membuat film penjajahan Jepang.

Lalu kenapa kita tidak membuat film perang? Apa kurang banyak perang yang sudah terjadi di negeri ini? Apa kurang banyak pahlawan negeri ini yang bisa diangkat untuk film?

Mau buat film tentang kerajaan atau legenda?

Film Mandarin dan Korea, sudah banyak membuat film cerita kerajaan, tapi sampai saat ini masih terus membuatnya.

Di Indonesia, sangat banyak kerajaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, ada kerajaan besar maupun kecil. Tentu setiap kerajaan punya kisah sendiri sendiri.

Dan setiap daerah punya kisah legenda sendiri, yang sampai saat ini masih banyak beredar dimasyarakat. (Coba googling aja legenda rakyat Indonesia)

Bahkan kalau mau cerita silat ala pahlawan daerah ala Wong Fei Hung atau Ip Man, sebenarnya kita juga ada koq... (Contoh, Si Jampang Jago Betawi)

Mau cerita pahlawan super hero juga ada tuh... (Contoh, Gundala Putra Petir)

Lalu mengapa kita tidak membuat film kerajaan dengan segala macam intrik perebutan kekuasaan atau bisa juga diambil plot dramanya saja atau membuat film tentang kisah legenda rakyat yang mungkin sebentar lagi terlupakan?

Tuh kan...

Apa yang ada di Indonesia sangat luar biasa banyaknya dan semua bisa dibuat menjadi beratus ratus bahkan beribu ribu film yang bagus dan layak untuk dinikmati keluarga.

Tetapi sampai saat ini semua kekayaan itu kurang bisa dimanfaatkan oleh para pegiat film nasional. Kekayaan alam negeri inilah, yang selama ini agak terabaikan oleh para pegiat film nasional. Padahal semuanya akan bisa menjadi daya tarik tersendiri dalam film nasional.

Oleh sebab itu harus ada keseriusan dari orang film serta fokus terhadap apa yang ingin menjadi ciri film Indonesia, bukan sekedar asal dapat untung saja..

Ada baiknya jika membuat banyak film bermutu dengan mengambil apa yang ada tersebar di seluruh negeri ini bukan mengadopsi cerita dari luar negeri karena di negeri semua tersedia...

*KREATIVITAS...

Saya ambil contoh, film Sun Go Kong yang dikemas dalam berbagai versi, yang sampai saat ini masih ada yang buat dan semua tetap menarik.

Mengapa? Karena kreativitas mereka ketika membuatnya. Sehingga, setiap kali membuat film -yang walaupun ada kemiripan dengan yang pernah ada- tapi pasti ada sisi lain yang bisa dinikmati penonton. Entah ditambah dengan bumbu drama, animasi, silat ataupun pemandangan yang indah indah...

Saya bukan orang film, jadi tidak mengerti tehnik tehnik dalam film dan saya juga tidak berniat menggurui orang film, saya hanya ingin orang film bisa lebih jeli melihat apa banyak terhampar di bumi pertiwi –yang bisa dibuat untuk film bagus.

Berbeda dengan film Hollywood yang sangat sedikit menunjukan pemandangan yang indah.

Di film Mandarin, Korea atau Jepang yang saya lihat, banyak menampilkan keindahan alamnya. Entah menggunakan tehnik grafis komputer atau memang pemandangan asli, saya tidak tahu. Nyatanya, seringkali saya disuguhi oleh pemandangan yang sangat luar biasa...

Mestinya, kita bisa mengambil contoh seperti itu, karena pemandangan negeri ini sangat tidak kalah dengan pemandangan yang ada di China atau di Korea maupun Jepang sana.

Semisal, ketika membuat film tentang kerajaan, bukan melulu hanya bergulat pada ruang yang secuil dalam kerajaan saja, tapi bisa dibalut dengan pemandangan alam yang eksotis, menampilkan pegunungan (pada saat sunset dan sunshine), danau atau lautan dengan beragam macam penghuninya. Dan itu nantinya bisa menjadi hiburan mata sekaligus menjadi daya tarik wisata daerah tersebut.

Mengenai ide cerita atau penulis cerita, saya sangat yakin banyak penulis handal di negeri ini yang bisa membuat cerita untuk film (bisa dilihat kanal fiksi di Kompasiana) atau bisa dilihat juga dari sinetron yang sudah beratus ratus episode.

 

Masa sih film Indonesia tidak bisa bikin animasi keren seperti Kompas Tv? Terlihat bumi bersama bulan berputar putar mengelilingi matahari di dalam ruangan Glory Oyong dan Timothy Marbun dalam tayangan live Gerhana Matahari Total, 9 Maret 2015.

*ATURAN...

Mungkin aturan inilah yang mungkin dianggap paling ruwet. Karena aturan inilah yang sering menjadi kontradiksi.

Seperti kita tahu, perfilman sangat berkaitan dengan seniman. Dan yang namanya seniman itu, kadang ada beberapa yang mempunyai peraturan untuk tidak mau taat atau tidak mau dibatasi dengan segala macam yang namanya aturan, dalam mengekspresikan karyanya.

Sedangkan peraturan dalam siaran tipi dan film tipi begitu ketatnya, padahal kalau dilihat lagi secara detail, masih banyak yang dilanggar oleh insan film atau tipi (saya tidak mau kasih contoh) atau malah sebaliknya banyak peraturan yang diterapkan tidak pada tempatnya, seperti sensor pada film kartun (film Doraemon), pelarangan film kartun yang ada kekerasan (Tom and Jerry).

Nah, bagaimana kalau ingin membuat film tentang perang, action, silat atau legenda seperti Ken Arok? Jadinya bingung kan?

Bagaimana mungkin jika dalam film perang, action, atau silat, jika tidak boleh ada kekerasan dan darah?

(Apa cuma ngobrol, lalu gedabak gedebuk, yang cuma ada bunyinya saja? Atau tembakan, cuma ada asap mengepul saja? Jangan jangan nanti asap juga kena sensor ya? Dianggap rokok...Hahaha...)

Padahal secara nyata justru film action atau yang mengandung kekerasan ini yang berhasil meraih rating tinggi dan laris manis di bioskop.

Tidak perlu contoh yang aneh aneh, bisa dilihat tentang pahlawan super hero atau kalau siaran tipi bisa dilihat sinetron Mahabarata itu aja deh.

*Apakah kurang kerasnya kisah pahlawan super hero? Tapi kita semua suka dan memuji mujinya kan? Bahkan banyak yang sampe meng iklankan film pahlawan super hero juga kan?

(Bagaimana kalau saya melihatnya dari sisi lain? Pahlawan Super Hero adalah contoh yang paling buruk dalam kehidupan manusia karena mereka memvonis tersangka tanpa pengadilan! Dimana azas praduga tak bersalah? Dimana rasa keadilannya? Nah bingung kan? Hahahaa...)

Terlebih lagi sinetron Mahabarata, sudah ada perang Baratayudha masih lagi ditambah dengan unsur politik yang culas dan penuh kelicikan.

(*Film pahlawan super hero atau Sinetron Mahabarata, nanti saya bahas di tulisan selanjutnya aja ya...)

(Apakah mau bangsa kita belajar jadi licik seperti Sengkuni? Atau sejahat Aswatama? Wakakaka...)

Jadi peraturan ini sebenarnya akan menjadi dilema, disatu sisi, kita tidak ingin ada kekerasan tapi disisi lain, kita juga menyukai film tentang kekerasan.

Apa mungkin semuanya mau diakali, dengan cara dialog saja? Seperti tulisan pak Haji AJ ini... Film Kekerasan Dalam Pusingan Sang Waktu

Yang menjadi pertanyaan. apakah kekerasan dalam dialog tidak dianggap sebagai kekerasan? (Silahkan lihat film Senyap deh, betapa ngerinya film itu walaupun tanpa adegan kekerasan dan darah sama sekali)

Membuat kisah kehidupan sehari hari gelandangan juga bisa kena sensor. Karena dalam kehidupan gelandangan, kesehariannya tidak lepas dari kekerasan, bully dan rokok.

Apakah karena terkait oleh aturan ini, jadi kita belum mampu membuat film yang bermutu? Mudah mudahan saja bukan ya... Karena masih banyak film bagus yang bisa dibuat tanpa melanggar aturan yang ada. Tergantung keseriusan, fokus dan kreativitas...

Para artis maupun para pegiat film nasional, pastinya sering nonton dan menyukai film luar, lalu mengapa mereka tidak tertarik membuat film yang sebagus itu? Saya sangat yakin, kalau mereka mau, pasti mampu.

Jangan mengatakan terkendala dalam masalah modal, karena sudah banyak film dengan biaya rendah tapi tetap mempunyai mutu yang hebat dan meraih untung yang sangat besar karena digarap secara baik dan profesional.

Akhir kata untuk pengusaha/produser film nasional...

Masyarakat Indonesia punya selera yang bagus dan bisa menilai mana film yang baik dan mana film yang tidak layak. Dan sudah jemu melihat film film murahan yang ada sekarang ini, makanya film nasional belum mendapat perhatian dari masyarakat.

Akan butuh waktu untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap film Indonesia. Oleh sebab itu mulailah sejak sekarang untuk membuat film yang lebih bermutu.

Banyak kisah di negeri ini yang menarik dan inspiratif untuk bisa digali, bukan melulu memproduksi film-film murahan, yang hanya mengumbar tubuh perempuan, dengan latar belakang horor yang ga ada juntrungannya seperti saat ini.

Jika terus begitu, anda bukan memperbaiki citra film Indonesia, tapi justru semakin menenggelamkan film Indonesia ke dalam jurang yang semakin dalam.

Sehingga tidak terjadi seperti sekarang  ARTIS MEROKET, FILM MELOROT...

http://www.kompasiana.com/mikereys/artis-meroket-film-melorot_56df474f0e93734f267bb006

Salam Damai...

Ikuti tulisan menarik mike reyssent lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB