x

Suasana di Teman Ahok, organisasi yang mengumpulkan KTPuntuk mengusung Ahok maju dalam pemilihan gubernur Jakarta mendatang, 7 Oktober 2015. TEMPO/Angelina Anjar Sawitri

Iklan

Istiqomatul Hayati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Harga Ketulusan untuk Teman Ahok

Para relawan tergerak untuk membantu Teman Ahok. Mereka mengeluarkan materi tak sedikit dan tenaga untuk membantu pendataan ulang pengumpulan KTP.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu masuk markas Teman Ahok di Kompleks Graha Pejaten Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setelah membuka pintu, sopir mobil itu lalu mengangkut tiga rim kertas formulir Teman Ahok dalam dua tangannya lalu diserahkan ke petugas keamanan untuk dibawa masuk ke dalam secara estafet.

“Saya bawa 20 rim. Semua gratis untuk Teman Ahok,” kata Richard, 62 tahun, pengusaha penerbitan di daerah Pluit. “Besok saya mau cetak 20 rim berikutnya.”

Menurut Richard, ia baru dua pekan ini membantu Teman Ahok, kelompok relawan yang mengusung Basuki Tjahaja Purnama untuk kedua kalinya sebagai Gubernur DKI Jakarta. “Dulu saya relawan Jokowi-Ahok. Setelah Ahok maju independen bersama Pak Heru, saya bertekad akan total membantu dia, gak boleh diam saja,” katanya. Menurut Richard, Ahok adalah orang baik yang harus dibantu. “Semakin dia dikeroyok, semakin habis-habisan saya membantu.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah mengerjakan pekerjaan utamanya, saban sore sejak dua minggu lalu, Richard dan istrinya, Andrea Lina mendatangi booth Teman Ahok di Mal Kelapa Gading I dan III. “Saya gantian sama anak-anak muda ini menjaga dan menjelaskan kepada orang yang datang agar mendata ulang nama mereka,” kata Andrea. “Kadang mereka sampai lupa makan karena banyak banget yang ingin didata ulang.”

Teman Ahok memang mendata ulang pengumpulan KTP setelah Ahok mengumumkan pendampingnya adalah Heru Budi Hartono, Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah DKI Jakarta. Sebelum diumumkan, formulir pengumpulan KTP itu hanya diisi Basuki Tjahaja Purnama.

Andrea menuturkan, kegiatan di booth itu membuat mereka menambah pertemanan. “Akhirnya jadi tahu kebutuhan-kebutuhan logistik Teman Ahok,” kata Richard menyambung penuturan istrinya.

Di tengah perbincangan, datang dua orang lain. Mereka saling berkenalan dan menyebutkan biasa membantu di booth dan posko mana saja. “Bapak bisa menyediakan berapa rim di posko Kembangan, saya mau antar kesana,” kata Handoko, pengusaha kontainer kepada Richard. “Oh siap, bisa, butuh berapa rim, biar nanti malam saya kebut pengerjaannya,” Richard menjawab.  

Handoko, seperti halnya Richard, saban sore bergabung dengan relawan Teman Ahok mendata ulang formulir. “Saya ikhlas bantu Pak AHok. Masak kita rela ada orang baik, kita biarkan bekerja sendiri,” katanya.

Tak sedikit yang meremehkan kerja suka rela Handoko. “Kemarin, pas saya bantu di booth, ada yang nyindir saya kok mau-maunya bantu. Apa saya mengincar jabatan camat,” kata Handoko tertawa. “Saya sudah kaya, punya perusahaan, karyawan saya 100-an orang, ngapain saya mengejar jabatan camat,” katanya terkekeh. “Kalaupun Pak Ahok gak kepilih jadi gubernur, saya gak ada urusan. “

Menururt Handoko, ia bersedia membantu Teman Ahok lantaran merasakan perubahan Jakarta semakin baik selama dua tahun kepemimpinan Ahok. “Saya ngurus surat-surat untuk kantor saya cepat, dua jam selesai dan gratis,” ujarnya.

Di tengah obrolan seru itu, seorang pria berusaha 50 tahunan datang dan berbincang dengan Amalia Ayuningtyas, pendiri dan juru bicara Teman Ahok. Oleh Amalia, pria itu dikenalkan kepada saya.  Saang, ia menolak namanya ditulis. “Saya support Teknologi Informasi di Teman Ahok, sedih saya lihat alatnya masih manual begini, gimana mau cepat,” ujarnya tertawa.

Menurut pria itu, ia bersama teman di komunitas Teknologi Informasi bersedia urunan untuk meminjamkan aplikasi canggih bagi Teman Ahok. “Kami benar-benar bantingan, kami pinjamkan alat biar pendataan Teman Ahok ini lancar.”

Sumbangan jasa juga didengungkan di media sosial. Selebritas Facebook, Hasanudin Abdurakhman, secara suka rela menulis memuji kepemimpinan Ahok selama dua tahun memimpin Jakarta. “Gak kehitung lagi sudah menulis berapa saking banyaknya,” kata general manager sebuah perusahaan Jepang di Jakarta ini menjelaskan.

Dalam memberikan pujian untuk Ahok, Hasanudin yang memiliki follower hampir 29 ribu orang ini bahkan tak segan berdebat dengan para pembenci gubernur. Doktor fisika yang mendalami agama dari ayahnya, seorang guru agama Islam di Kubu Raya, Pontianak ini kerap menulis tafsiran soal larangan memilih pemimpin bukan muslim. “Awliya itu tidak mengacu pada pemimpin, tapi pelindung. Sejarah Islam itu tidak pernah mengenal ada pemilihan umum,” katanya.

Hasanudin menuturkan, ia memilih pemimpin dengan pemikiran rasional. “Banjir dan macet memang belum tuntas, tapi bedanya terasa,” kata Hasan. Menurut dia, sejak dua tahun terakhir, perjalanan ke kantor di daerah Senayan dari rumahnya di Bekasi kini cuma ditempuh satu setengah jam saja. “Dulu berangkat jam 05.30 sampai kantor jam 8,” katanya. “Hujan lebat pun tidak banjir, ini luar biasa.”

Seperti halnya Richard dan Handoko, Hasan mengaku ikhlas membantu Ahok. “Saya gak incar jabatan. Gaji saya per bulan itu sudah setara penghasilan presiden.”

 

Ikuti tulisan menarik Istiqomatul Hayati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu