x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tanpa Fokus, Tulisan Tampak Buram

Banyak godaan untuk memasukkan bermacam bahan ke dalam satu tulisan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Tulisanmu mengalir, pergantian paragraf juga lancar, pilihan kosakata oke, begitu pula tata bahasa dan ejaan tidak banyak yang salah,” begitu kata kawan usai membaca tulisan saya. Mendengar komentarnya, ada rasa senang menyelinap hingga ia melanjutkan, “Tapi...” Lalu ia diam sejurus.

“Tapi kenapa?” tanya saya penasaran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Kamu sebenarnya ingin menulis tentang apa sih? Soal ini kamu singgung, soal itu kamu tulis, macam-macam isu kamu masukkan jadi satu. Sepertinya kamu tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bercerita tentang banyak hal sekaligus,” ujar kawan saya. “Tahu gak, tulisanmu kehilangan...”

“Fokus..,” kata saya menyambar.

“Betul. Sebagaimana fotografer perlu memfokuskan lensanya kepada subyek tertentu, begitu pula penulis. Ketika memotret kerumunan orang di suatu tempat, fotografer akan memilih subyek mana yang jadi fokusnya. Misalnya, orang tua yang tertidur kelelahan di kursi tanpa terganggu oleh keramaian di sekelilingnya. Nah, ketika kamu menulis, apa yang jadi fokusmu?”

“Ketika kita menulis, lebih baik kita menetapkan dulu apa yang jadi fokus atau ide pokok yang mau kita tuangkan dalam tulisan,” ujar kawan saya. “Misalnya saja, kita mau menulis kehidupan seorang pembunuh berantai di dalam penjara, maka fokus perhatian kita tertuju kepada orang itu.”

“Tantangannya ialah ketika kita mulai mengeksplorasi bahan tulisan, kita akan menjumpai banyak hal menarik. Kita mungkin tergoda untuk menceritakan bermacam-macam sisi menarik itu. Inilah yang disebut godaan pengalihan atau distraksi,” ujarnya. “Jika kita tidak sanggup menahan diri untuk tetap berpegang kepada fokus, tulisan kita akan lari kemana-mana sehingga kehilangan fokus. Seperti foto yang kehilangan fokus, gambarnya terlihat kabur. Begitu pula tulisan.”

“Lain hal jika sisi-sisi menarik itu makin mempertajam fokus tulisanmu. Itu lebih bagus, sebab memperkuat gagasan pokok yang kamu sampaikan.”

“Jadi, fokus itu terkait dengan apa yang kita ceritakan?” tanya saya.

“Bukan sekedar mengetahui apa, tapi juga memahami mengapa kamu menulis tentang topik itu,” kata kawan saya. “Tanpa fokus yang jelas, tanpa gagasan sentral yang jelas mengenai topikmu, pembaca akan bertanya: ‘Terus kenapa?’ Kamu perlu memahami apa sih pentingnya cerita kamu, pesan apa yang mau kamu sampaikan, lalu apa alasan kamu menulis cerita itu.”

“Kamu perlu tahu bahwa pembaca tidak mau membaca beraneka gagasan dalam satu tulisan, apa lagi jika gagasan-gagasan itu tidak punya kaitan satu sama lain. Mereka akan bertanya: ‘Apa sih maunya?’ Pembaca ingin memelajari hal baru, mendapat wawasan baru dari gagasan lama, atau melihat sesuatu dari perspektif baru, lalu mereka akan terkejut .. woow benar juga ya kata penulis ini,” kata kawa saya lagi.

“Dengan banyak berlatih menulis, kemampuan kita dalam memilah-milah mana materi yang mendukug ide pokok dan mana yang sekedar bumbu supaya seru akan semakin terasah,” katanya lagi. “Fokus menjadikan tulisan kita mengerucut kepada suatu sasaran.”

“Sejauh ini saya sudah paham apa maksudmu mengenai fokus dalam tulisan,” kata saya menimpali. “Tapi bagaimana cara menjaga tulisan kita agar tetap fokus?”

“Fokus tulisan dapat ditentukan di awal, misalnya kita ingin menulis tentang rumah tua di ujung jalan. Ya sudah, materi yang kita tuangkan dalam tulisan harus memperkuat pengisahan tentang rumah tua itu. Jangan tergoda untuk tiba-tiba bicara panjang lebar bahwa di dekat rumah itu akan dibangun jalan layang.”

“Nah, fokus juga bisa diperkuat melalui perbaikan tulisan. Pokoknya, kamu menulis saja dulu, baru kemudian kamu baca dan perbaiki. Sembari melakukan perbaikan, coba ajukan pertanyaan kepada dirimu. Pertama, apa gagasan pokok dalam tulisanmu. Kedua, apakah sepanjang tulisan, kamu banyak beralih ke topik-topik lain, melebar kesana kemari. Ketiga, apakah gagasan atau peristiwa lain yang juga kamu tulis memerkuat fokus tulisanmu atau malah mengaburkan?”

“Itu saja, setidak-tidaknya itu saja dulu diskusi kita tentang fokus tulisan. Maaf, aku buru-buru pamit, ada janji,” ujar kawan saya setelah menghabiskan teguk terakhir kopinya. (sumber ilustrasi: grammarly.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler