x

Iklan

Almera Syauqi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Budidaya Rumput Laut: Gampang dan Mudah Dilakukan

Tidak banyak yang mengira Indonesia ternyata produsen rumput laut terbesar di dunia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Wilayah Indonesia yang 2/3 nya merupakan lautan dan dunia internasional pun mengakui kekayaan bahari Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di bumi ini. Tidak hanya potensi wisata dan perikanan, ternyata Indonesia juga kaya akan budaya rumput laut. sebagai orang Indonesia, rasanya tidak “afdol” jika belum pernah mencoba rumput laut ala negeri ini. Jenis makanan ini sering kita jumpai di dalam jajanan sehari-hari seperti es campur, agar-agar, puding, dan lain-lain.

Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira – kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat – obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke-2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Tidak banyak yang mengira Indonesia ternyata produsen rumput laut terbesar di dunia, terutama jenis Eucheuma Cottoni. Berdasarkan data sementara statistik FAO yang dikeluarkan pada Maret 2015, produksi rumput laut Indonesia jenis E. cottonii pada tahun 2013 menempati urutan pertama dunia sebanyak 8,3 juta ton. Untuk rumput laut jenis Gracilaria sp pada 2013 Indonesia menempati urutan kedua setelah China, dengan produksi sebesar 975 ribu ton.

Dengan fakta angka di atas, hal itu menempatkan Indonesia sebagai pemimpin di pasar rumput laut dunia. Rumput laut sendiri merupakan salah satu komoditas utama perikanan budidaya, yang menjadi andalan dalam peningkatan produksi, perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Pengembangan budidaya rumput laut sendiri sudah menjadi prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Hal ini tentunya salah satu upaya dalam mendorong Indonesia menjadi poros maritim dunia seperti yang dicita-citakan Presiden RI.

Saat ini pemerintah melalui KKP sedang menggalakkan hilirisasi industri berbahan dasar rumput laut. Pasalnya, 64 persen dari hasil produksi tersebut di ekspor ke luar negeri dalam bentuk mentah. Padahal kebutuhan domestik meningkat yang tercermin dalam pertumbuhan impor rumput laut 35 persen menjadi US$ 8 juta pada 2013.

Karena itu, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti untuk memacu pembangunan industri rumput laut. Sebagai tindaklanjutnya, Menteri Susi meningkatkan alokasi anggaran budidaya rumput laut 8 kali lipat menjadi Rp 330 miliar pada 2016. Anggaran akan digunakan untuk membangun fasilitas gudang dan pabrik. Selain itu anggaran juga akan digunakan untuk penyebaran bibit berkualitas dan peningkatan jumlah produksi.

Program yang dicanangkan Presiden Jokowi ternyata membuahkan hasil, saat ini banyak petani rumput laut di Indonesia karena peluang yang menjanjikan dan proses budidayanya pun tergolong mudah, serta manfaatnya pun beragam. Selain bisa diolah menjadi makanan, rumput laut juga bisa diolah menjadi bahan kosmetik dan tekstil. Ditembah lagi, permintaan pasar global akan kebutuhan rumput laut saat ini kian meningkat. Pembudidayaan rumput laut tidak begitu sulit dan masa panen nya relatif lebih singkat antara 3-6 bulan saja, serta potensi untuk sukses begitu besar. 

Budidaya rumput laut semakin diminati karena lebih mudah dilakukan ketimbang melaut mencari ikan. Jika ingin membudidayakan komoditas ini yang butuh dilakukan hanya menaruh bibit rumput laut di tempat laut pada kedalaman 1-5 meter serta masa tunggu panen kurang lebih 1,5 hingga 2 bulan saja. Itu merupakan dalam satu lokasi nelayan dapat panen sebanyak 8 kali. Jika mempunyai tak sedikit lokasi budidaya jadi setiap bulannya dapat panen berkali-kali. Selain panen yang banyak, risiko menjalani urusan ekonomi budidaya rumput laut dapat dibilang lebih ringan ketimbang melaut mencari ikan.

 

Ikuti tulisan menarik Almera Syauqi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler