x

Mahasiswa Muslim menunaikan ibadah salat sebelum mengikuti aksi menentang Islamofobia di San Diego State University, California, 23 November 2015. REUTERS/Sandy Huffaker

Iklan

Redaksi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penawar Racun Islamofobia

Selama tiga puluh tahun, tanpa harta benda, Omar hidup dari satu negara ke negara lain yang tak ramah pengungsi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Omar adalah muslim asal Rohingya yang tinggal di Chicago. Dia mengungsi dari wilayah barat Myanmar untuk menghindari konflik antar-umat beragama dan etnik. Di tempat asalnya, etnik Rohingya tidak diakui sebagai warga negara.

Selama tiga puluh tahun, tanpa harta benda, Omar hidup dari satu negara ke negara lain yang tak ramah pengungsi. Sampai akhirnya dia memperoleh hak untuk direlokasi ke Amerika Serikat. Memiliki hak tinggal di Negeri Abang Sam bukan berarti masalah Omar selesai.

Sekarang dia harus bertahan dari sentimen negatif terhadap Islam. Xenofobia meningkat setelah para politikus memainkan isu ketimpangan pendapatan di Amerika Serikat. Kecemasan kembali menghampiri Omar. Dia khawatir muslim akan dijadikan kambing hitam atas persoalan tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Omar menyadari, kekhawatiran tidak akan membawanya maju. Meskipun mengalami penganiayaan dan dehumanisasi di hampir seluruh masa hidupnya, Omar bertekad mengisi Ramadan tahun ini untuk melayani orang-orang yang kurang beruntung di lingkungannya.

Sekalipun hidup pas-pasan, Omar berupaya memberikan apa yang dia bisa kepada kaum miskin Chicago. Bisa berupa makanan, uang, atau sekadar membantu menyiapkan hidangan. Dia juga akan membayar zakat. "Islam mengajarkan untuk melindungi orang-orang duafa, tanpa memandang warna kulit dan kepercayaannya."

Kisah Omar mengandung esensi dari Ramadan. Menolong orang yang kesulitan merupakan kewajiban semua muslim. Begitu pula dengan filosofi zakat yang memandang adanya hak orang miskin di dalam harta seorang muslim. Sebuah kewajiban yang tidak terpengaruh oleh perubahan politik.

Tantangan Omar semakin berat. Rencana kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, membatasi muslim serta menempatkan polisi pengawas di setiap masjid memperoleh dukungan luas.

Omar paham, ajian paling sakti untuk menghadapi peningkatan sentimen anti-Islam adalah dengan menghidupkan kembali tradisi kemanusiaan dan kesetaraan Islam. Dan dia melihat, bulan Ramadan merupakan momentum sempurna untuk menampilkan sosok Islam yang sejati. EFRI R | ALJAZEERA

Ikuti tulisan menarik Redaksi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler