Membaca judul artikel ini yang dimuat di salah satu harian daerah pada 23 Juni yang lalu, semua pasti memahami bahwa seruan Presiden telah membuahkan hasil yaitu menurunkan harga daging yang tadinya Rp110 -130 ribu/kg menjadi Rp 80 ribu/kg.
Sebagaimana kita ketahui sejak sebelum Ramadhan 1437H, pemerintah telah berupaya menekan harga daging sapi dengan melakukan operasi pasar. Bazar daging sapi murah telah dilakukan di berbagai kota termasuk Bogor. Berhasilkah? Benarkah harga daging turun?
Dan ternyata di pasar harga daging masih bertengger di harga Rp 130 ribu. Itu artinya upaya pemerintah tidak membawa pengaruh di pasar.
Tingginya harga daging sapi adalah permasalahan sistemik yang tidak bisa diselesaikan dengan membuka kran impor dan operasi pasar. Disamping tidak stabilnya pasokan sapi potong, adanya kartel sapi yang mengendalikan pasokan daging di pasar sebagaimana di akui oleh KPPU (Komisi Pengendalian Persaingan Usaha) merupakan faktor pemicu tingginya harga daging.
Sistem kapitalisme meniscayakan munculnya kartel-kartel (pelaku monopoli) di pasar yang mampu mengendalikan pasokan barang dan harganya. Jika sistem yang ada tidak mampu menghapus keberadaan kartel, maka jangan berharap kekacauan harga barang-barang strategis akan lenyap (terbentuk harga yang wajar.... enak mana?).
Syari'at Islam secara tegas mengharamkan keberadaan dan praktek kartel/monopoli/ihtikar dengan berbagai bentuknya. Oleh karenanya sistem Islam akan melenyapkan praktek-praktek kartel dan melakukan pencegahan kemunculannya dengan membentuk ketaqwaan dan penerapan sistemnya yang komprehensip. (Trisni Astro, ibu rumah tangga, alumni IPB)
Ikuti tulisan menarik Erna Rushernawati lainnya di sini.
