x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penerjemahan, Pergulatan Seorang Pembaca

Menerjemahkan karya fiksi adalah pergulatan seorang pembaca untuk menghadirkan kembali karya itu dalam bahasanya sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sepanjang pengetahuan saya, baru di ajang pemberian Man Booker International Prize 2016, penerjemah karya fiksi memperoleh penghargaan setara dengan penulis aslinya. Panitia Man Booker menetapkan pembagian hadiahnya sama besar. Rupanya, panitia Man Booker mengapresiasi peran penerjemah dalam menjadikan karya yang ditulis dalam bahasa tertentu agar dapat dibaca khalayak yang lebih luas, yakni pembaca berbahasa Inggris.

Tidak seperti penulis, penerjemah memang tidak mengarang sebuah dongeng. Penerjemah tidak berimajinasi tentang ceritanya, tidak merancang plot dan adegan. Ia tidak mereka-reka karakter di dalam kisah fiksi itu. Ia tidak menyusun dialog, juga tidak melakukan riset mengenai tempat-tempat kejadian yang mungkin dijadikan latar tempat kejadian (Beberapa penulis melakukan riset dalam memilih tempat kejadian untuk kisah fiksinya dengan mengunjungi tempat-tempat itu, seperti dilakukan Michael Scott untuk menulis serial fiksinya, The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kendati begitu, pekerjaan yang ditunaikan penerjemah tidak kurang beratnya. Penerjemah fiksi yang bagus, dan kita di Indonesia punya cukup banyak, bukan sekedar melakukan proses penerjemahan kata per kata ataupun kalimat per kalimat. Penerjemah yang bagus akan berusaha menyerap kisah yang disampaikan penulis lewat kalimat deskripsi maupun percakapan karakter-karakternya.

Penerjemah yang bagus berusaha menangkap nuansa yang dibangun penulis dan menuliskannya kembali dalam bahasa Indonesia. Ia berusaha memahami dan menyerap gaya menulis penulis dan menjaga agar gaya itu tetap dirasakan oleh pembaca Indonesia. Ia berusaha memahami narasi di dalam karya itu dengan menyelami konteks budayanya, lalu menyampaikannya kembali dalam bahasa sendiri.

Karena itu, penerjemahan bukanlah proses sederhana, tapi menuntut kesadarannya akan kisah dan latar belakang yang dipakai penulisnya. Ketika memilih kata terjemahan, ia berusaha tidak kehilangan suasana emosional karakternya—amarah, kelembutan, kegalauan, ataupun kekecewaan. Amarah dapat diungkapkan dalam banyak cara, dan masing-masing direfleksikan dalam kata-kata yang berbeda. Manakah yang akan dipilih: kata memukul, menghantam, atau menggebug?

Penerjemah, pada akhirnya, punya tanggung jawab untuk menjaga agar ketegangan yang dibangun penulis tetap tersampaikan kepada pembaca dari bahasa yang berbeda. Kesunyiannya tetap tersampaikan, kegembiraannya tetap tersampaikan—semuanya tergantung kepada kekuatan penerjemah dalam memahami teks aslinya dan kepiawaiannya menuangkan kembali ke dalam bahasanya sendiri.

Dialog di antara karakter-karakter dalam kisah fiksi seringkali mengandung nuansa yang menyiratkan latar belakang mereka: kelas sosial, pendidikan, status ekonomi, maupun keadaan emosionalnya. Di antara kata-kata yang diucapkan karakternya juga tersirat motif, niat, ataupun kondisi batinnya. Di tengah kerumitan itu, penerjemah meresonansikan kembali pengalamannya sebagai pembaca dengan memakai bahasa sendiri. Kepekaannya sebagai pembaca akan sangat berarti manakala dipadukan dengan kepiawaiannya dalam mengungkapkan kembali karya seorang penulis dalam bahasa sendiri.

Boleh dibilang, penerjemahan fiksi tidak ubahnya seperti menceritakan kembali kisah yang ditulis penulis aslinya dalam bahasa penerjemah tanpa kehilangan nuansa, makna, maupun kekuatan si penulis. Sebagian penulis sangat piawai dalam menggunakan metafor, memasukkan unsur humor, membangun ritme pengisahan, ataupun menguarkan aroma tragedi di dalam ceritanya.

Tantangannya bertambah berat manakala penerjemah Indonesia menerjemahkan karya berbahasa Inggris yang sebenarnya merupakan terjemahan dari karya asli yang ditulis dalam bahasa lain lagi. Itulah yang terjadi dengan Pulang, kumpulan cerita pendek Hungaria, yang diterjemahkan dengan amat menarik oleh almarhum Fuad Hassan dari versi bahasa Inggrisnya, Homecoming and Other Stories, yang karya aslinya berbahasa Hungaria, Hazaérkezés.

Meskipun segenap upaya dilakukan penerjemah agar pembaca tetap merasakan aura penulis aslinya, sebuah karya terjemahan sesungguhnya sebuah karya baru. Penerjemahan tidak ubahnya ikhtiar merekonstruksi pengalaman membaca dalam bahasa yang berbeda. Sebab itulah, seorang penerjemah patut memperoleh penghargaan yang layak atas segenap jerih payahnya. Ia telah membuka pintu bagi pembaca yang lebih luas agar dapat mengenal karya yang ditulis dalam bahasa ibu penulisnya. Dan kita, sebagai pembaca, berutang budi kepada para penerjemah yang membuat kita dapat membaca karya-karya penulis hebat dari berbagai penjuru dunia. (sumber foto ilustrasi: linkedin.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB