x

Iklan

Tri Suharman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Arcandra, Identitas Kita, dan Negeri Tidak Jelas

Kok bisa-bisanya pemerintah kecolongan persoalan kewarganegaraan. Persoalan identitas nasional seseorang yang bukan biasa, tapi seorang menteri!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pencopotan Arcandra Tahar dari jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi topik utama di antara semarak peringatan HUT RI pada pekan ini. Tokoh yang terlihat cukup unik ini ternyata harus menerima nasib buruk lantaran tersandung kasus dwikewarganegaraan.

Saya pun teringat kali pertama Arcandra muncul di layar kaca. Terus terang, mata ku langsung tertuju pada kepalanya yang plontos, bajunya yang kegedean, dan wajahnya sederhana. Bukan bermaksud menghina ya, tapi itulah pemandangan yang saya tangkap sebagai penonton tv.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Alangkah penasarannya saya terhadap sosoknya, sampai heran apa yang membuat Presiden Jokowi memilih orang unik ini menjadi menteri? Hingga pada akhirnya saya mengetahui dia salah satu orang hebat kita “yang ngumpet” di luar sana.  Keahliannya di bidang minyak bumi dan gas membuat pria asal Padang itu mengomandoi banyak perusahan perminyakan di Amerika, bahkan punya tiga hak paten! Wow keren.

Namun sayang, beribu sayang, kehebatannya langsung menciut berselang dua pekan dia menjabat. Arcandra harus mundur dari jabatan karena kedapatan punya dua paspor yakni Paspor Indonesia dan Amerika Serikat. Sebuah masalah yang tak pernah diduga muncul oleh khalayak, dan mungkin Arcandra sendiri.

Yang pasti, dia harus menerima deraan sikap nyinyir banyak pihak; bahwa orang menduga Arcandra sengaja menyembunyikan identitas nasionalnya demi menduduki jabatan menteri. Betapa malunya bila saya dituduh begitu. Tapi mau tak mau, orang cerdas itu menelan kepahitan yang dialaminya.

Beribu pertanyaan pun muncul di tengah pencopotan mendadak pria dengan senyum lega ini. Kok bisa sih, kewarganegaraan luput dari pengecekan tim Presiden saat proses rekrutmen? Apakah dia lolos administrasi hanya karena mengaku-ngaku bermuka Padang?  Seperti yang diungkapkannya kepada para wartawan. Atau karena hanya menunjukkan Paspor Indonesia? sungguh sebuah kenyataan yang mengherankan.

Okelah, mari kita “terhibur sejenak” dengan pernyataan Pak Menko Maritim Luhut Pandjaitan yang bilang, bahwa siapapun bisa keliru termasuk pemerintah. Tapi Pak, plis, saya tahu anda hanya ingin meredakan kegaduhan. Terus terang, itu bukan jawaban Pak!

Kok bisa-bisanya pemerintah kecolongan persoalan kewarganegaraan. Persoalan identitas nasional seseorang yang bukan biasa, tapi seorang menteri! Seorang yang akan mengomandoi kebijakan energi kita yang kaya raya ini?

Kondisi ini malah mengarahkan pada situasi yang menghawatirkan bahwa kita masih bingung akan identitas. Ini bukan kesimpulan yang naïf karena kasus ini bukan kali pertama, sebelumnya aparat pemerintah juga melakukan blunder yang seirama.

Pak Tedjo Edhy Purdjiatno, Menko Polhukam yang akhirnya digantikan oleh Pak Luhut sendiri, dihujami kritikan lantaran ucapannya. Ia menyebut identitas para pendukung Komisi Pemberantasan Korupsi tidak jelas. “Konstitusi yang akan mendukung (KPK), bukan dukungan rakyat enggak jelas itu,"  kata dia ke awak media.

Gimana bisa pemerintah mengira rakyat tidak jelas? Jangan disalahkan bila pada akhirnya muncul anggapan bahwa menteri sendiri tidak diketahui asal usulnya, apalagi rakyatnya? Bagaimana mungkin kita bisa bicara soal kesejahteraan sosial sebagai hak masyarakat dan kewajiban negara, bila kita tak faham betul identitas rakyat kita.  

Sangat mencengangkan, kita yang sudah merdeka lebih setengah abad ini seperti masih bingung mendefenisikan sebuah identitas, Apa kata dunia! Apakah ini berarti kita harus kembali mengidentifikasi siapakah sebenarnya diri kita?

Harus ditegaskan lagi, bahwa di jaman teknologi yang edan ini, kita bisa menjadi apapun yang kita mau. Contoh Jan Koum, yang dulunya gelandangan Ukraina yang berubah menjadi milioner setelah menciptakan aplikasi pesan sejagat WhatsApp di Amerika. Begitu juga Jack Ma, guru miskin Cina yang menjadi orang terkaya ke dua di Asia setelah membangun Alibaba Group.

Boleh jadi kehebatan mereka membikin sejumlah negara rela memberi status kewarganegaraan dengan cuma-cuma.Pun demikian dengan Arcandra yang pada akhirnya memiliki dua kewarganegaraan karena kecerdasannya. Kita harus membuka mata lebar-lebar dengan kondisi kekinian ini. Kita harus mengembalikan para orang cerdas ini ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Karenanya, masalah yang menimpa Arcandra harusnya mendorong pemerintah dan para pembuat perundang-undangan lebih terbuka bagi para diaspora, khususnya yang hendak kembali ke Tanah Air untuk mengabdi. Sekaligus menjadi renungan identitas kita sebagai bangsa, sebagai warga negara Indonesia, yang cinta terhadap kemerdekaan yang dihadiahkan oleh para Pahlawan. Jangan sampai, kita menikmati kemerdekaan, tapi jenis kelamin pun kita tidak tahu!

Tri Suharman

@trie_suharman

sumber foto : Yudhi Mahatma /Antara Foto/beritagar.id

 

Ikuti tulisan menarik Tri Suharman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler