Prajurit TNI itu nasionalis sejati. Bertindak sesuai Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Tindakannya berdasarkan Pancasila serta UUD 1945. Bahkan ketika telah purnawirawan.

Kalau ada mantan prajurit TNI, apalagi pernah memimpin kesatuan elit dan seorang perwira tinggi, menghasut mengajak rakyat berbuat makar: dia bukan tentara rakyat.

Dia mencoreng citra TNI yang pro-lajur konstitusional. Mengimbau melakukan makar, menebarkan ancaman kalau pilihan politiknya di Pilpres 2019 gagal unggul.

Sama saja dia hanya sampah berbau tengik. Mana jiwa ksatrianya sebagai sosok yang pernah sebagai prajurit kebanggaan negara? Sekarang tak ubanhnya seoerti preman.

Mengajarkan rakyat cara makar melalui sebuah video. Disebarkan di media sosial. Mengultimatum kalau hasil Pilpres 2019 berbeda dengan pilihannya, maka bakal mengerahkan massa untuk mengamuk.

TNI sepertinya tidak pernah mendoktrin prajuritnya untuk menghancurkan kehidupan bernegara yang sesuai Pancasila dan UUD 1945. Lalu apa yang dijiwau si oknum purnawirawan TNI itu selama menjadi prajurit?

Ide, saran, sang purnawirawan TNI yang pernah memimpin kesatuan elit untuk mengajak makar di konten video di media sosial itu harus kita telaah dengan akal sehat.

Intinya dia bukan prajurit TNI. Bukan tentara rakyat. Bukan penjaga pertahanan negara. Kita tetap harus meyakini bahwa TNI sejati adalah yang menjaga bangsa dan ralyat dari kehancuran.

Ikuti tulisan menarik Ferguso Kubangun lainnya di sini.