x

Iklan

Septian Dhaniar Rahman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Review Film Ghost in the Shell

review film adaptasi komik Jepang Ghost in the Shell

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mayor (Scarlett Johansson) dan Batou (Pilou Asbaek) adalah dua polisi tangguh dari Section 9 yang bertugas memberantas kejahatan berbasis teknologi. Pimpinan keduanya yaitu Chief Aramaki (Takeshi Kitano) memerintahkan keduanya untuk menyerbu teroris bersenjata yang tengah beraksi di jamuan makan malam hotel berbintang dengan ditemani oleh para geisha. Mayor dan Batou berhasil melaksanakan tugasnya tetapi sang dalang kejahatan bernama Kuze (Michael Carmen Pitt) berhasil lolos. Saat Mayor beserta Batou dan rekan-rekan lain dari Section 9 berhasil menyergap sarang rahasia Kuze, justru Mayor tertawan oleh Kuze. Dalam kondisi inilah, Kuze menyingkap siapa sebenarnya Mayor yang selama ini patuh pada pimpinan dan juga pihak perancang tubuh sibernetiknya dari Hanka Robotics. Mayor akhirnya tahu bahwa pihak perancangnya, dalam hal ini Dokter Ouelet (Juliette Binoche) menyembunyikan suatu rahasia kelam yang mengarah pada kondisi darurat bagi negara.

Film berdurasi 105 menit produksi Paramount dan DreamWorks ini merupakan adaptasi dari komik Kodansha Jepang berjudul sama karya Masamune Shirow. Sutradara Rupert Sanders yang sebelumnya membuat film fantasi Snow White and the Huntsman kali ini bekerja sama dengan penulis skenario Jamie Moss dan William Wheeler untuk membuat film bertema cyberpunk ini.

Sanders dan seluruh kru filmnya sungguh beruntung mendapatkan Scarlett Johansson sebagai bintang utama film ini. Di awal kariernya, aktris cantik nan seksi ini lebih banyak tampil dalam film drama-drama berbobot seperti The Girl With A Pearl Earring, Lost in Translation, serta Match Point, tetapi kemudian menjelma menjadi aktris jagoan papan atas semenjak mendapatkan peran sebagai Black Widow dalam franchise film superhero adaptasi komik Marvel, The Avengers. Boleh kita katakan, Johansson menanggung beban berat reputasi film ini dan beruntung penampilannya sebagai Mayor lumayan oke, sementara dari jajaran bintang pendukung mungkin hanya aktor veteran Jepang Takeshi Kitano yang lihai mendalami perannya sebagai Chief Aramaki yang selalu berdialog dalam bahasa Jepang di film ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Skenario adaptasi karya Moss dan Wheeler sebenarnya tidak terlalu berbelit, walau sempat menyajikan adegan kilas balik yang mengungkap siapa Mayor sebenarnya, tetapi kita sebagai penonton masih bisa mengikuti jalan cerita apalagi dengan iringan musik apik dari Clint Mansell dan Lorna Balfe.

Keunggulan terbesar film Ghost in the Shell ini terletak pada tiga hal yakni Tata Artistik, Tata Kostum dan Efek Visual. Desainer produksi Jan Roelfs menata setting film ini begitu cyberpunk, mengingatkan kita kepada film klasik karya Ridley Scott, Blade Runner. Sementara penata kostum Kurt & Bart juga mendesain kostum-kostum menawan dalam film ini termasuk kostum Thermoptic Mayor yang sangat menggoda (ehem!). Tentu saja kita tidak melupakan peran dua penata efek visual pemenang Oscar yaitu John Dykstra (Star Wars, Spider-Man 2) dan Guillaume Rocheron (Life of Pi) dalam mendesain beragam adegan efek visual ciamik dalam film ini terutama yang melibatkan Mayor saat bertarung melawan para musuhnya.

Secara keseluruhan, film Ghost in the Shell menjadi salah satu film yang lumayan bagus di tiga bulan pertama tahun 2017 ini selain Logan dan Kong Skull Island menurut kita.

7/10

Ikuti tulisan menarik Septian Dhaniar Rahman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu