Infrastruktur Air Bersih, Sanitasi, Jalan, dan Transportasi
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB#InfrastrukturKitaSemua
http://www.harianjogja.com/baca/2016/10/01/pencemaran-sungai-ribuan-ton-sampah-cemari-sungai-di-bantul-757531/2
Bagi kehidupan manusia, air memiliki peranan penting dalam keberlangsungannya. air sebagai salah satu hajat dasar manusia, ketersediaan air bersih adalah hal utama menjamin kelayakan hidup.Dari segala aspek dalam kehidupan, air memang sangat dibutuhkan. Dari kebutuhan pokok, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan umum, kebutuhan industri, kebutuhan perdagangan, kebutuhan pertanian, hingga kebutuhan pelayaran, dan sebagainya.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari saja, manusia membutuhkan air untuk minum, mandi, menyuci, membersihkan lantai, BAB, BAK, dan berwudhu (bagi orang Islam). Hal ini menegaskan bahwa air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus terpenuhi kebutuhannya. Namun, bagaimana jika kondisi air yang digunakan sudah jauh dari kata “layak” digunakan? Bagaimana jika air bersih sudah sangat sulit untuk didapatkan?
http://internasional.kompas.com/read/2017/04/13/08481061/who.2.miliar.penduduk.dunia.gunakan.air.terkontaminasi
Baru-baru ini beredar berita di media massa, yang dikemukakan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) mengenai 2 miliar penduduk dunia menggantungkan hidupnya dari air yang sudah terkontaminasi. Jumlah tersebut bila dipersentasekan menjadi 27 persen dari jumlah penduduk yang ada di dunia. Keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan. Mengingat bahwa air sangat erat dengan kehidupan manusia.
Penduduk yang mengonsumsi air terkontaminasi tersebut sangat rentan terhadap penyakit kolera, diare, disentri, tipus, dan polio. Selain itu juga dapat menimbulkan penyakit tropis lainnya seperti cacing perut, schistosomiasis (penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit), dan trakhoma (infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri). Lalu bagaimana dengan kondisi air di Indonesia?
Indonesia hampir mewakili 6 % dari sumber daya air dunia. Selain itu, Itu menandakan bahwa indonesia tidak termasuk dalam negara yang langka sumber daya airnya. Namun pada kenyataannya, sebagian besar daerah di Indonesia seperti Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur mengalami kekurangan air bersih. Hanya 29 % dari jumlah penduduk Indonesia yang dapat menjangkau air bersih melalui pipa. Dan hanya 57,35 % dari jumlah penduduk Indonesia yang mendapatkan akses layanan air minum.
Berdasarkan laporan dari Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di tahun 2015 hampir 65 persen mutu air sungai di 33 provinsi di Indonesia dalam status tercemar berat. Dari hasil tersebut berarti kualitas air sungai di semua lokasi di negeri ini sebagian besar dalam kondisi tercemar berat. Sungguh sangat mengkhawatirkan, mengingat bahwa air sungai merupakan sumber utama air bersih yang masih digunakan penduduk Indonesia. Sumber air yang kualitasnya buruk akan mengancam kondisi kesehatan masyarakat yang menggunakannya.
Yang lebih mencengangkan lagi, sebagian besar sumber utama pencemaran air sungai di Indonesia berasal dari limbah domestik atau rumah tangga. Masyarakat menilai bahwa sumber utama pencemaran air sungai adalah limbah dari industri, padahal limbah domestik (rumah tangga) yang paling berperan sebagai pencemaran air sungai.
Dari semua itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kualitas air tergantung dari sanitasi yang ada. Apabila sanitasi yang ada dalam kategori buruk maka kulitas air yang ada juga menjadi buruk. Sanitasi menjadi faktor yang menentukan suatu kualitas air. Lantas, bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah terhadap fenomena air tercemar tersebut?
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Australia melalui Indonesia Infrastruktur Initiative (Indll ). Dari kerjasama kedua negara tersebut, merilis laporan akhir inovasi penelitian terapan di sektor air minum dan sanitasi yang memaparkan hasil penelitian Australia – Indonesia Infrastructure Research Awards (AIIRA). AIIRA tersebut bertujuan untuk meningkatkan kebijakan, perencanaan dan kegiatan infrastruktur di seluruh sektor air dan sanitasi di Indonesia melalui penelitian kolaboratif.
Inovasi penelitian yang terdapat dalam laporan tersebut meliputi: perbaikan infrastruktur irigasi, kontrak sosial dan tata kelola air minum, penyediaan air dan sanitasi berbasis masyarakat yang berkelanjutan serta penggunaan aplikasi berbasis web untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
Dengan memberikan dana hibah, program ini akan memberikan akses yang lebih baik menuju air pipa bersih bagi sekitar 380.000 penduduk di lebih dari 70.000 rumah tangga miskin perkotaan. Bantuan Pemerintah Australia juga membantu pemerintah setempat untuk berinvestasi pada sambungan pembuangan kotoran rumah tangga dan perencanaan sanitasi.
Masyarakat miskin di wilayah pedesaan juga didukung dengan akses menuju sarana air dan sanitasi yang lebih baik. Program ini mendorong masyarakat untuk merencanakan, membiayai, mengelola dan mempertahankan sistem pasokan air dan sanitasi yang mereka miliki dan meningkatkan kebersihan. Hingga 4.000 desa di seluruh Indonesia akan mendapatkan manfaat dari bantuan ini.
Selain masalah air, termasuk masalah sanitasi, Indonesia juga masih berkutat dengan masalah yang berhubungan dengan transportasi. Kebutuhan infrastruktur Indonesia khususnya sarana prasana transportasi semakin tinggi bersamaan dengan peningkatan jumlah pendudukan yang setiap tahun terus bertambah. Kemacetan di Indonesia semakin tak terbendung, termasuk di kota-kota besar di Indonesia. Bagi mereka yang hidup di tengah ramainya kota-kota besar di Indonesia, kemacetan sudah menjadi hal yang biasa, bahkan setiap hari mereka merasakannya. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah sendiri.
Namun di daerah terpencil dan terpinggir, sarana prasarana transportasi yang ada terbatas dan kualitas jalan yang tersedia menurun berdampak pada akses menuju sarana kesehatan, sekolah dan pekerjaan, memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membuat harga melambung, khususnya harga pangan.
Keadaan infrastruktur di Indonesia yang seperti itu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Para penanam modal terhambat oleh arus perjalanan yang lambat dan kesulitan dalam pengangkutan barang. Hal ini mempengaruhi pekerjaan dan kesempatan penghasilan masyarakat miskin. Lalu, bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah untuk masalah transportasi dan kemacetan tersebut?
Pemerintah Australia berkomitmen untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam meningkatkan kebutuhan infrastruktur yang mendesak. Bantuan Pemerintah Australia digunakan untuk investasi infrastruktur fisik dan juga bantuan reformasi kebijakan dan kelembagaan. Kerjasama ini menggaet Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Keuangan dan Kementerian Perhubungan Indonesia untuk meningkatkan mutu, perencanaan dan pembangunan infrastruktur di Indonesia.