Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) gagal di sejumlah Pilkada yang digelar serentak tahun 2017 tahun ini. Di Pemilihan Gubernur (Pilgub) tak satu pun kemenangan yang diraih oleh partai berlambang banteng moncong putih itu.
Di Pilgub Bangka Belitung, kader PDIP, Rustam Effendi yang berpasangan dengan Abdul Fatah kalah dari pasangan Erzaldi Rosman-Abdul Fatah. Erzal diusung oleh gabungan Partai Gerindra, Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa. Padahal Rustam merupakan calon petahana.
Nasib serupa juga dialami oleh Rano Karno di Provinsi Banten. Rano yang menjadi gubernur menggantikan Ratu Atut itu dipaksa mengakui kemenangan pasangan Wahidin Halim yang berpasangan dengan Andika Hazrumy, putra Ratu Atut. Gugatan yang diajukan oleh Rano Karno tak mampu merubah keadaan. Banten dipastikan mendapat gubernur baru.
Kegagalan yang sama juga dialami oleh calon yang diusung PDIP di Pilgub Gorontalo. Hanna Hasanah yang berpasangan dengan Tonny Junus harus mengakui jagoan Partai Golkar, Rusli Habibie-Rusli Rahim. Istri dari Fadel Muhammad itu kalah sangat telak.
Yang paling menyakitkan, jagoan PDIP di DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat harus mengakui keunggulan penantangnya dari Partai Gerindra dan PKS, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Kekalahan di Jakarta ini merupakan pukulan yang sangat telak bagi PDIP karena sebagian besar menganggap Pilgub DKI Jakarta merupakan pemanasan menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019.
Selain itu, Pilkada Jakarta merupakan barometer politik nasional, karena Pilkada DKI diikuti oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dan pada Pilkada DKI sekarang, Gerindra mengalahkan PDIP dengan angka yang cukup telak. Hasil tersebut akan dingat oleh publik.
Ada yang berpendapat bahwa sikap politik PDIP yang mengusung Basuki Tjahaya Purnama menjadi penyebab kegagalan jagoan partai tersebut di sejumlah Pilkada yang digelar serentak pada tahun ini. Imbas tersebut lantaran Basuki menjadi tersangka dalam kasus penistaan agama dan saat ini kasus tersebut tengah bergulir di pengadilan dan menunggu putusan hakim.
Tak sedikit juga yang meramal bahwa kekalahan PDIP di Jakarta kali ini akan berdampak sangat buruk pada Pileg dan Pilpres pada 2019 nanti. Apalagi kontestasi politik kali ini telah dibumbuhi setimen SARA. Hingga saat ini isu tersebut masih berhembus kencang dan mungkin tak akan reda saat Pileg nanti.
Ini masa paling kelabu yang dialami oleh PDIP setelah unggul mutlak pada pemilu 1999 dan kembali terulang ketika pemilu lalu sekaligus merebut puncak kepemimpinan di Republik ini. Bila dinamika ini tidak berubah dalam dua tahun ini, berkemungkinan kursi PDIP di Senayan akan tinggal separo. Dan bisa jadi pula imbas tersebut sampai ke Pilpres.
Ikuti tulisan menarik jefri hidayat lainnya di sini.