x

Iklan

Ignatius Aryono Putranto

Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menghadirkan Pancasila dalam Era Revolusi Industri Keempat

Penggunaan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari harus dengan penuh tanggungjawab dan juga sesuai dengan Dasar Negara kita yaitu Pancasila

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Ignatius Aryono Putranto

Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

 

This country, the Republic of Indonesia, does not belong to any group, nor to any religion, nor to any ethnic group with customs and traditions, but the property of all of us from Sabang to Merauke (Ir. Soekarno)

Latar Belakang

Pesan dari Bung Karno tersebut menjadi dasar lahirnya Pancasila yang merupakan jati diri bangsa Indonesia. Tentu ketika merumuskan kalimat tersebut, Bung Karno sudah memiliki gambaran yang jelas mengenai kehidupan dalam berbangsa bagi masyarakat Indonesia yang sejak awal muncul dengan banyak perbedaan latar belakang. Bukan sesuatu yang mudah dalam memimpin bangsa yang memiliki keragaman suku, agama, budaya. Keberagaman ini menjadi salah satu kelebihan Bangsa Indonesia yang belum tentu dimiliki oleh banyak bangsa lainnya. Bung Karno tentu mennyadari bahwa dengan beragamnya rakyat Indonesia, maka harus ada pemersatu di antara mereka. Harus ada ikatan yang kuat sehingga nantinya meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, tetapi tetap bersatu atas nama Bangsa Indonesia. Maka dari sejarah yang tertulis pada diri bangsa ini, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno melontarkan istilah Panca Sila yang akhirnya menjadi tanggal lahir dasar Negara yang sangat kita banggakan. Yudi Latif, dalam bukunya yang berjudul ‘Revolusi Pancasila’ menyatakan bahwa “secara historis, kelima sila Pancasila merupakan perpaduan (sintesis) dari keragaman keyakinan, paham, dan harapan yang berkembang di negeri ini” (Latif, 2015: 39).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pancasila, yang dapat disebut lahir dari banyaknya perbedaan, seharusnya menjadi nilai dasar yang senantiasa dijunjung oleh segenap masyarakat Indonesia. Tetapi saat ini banyak tantangan (dan juga ancaman) yang harus dihadapi oleh Pancasila terutama ketika di era sekarang ini, masyarakat Indonesia yang semakin maju dalam peradabannya terutama dalam penggunaan teknologi. Teknologi pada dasarnya memang diciptakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Meskipun demikian, teknologi juga bisa menjadi alat yang mampu membahayakan kehidupan manusia apabila tidak digunakan secara bijaksana.

Tulisan ini bertujuan untuk membingkai makna kehadiran Pancasila bagi masyarakat Indonesia yang sangat majemuk. Tulisan ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi terutama bagi kehidupan masyarakat yang pada era saat ini semakin lekat dengan teknologi sehingga pada akhirnya, kita dapat menghadirkan semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam kelima Sila yang menjadi dasar Negara kita ini di tengah hiruk pikuk kehidupan moderen.

Pancasila sebagai Sarana Pemersatu Bangsa

            Seperti yang telah tercantum pada bagian latar belakang, Pancasila dilahirkan karena adanya keragaman dalam masyarakat Indonesia. Harapan dari para pendiri bangsa ini adalah, dengan adanya Pancasila maka seluruh perbedaan atau keragaman yang mewarnai masyarakat Indonesia, dapat disatukan dalam satu dasar Negara. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mohamad Sinal. Dalam bukunya yang berjudul ‘Pancasila: Konsensus Negara-Bangsa Indonesia’, Mohamad Sinal menyampaikan bahwa Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras, dan golongan (Sinal, 2017:2). Pancasila menjadi satu-satunya dasar Negara dan sekaligus sebagai alat untuk mempersatukan bangsa ini. Kalimat ini dapat juga diartikan bahwa ketika ada usaha-usaha dari segelintir orang yang bertujuan untuk merusak persatuan dan kesatuan bangsa, berarti usaha tersebut juga mencederai Pancasila. Syafruddin Amir, dalam penelitiannya yang berjudul Pancasila as Integration Philosophy of Education and National Character menyatakan bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa yang harus menjadi spirit bagi setiap nadi kehidupan dari masyarakat dan kegiatan yang konstitusional karena Pancasila dipandang sebagai media akulturasi dari bermacam-macam pemikiran mengenai agama, pendidikan, budaya, politik, social, dan bahkan ekonomi (Amir, 2013).

Revolusi Industri Keempat

            Pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) yang diselenggarakan di Davos, Switzerland pada bulan Januari tahun 2016, hal yang menjadi sorotan adalah mengenai revolusi industri keempat yang sedang kita hadapi saat ini. Emanuel Dimitrios Hatzakis, dalam artikelnya yang berjudul The Fourth Industrial Revolution, menyatakan bahwa salah satu ciri dari era revolusi industri keempat adalah semakin banyaknya perkembangan teknologi dalam kehidupan kita (Hatzakis, 2016). Fenomena ini sekarang sudah semakin terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Memang jika kita berbicara konsep revolusi industri, maka konteks yang digunakan adalah konteks industri, mencakup produksi, bisnis, pasar, dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam tulisan ini saya ingin membawa konsep revolusi industri tersebut ke dalam konteks kehidupan bermasyarakat karena sebenarnya masyarakat juga merupakan elemen dari industri kehidupan.

            Tanpa kita sadari, saat ini dalam hidup sehari-hari, kita semakin tenggelam dalam hiruk pikuk teknologi. Dalam menjalankan setiap aktivitas, kita hamper tidak pernah terlepas dari gawai yang kita miliki, baik untuk mengerjakan rutinitas tugas di kantor maupun untuk bersosialisasi dengan orang lain. Perkembangan teknologi yang sangat pesat pun bisa diikuti oleh masyarakat Indonesia dengan mudah. Hal ini terlihat dari semakin seringnya teknologi komunikasi muncul dengan mengusung fitur-fitur yang semakin canggih dan dalam waktu singkat sudah mampu menjaring pelanggan dalam jumlah yang tidak bisa dikatakan sedikit.

Urgensi Menghadirkan Pancasila dalam Hiruk Pikuk Teknologi

            Dari semakin banyaknya penggunaan teknologi dalam kehidupan, salah satu hal yang patut diwaspadai adalah penggunaan teknologi yang tidak bertanggungjawab dapat berdampak pada rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa ini. Sudah banyak peristiwa yang mengarah ke sana, sebagai contoh: penggunaan media sosial (medsos) untuk menyebarkan ajaran-ajaran radikal yang berpotensi melukai Kebhineka Tunggal Ika-an bangsa ini, mudahnya seseorang memberikan ujaran kebencian kepada orang lain melalui media sosial, serta tindakan-tindakan ekstrim seperti bom bunuh diri di beberapa tempat ibadah. Bahkan aktivitas ini seakan semakin tidak terkendali karena begitu mudahnya membuat akun media sosial serta semakin banyaknya masyarakat bangsa ini yang mudah terpancing dengan isu-isu radikal tersebut. Pemerintah memang tidak tinggal diam dalam menyikapi beberapa peristiwa tersebut. Tetapi yang menjadi masalah adalah dunia teknologi adalah dunia yang cair dan dinamis. Ketika pemerintah sudah berusaha untuk memblokir beberapa akun media sosial yang meresahkan, maka bisa dipastikan akan semakin banyak muncul akun-akun baru yang serupa.

            Perlu diingat bahwa dari uraian sebelumnya, kita menyadari bahwa Pancasila merupakan pemersatu bangsa. Dari sini kita bisa melihat bahwa semua tindakan-tindakan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk juga yang dilakukan dengan perantaraan teknologi berarti telah melukai Pancasila. Kelima sila dalam dasar Negara kita bukanlah hanya untaian kalimat-kalimat kosong yang hanya akan menghiasi buku-buku pelajaran. Lambang Burung Garuda Pancasila bukan pula hanya sekedar pajangan yang wajib menghiasi dinding setiap rumah. Justru yang harus kita sadari adalah bahwa dengan adanya Pancasila maka seluruh elemen bangsa ini yang sangat beragam, akan dapat disatukan termasuk ketika kita semakin akrab dalam menggunakan teknologi pada kehidupan kita. Semakin tinggi penggunaan teknologi, seharusnya kita semakin bersatu dengan orang lain karena pada dasarnya teknologi diciptakan untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik. Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah dasar Negara kita memiliki lima sila. Lima merepresentasikan bilangan ganjil. Sesuatu yang masuk dalam kategori bilangan ganjl, akan menjadi lebih lengkap jika ada bilangan genap. Maka, kelima sila dalam Pancasila tersebut akan menjadi semakin lengkap jika kita mampu menggenapinya dengan berperilaku sesuai dengan pesan-pesan yang tersirat dari sila-sila tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Syarifuddin. 2013. Pancasila As Integration Philosophy of Education and National Character. International Journal of Scientific & Technology Research. Volume 2, Issue 1, January 2013

Hatzakis, Emmanuel Dimitrios. 2016. The Fourth Industrial Revolution. Researchgate. February 2016.

Latif, Yudi. 2015. Revolusi Pancasila. Penerbit Mizan

Sinal, Muhammad. 2017. Pancasila Konsensus Negara-Bangsa Indonesia. Penerbit Madani

Ikuti tulisan menarik Ignatius Aryono Putranto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler