Ambon seperti tak kenal lelah memoles keberagaman menjadi kekayaan. Pemerintah propinsi dan kota bersama masyarakat bahu membahu dengan penuh semangat menyukseskan berbagai acara kebangsaan dan keagamaan. Setelah sukses menghelat MTQ Nasional XXIV tahun 2012 dan PESPARAWI Nasional XI tahun 2015, beberapa hari lalu Ambon juga dengan penuh gairah menyukseskan PESPARANI Nasional Katolik I. Rangkaian tak putus ribuan baliho, banner dan spanduk berbagai ukuran menegaskan sambutan ramah masyarakat Ambon kepada 7000-an tamu agar nyaman dan kerasan di kota ini. Seolah belum puas dengan tampilannya, pada tahun 2019 mendatang kota Ambon bersiap menyongsong perhelatan umat Hindu.
Nyata jelas Maluku, khususnya Ambon tengah meneguhkan dirinya sebagai laboratorium kerukunan umat beragama yang diperhitungkan di negeri ini. Ambonia manise memang tengah bangkit bergairah membangun, tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga berkontribusi bagi pembangunan kesatuan dan persaudaraan nasional yang sejati.
Kesan mendalam tentang persaudaran dan kesatuan dalam keragaman itu akan terus dikenang dan terpatri dalam hati tiap peserta PESPARANI Katolik yang baru saja berakhir. Pastor Redemtus Simamora, ketua Kontingen SUMUT, mengisahkannya dengan lebih detail: “saya perhatikan sikap pendamping tim luar biasa. Apa yang kita butuhkan dipenuhi dengan cepat,.Mulai dari pengangkutan dan kebutuhan pribadi. Mereka selalu siap di tempat 24 jam dan mereka bukan Katolik. Mereka aktif bertanya tentang apa yang diperlukan. Apakah di SUMUT hal ini bisa terjadi? Pertanyaan besar apa dan kapan mereka sampai kesadaran persaudaraan seperti ini ?"
Tak diragukan lagi, Ambon memang layak menjadi teladan dan tempat belajar tentang kerukunan dan kesatuan dalam keragaman. Ketua Kontingen Yogyakarta, Bapak Thomas, bahkan menyebut Abon sebagai Laboratorium Kerukunan Umat Beragama. “Saya harus akui, Ambon luar biasa. Pantas dan layak menyandang predikat laboratorium kerukunan umat beragama. Saya berharap daerah-daerah lain yang hendak menyediakan diri menjadi tuan rumah penyelenggaraan PESPARANI berkenan belajar dari Ambon. Saya yakin dan berharap bahwa daerah-daerah lain pasti mau dan mampu belajar dari Ambon” kata Thomas setelah acara penutupan yang berlangsung meriah.
Kini semua kontingen dari 34 propinsi Indonesia telah kembali ke daerah masing-masing dengan oleh-oleh tak ternilai: pengalaman nyata tentang indahnya persaudaraan dan kesatuan dalam keragaman. Semoga semua kontingen membagikan oleh-oleh ini kepada orang-orang di sekitar mereka sehingga benih-benih persaudaraan tumbuh menjadi pohon persatuan yang kokoh di bumi pertiwi Indonesia. Semoga!
Ikuti tulisan menarik Valentino Barus lainnya di sini.