Berharap Sepak Bola Indonesia Tanpa Kekerasan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kekerasan di lingkungan sepak bola Indonesia kerap terjadi. Seperti pergi berperang, berangkat menonton sepak bola jadi urusan hidup dan mati.

Sepak bola memang olahraga yang disukai oleh masyarakat Indonesia. Di seluruh penjuru nusantara, sepak bola ditonton dan dimainkan dengan sukacita. Namun sayangnya, kecintaan atas olahraga ini kerap dihantui perilaku negatif para pecintanya sendiri.

Dari mulai federasi PSSI yang selalu disorot kinerjanya, hingga budaya hooligan para suporter sepak bola lokal yang dipenuhi kekerasan, sepak bola Indonesia seringkali lebih lekat dengan nilai-nilai tidak terpuji.

Setelah pembunuhan yang terjadi di Bandung beberapa waktu lalu oleh oknum suporter, kini pembunuhan kembali terjadi di Yogyakarta dan menimpa salah seorang suporter.

Usai pertandingan antara PSS Sleman dan Persis Solo di Stadion Maguwoharjo, seorang warga Klaten yang dalam perjalanan pulang, dilempari batu oleh sekolompok oknum tidak dikenal. Masih belum jelas siapa oknum ini, besar kemungkinan memang bukan massa dari kedua kubu. Namun, kemungkinan bisa saja massa ini berasal dari kelompok tertentu yang tidak bertanggung jawab dan berhubungan dengan hooligan tertentu.

Korban diketahui bernama Muhammad Asadulloh Alkhoiri, yang berasal dari Klaten.

Kejelasan dari kejadian ini pun masih dalam penyelidikan intensif dari kepolisian. Satu hal yang pasti, sepak bola kembali berduka dan tercoreng namanya. Entah siapa oknum yang melatarbelakangi dan bagaimana konteks kejadiannya, hasilnya selalu sama: pergi ke stadion untuk menyaksikan klub tercinta bertanding, menjadi urusan hidup dan mati. Sebuah anomali absurd karena seharusnya menonton sepak bola adalah hiburan, bukan dinas militer.

Pendukung kedua kubu pun sangat berduka cita atas kejadian ini. Bahkan pendukung PSIM mengusulkan agar suporter seluruh DIY dapat memperkuat kesatuan dan solidaritas demi mencegah hal seperti ini terulang lagi.

Hal ini pun juga disayangkan oleh salah seorang tokoh lokal Yogyakarta, Bambang Soepijanto. Menurutnya, sepak bola harusnya menjadi olahraga pemersatu rakyat dan bangsa, bukan malahan ajang kekerasan. Menonton sepak bola haruslah menjadi hiburan rakyat yang sejati, dan bukan persoalan hidup dan mati. Suporter datang ke stadion untuk menyemarakan perhelatan sportivitas, bukan pergi berperang.

Bambang Soepijanto sangat berharap, ke depannya sepak bola di Indonesia bisa lebih baik. Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah dapil Daerah Istimewa Yogyakarta (DPD DIY) ini berharap, perbaikan sepak bola tanah air dapat terjadi di semua lini, baik federasi PSSI, pemain, penyelenggara kompetisi, dan suporter yang ada.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Hamzah Zhafiri Dicky

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Rawan Pangan Hantui Dua Desa di Gunung Kidul

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
img-content

Bantuan Sosial Untuk Lansia di Kulon Progo

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler