x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 21 Agustus 2019 01:27 WIB

Dunia Maya yang Benar-benar Nyata

Dunia virtual yang tercipta oleh teknologi digital telah menjadi perluasan atau extension dari dunia riil atau nyata. Sebagai perluasan, apa yang berlangsung di dunia maya menimbulkan efek, konsekuensi, dampak, maupun implikasi pada dunia nyata.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Media sosial [medsos] pada kenyataannya bukanlah dunia maya sebagaimana bayangan maya ketika kita becermin di kaca: ketika kita berpindah tempat dari depan kaca, bayangan maya itu pun ikut hilang. Dunia virtual yang tercipta oleh teknologi digital pun bukanlah kemayaan seperti itu. Jika medsos dunia maya yang sejati, ia hanya terlihat tanpa efek apapun ke dunia nyata. Realitasnya, ketika kita berpindah, jejak digitalnya masih ada, bahkan bertahun-tahun ‘mengapung-apung’ di dunia digital sepanjang tidak dihapus—dan sukar dihapus, sebab siapa saja bisa menyimpannya.

Secara teknis, medsos diciptakan oleh manusia dengan memanfaatkan ‘bahasa mesin’ yang juga ciptaan manusia. Di dalamnya terdapat jejak-jejak yang jelas dari jalan berpikir manusia: algoritma. Algoritma inilah yang ‘menciptakan’ dunia maya. Virtualitasnya adalah virtualitas yang logis matematis, yang dirancang mengikuti imajinasi manusia—meskipun mungkin saja mesin kemudian memiliki kemampuan menciptakan dunia maya versinya sendiri dengan berbekal pengetahuan dasar yang diberikan manusia.

Algoritma disusun, antara lain, untuk memudahkan manusia berkomunikasi secara tekstual, grafis, visual, dan audio—dengan segala kemudahan yang memungkinkan manusia merekam jejak-jejak perkataan dan perilakunya di dunia nyata. Para pemburu pengakuan—subscribers, followers, views, likes, dan seterusnya—menyadari benar cara kerja algoritma media sosial; dan karena itu mereka mengeksplorasinya tanpa henti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para pemburu pengakuan menyadari pula bahwa jutaan susbcribers berarti aliran deras uang masuk, sebagaimana pula para perundung [tukang buli] mengetahui bahwa aksi mereka akan meremukkan moral targetnya. Uang masuk itu bukan sesuatu yang maya, sebagaimana dorongan untuk mengakhiri hidup remaja yang dibuli merupakan kenyataan yang mencemaskan orang tua.

Dunia virtual yang tercipta oleh teknologi digital telah menjadi perluasan atau extension dari dunia riil atau nyata. Sebagai perluasan, apa yang berlangsung di dunia maya menimbulkan efek, konsekuensi, dampak, maupun implikasi pada dunia nyata—dunia keseharian kita sebagaimana ada sebelum zaman internet mengubah hidup kita. Dunia virtual memengaruhi otak kita dan perasaan kita: membuat kita bersiasat, marah, kesal, tertawa, berhasrat, bertengkar, dan banyak lagi perilaku lain.

Caci maki, kata-kata jorok, pujian, dan sanjungan yang bersahut-sahutan di twitter, whatsapp, ataupun line bukanlah kata-kata virtual dalam pengertian maya sebagai antitesis nyata. Semua itu adalah ekstensi dari ucapan-ucapan yang lazim disampaikan dalam perselisihan dan pemujaan sehari-hari. Begitu pun sebaliknya, pertikaian di dunia virtual memengaruhi relasi-relasi di dunia riil. Kegaduhan di jagat politik kita telah menjadi bukti yang konkret.

Dalam banyak hal, efek baik maupun efek buruk dunia virtual terhadap kenyataan hidup kita seringkali tidak mampu kita kendalikan. Kekuatan penyebaran dan kecepatannya sejauh ini membuat pesan-pesan yang disampaikan melalui medsos sukar dihentikan. Tatkala kerusakan sudah terjadi, sangat sukar untuk memperbaikinya, apa lagi memulihkannya seperti semula.

Ketika opini dianggap lebih benar ketimbang fakta, dan disampaikan berulang-ulang dan disebarkan secara luas, opini dianggap sebagai kebenaran. Maka, kerusakan tak terhindari, ketidakadilan tidak mampu ditegakkan. Mengapa fitnah dianggap lebih kejam daripada pembunuhan? Karena dampaknya tidak dapat dikoreksi—persepsi buruk terhadap orang yang difitnah akan terus melekat sekalipun bila orang itu ternyata tidak bersalah seperti yang dituduhkan.

Pesannya sederhana saja: bijaksana memainkan jari-jemari di atas kibor gawai, karena efeknya bisa jadi begitu dahsyat. Apa yang kita bayangkan sebagai permainan dunia maya, dampaknya amat terasa di dunia nyata. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler