Gojek buat Orang Miskin di Jakarta? Ini Sesat Pikir Ucapan Bos Taksi Malaysia

Kamis, 29 Agustus 2019 12:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Penyataan Shamsubarin jelas memperlihatkan gejala sesat pikir: menghubungan fakta soal 'orang atau negara miskin' dan keberadaan gojek secara tidak pas.

Pernyataan pemilik Big Blue Taxi Shamsubahrin Ismail  mengenai Gojek  memicu kontroversi. Dalam video yang viral, ia    mengatakan bahwa Malaysia adalah negara kaya sehingga tak pantas jika warganya jadi driver Gojek. 

"Kita negara kaya. Kalau Indonesia anak muda bagus, dia tak keluar, keluar negara untuk cari kerja. Gojek hanya untuk orang miskin seperti di Jakarta," ucap Shamsubahrin dalam video itu.   Ia juga menyebut “negara-negara miskin” yang lain yang memakai ojek oline  seperti  Vietnam dan Thailand.

Mendapat reaksi keras dari nitizen Indonesia,   Shamsubarin akhirnya minta maaf melalui media. "Indonesia ada di hati saya, rakyat Indonesia ada di hati saya. Saya meminta maaf atas kesalahan dalam pernyataan saya, yang telah menyebut Indonesia sebagai orang miskin,” kata Shamsubahrin seperti dikutip Malay Mail, Rabu, 28 Agustus 2019.

Shamsubahrin menuturkan, dirinya mulai mendapatkan banyak kecaman dari  masyarakat Indonesia yang dilimpahkan ke akun media sosialnya, bahkan sampai dikirimkan pesan kemarahan dan ketidakpuasan ke nomor pribadi WhatsApp miliknya. Ia pun mangakui bahwa yang ada di video viral itu benar dirinya.  Baca: Hina Indonesia dan Gojek,  Bos Taksi Malaysia Minta Maaf maaf?

Penyataan Shamsubarin jelas memperlihatkan gejala sesat pikir:  menghubungkan fakta soal “orang atau negara miskin” dan  keberadaan gojek secara melenceng.

Gojek ada di Singapura
Harus diakui pendapatan per kapita negara Malaysia lebih  tinggi di banding Indonesia, Thailand, dan Vietnam.  Sesuai dengan data Tradingeconomics 2018, pendapatan per kapita Malaysia  sebesar 11,5 ribu dollar Amerika Serikat per tahun.  Adapun  Indonesia, menurut Badan Pusat Stastitik US$ 3.927 atau sekitar Rp 56 juta  pertahun.

Pendapatan per kapita Thailand pun lebih rendah dibanding Malaysia, yakni US$ 6.125. Adapun pendapatan per kapita Vietnam:  US$ 1,8 ribu.

Pernyataan Shamsubarin menjadi kacau karena Gojek juga ada di Singapura, negara yang kaya.  Pendapatan per kapita  negara ini mencapai 55,2 ribu dolar Amerika.  Dalam mengeluarkan argumen menolak kehadiran Gojek di Malaysia,  bos taksi Malaysia ini  terkesan mengabaikan fakta ini untuk menutupi  logika yang melenceng.

Bukan soal  kaya atau miskin
Pernyataan yang mengaitkan gojek dengan negara-negara miskin  sepintas benar, tapi jelas mengandung kesalahan logika.  Persoalannya bukan pada negara miskin atau kaya, melainkan apakan kondisi kota atau negara itu memerlukan ojek online—moda transportasi yang cepat, efisien  dan praktis.

Keberadaan ojek online  berkaitan dengan situasi lalu lintas dan sistem transportasi di suatu kota atau negara.  Di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia, yang keadaan lalu-lintasnya macet,  keberadaan Gojek amat membantu. Penggunanya juga bukan orang miskin. Kebanyakan justru karyawan kantoran yang ingin cepat sampat ke tempat kerja.  Anak-anak sekolah dari keluarga yang mampu pun amat terbantu oleh ojek online.

Di negara kaya seperti Singapura, Gojek juga dibutuhkan, terutama untuk pengantaran makanan. Di sana Gojek dibutuhkan oleh turis yang ingin jalan-jalan secara praktis dan tidak tersesat.  Ojek online pada dasarnya  amat membantu masyarakat karena kondisi lalu-lintas negara ini yang padat.

Bos perusahaan taksi Malayasia, Shamsubarin,  jelas gegabah dalam membuat pernyataan dan sepantasnya minta maaf. ***

Bagikan Artikel Ini
img-content
Nada Samantha

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Viral

Lihat semua