Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Al Chaidar, menduga penusukan terhadap Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, berlatar akumulasi kebencian dari kalangan teroris. Indikasi atas dugaan itu, kata Chaidar, dapat dilihat dari target dan aksi yang dilakukan oleh pelaku penusukan yang terbilang berani dan terang-terangan.
“Ini biasanya sudah direncanakan, dan perencanaan yang paling penting dari kelompok teroris itu bukan perencanaan teknis ya, tapi lebih kepada perencanaan akumulasi emosi,” kata Chaidar, 10 Oktober 2019.
Ia menerangkan, akumulasi emosi itu salah satunya disebabkan karena Wiranto secara estafet terus mempersempit ruang gerak teroris dalam beberapa tahun belakangan. Selain itu juga banyak pernyataan yang dianggapnya sebagai kalimat sindiran.
Berikut sejumlah pernyataan penting Wiranto mengenai terorisme.
Meminta Revisi UU Terorisme Disahkan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto meminta Dewan Perwakilan Rakyat segera mengesahkan Revisi Undang Undang Terorisme menyusul ledakan beberapa bom di Surabaya.
Menurut Wiranto kendala yang membuat undang-undang itu tak kunjung rampung, kini sudah disepakati bersama. "Revisi itu mudah-mudahan dapat segera kami undangkan," kata Wiranto , 14 Mei 2018.
Revisi UU itu memberikan landasan hukum keterlibatan TNI dalam menangani terorisme. Masa penahanan sementara untuk terduga teroris--ditangkap cukup dengan indikasi terlibat teror--juga diperpanjang. Sehari sebelumnya, terjadi serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya. Peristiwa ini menewaskan 13 orang, enam di antaranya pelaku yang merupakan satu keluarga.
Wiranto Ajak ASEAN Hadang Terorisme
Menko Polhukam Wiranto mengajak negara-negara ASEAN untuk bersama-sama memerangi terorisme. Ia meminta penegak hukum masing-masing negara untuk menghentikan aliran keuangan teroris, serta untuk menghentikan akses mereka ke berbagai platform di internet.
“Mari kita lanjutkan kolaborasi kita dalam melawan radikalisasi,” ujarnya dalam pertemuan ASEAN Political-Security Community, pertengahan Juni lalu. Wiranto juga mengatakan bahwa Indonesia telah memprakarsai sebuah program yang disebut “Duta Besar untuk Perdamaian di Ruang Maya” sejak 2016.
“Kami memberdayakan kaum muda kami termasuk kaum muda dari negara-negara ASEAN. Pada April tahun ini di Jakarta, mereka berkumpul di sebuah lokakarya regional tentang komunikasi strategis untuk melawan radikalisme melalui internet,” kata Wiranto.
Teroris Menunggangi Demo
Wiranto mengatakan adanya upaya menggabungkan aksi terorisme dengan demonstrasi. "Usaha untuk mengacaukan republik ini, menggabungkan antara demonstrasi yang radikal, anarkis dengan tindakan terorisme," kata Wiranto, 30 September 2019.
Sebelumnya, dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith bersama lima orang lainnya ditangkap karena menyimpan 28 bom molotov. Abdul Basith, menyebut sejumlah bom ikan disiapkan untuk meledakkan pusat bisnis di beberapa titik di Jakarta. Ia mengungkapkan bom itu akan diletakkan di pusat bisnis di tujuh titik. "Otista, Kelapa Gading, Senen, Glodok, dan Taman Anggrek," kata Basith. ***
Baca juga:
Wiranto Masuk Daftar Empat Pejabat yang Diancam Dibunuh
Wiranto Diserang di Banten, Begini Fakta-fakta Penting yang Terjadi
Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.