x

Iklan

M. Nur Kholis Al Amin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 Oktober 2019

Selasa, 29 Oktober 2019 08:28 WIB

Memahami Diri Pribadi Melalui Kualitas Sholat


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

oleh: M. Nur Kholis Al Amin (FAI UCY)

Sajian tulisan ini mungkin tidak menarik bagi para calon pembaca, apalagi kalau melihat dari judulnya, hm....mau membaca mungkin udah agak ragu bin sanksi. Sehingga, penulis perlu memperkenalkan kepada para calon pembaca--biar tidak "nyesel" bacanya--kalau penulis itu bukanlah ahli ibadah, bukan pula seorang yang paham tentang hukum Islam, apalagi berbicara mengenai filsafat ataupun tafsir.

Akan tetapi, frame dari tulisan ini setidaknya berawal dari kegelisahan yang non akademik, mungkin. Ya, hanya sebatas kegelisahan penulis sebagai wong cilik yang sering bergelut dan berinteraksi dengan berbagai kalangan majemuk, khususnya komunitas orang awam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kegelisahan yang mungkin bisa dikatakan dengan menggunakan analisa induktif karena berusaha mengumpulkan dari premis-premis minor yang kemudian mengambil kesimpulan secara mayor. Kalau dalam thoriqotu iktisyaaf al ahkam (metode penemuan hukum), mungkin ke qowaid al fiqhiyyah. 

Akan tetapi mungkin juga tidak bisa dikatakan sebagai analisis secara induktif, karena premis-premis yang terkumpul tersebut berupa ayat-ayat dari Alquran yang membahas tentang sholat. Namun juga tidak bisa disebut sebagai tafsir tematik apalagi holistik, karena memang penulis tidak menguasai tafsir.

Penulis hanya berusaha memaparkan melalui pendekatan ( approach) filosofis, itupun cenderung ke filsafat yang mengutamakan rahsa/rasa ( i feel), bukan filsafat yang mengutamakan akal ( i think) semata. Artinya, penilaian tersebut mengutamakan penilaian secara pribadi, melalui hati diri sendiri yang paling dalam.

Yapz, sesuai dengan judul, salah satu keyword nya adalah sholat. Sehingga, bolehlah kita mengumpulkan beberapa ayat tentang sholat. Karena pada dasarnya sholat merupakan amal ibadah yang pertama kali akan dimintai pertanggung-jawabannya, sebagaimana Hadis dari Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah saw bersabda;

إن أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة من عمله صلاته فإن صلحت فقد أفلح وأنجح وإن فسدت فقد خاب وخسر فإن انتقص من فريضته شيء قال الرب تبارك وتعالى: انظروا هل لعبدي من تطوع؟ فيكمل بها ما انتقص من الفريضة ثم يكون سائر عمله على ذلك.

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)

Beberapa ayat tentang sholat tersebut, di antaranya:

  1. Wajibnya mendirikan/ mengerjakan sholat

Hal ini bisa ditelaah pada Q.S Al Baqarah (2) ayat 43.

 

...أقيموا الصلاة وآتوا الزكاة

Yang dalam bahasa ushul fikih nya mungkin dikenalkan dengan ألأمر للوجوب (perintah itu mengindikasikan wajib).

Sehingga, sebagian para pendakwah biasanya mengajak bahwa ISLAM itu potret dari sholat Isya', Subuh, dLuhur, 'Asar, dan Maghrib. Jikalau bolong atau tertinggal salah satunya, maka jadinya belum sempurna ISLAMnya.

Sehingga, ayat ini (kalau bahasa dalam ulumul quran ataupun ilmu tafsir) mempunyai munasabah dengan Q.S An Nisa' (4): ayat 103 yang menjelaskan إن الصلاة كانت على المؤمنين كتابا موقوتا

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Di sinilah peran badan dan anggotanya memaksimalkan ketaatan pada Allah melaui Sholat. Sebagian "sufi" menyebutnya sebagai "sholat badan".

 

  1. Potensi sholat untuk memaksimalkan akal agar selalu ingat padaNya

Bukan rahasia lagi, kata khusyu di saat melakukan sholat, bukan merupakan hal yang mudah. Bahkan, saat mengerjakan sholat pikirannya alias akalnya mampu untuk bertamasya ria menembus ruang dan waktu, sesekali menjadi teringat pada barang yang lupa menaruhnya. Sehingga, dalam Q.S Al Ma'un (107); ayat 4-7 mengingatkan:

فويل للمصلين، الذين هم عن صلاتهم ساهون، الذينهم يراؤون، ويمنعون الماعون.

neraka wail/ celakalah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya'

Dan juga pada Q.S Al Ankabut (29): ayat 45 telah mengajak bahwa sholat mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar

ان الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر.

Akal yang menundukkan diri dengan sholat akan gemar berdzikir dan tentunya menjauhi perbuatan keji dan mungkar. Inilah sholatnya akal, alias potensi sholat terhadap pengaruh akal dan berdampak pada penjiwaan seseorang.

 

  1. Potensi sholat sebagai penghambaan dan kepasrahan pada Allah.

Sebagian alim ulama memaknai bahwa sholat merupakan sarana kepasrahan total untuk mencapai ridha Tuhan. Sehingga, dalam sujud pun memberikan gambaran bahwa bagian anggota atas (kepala) dengan anggota bawah (kaki) sejajar. Hal ini menunjukkan kepasrahan total yang mencakup segala kejadian-kejadian hidup dan kehidupan yang menyelimuti seorang hamba, untuk selalu bersandar kepada Allah ( الله الصمد). Kepasrahan total tersebut telah dipaparkan dalam Q.S Al An'am (6); ayat 162:

قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين.

Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Hal ini mengingatkan pada seorang hamba untuk memasrahkan secara total hidup dan kehidupannya pada Allah. Karena pada dasarnya, sifat seorang manusia itu adalah sambat/ keluh kesah, kecuali orang-orang yang mampu "melaksanakan SHOLAT DAIM". Di mana, hal inipun telah dijelaskan dalam Q.S Al Ma'arij (70) ayat 19-23, sebagai berikut:

إن الإنسان خلق هلوعا، إذا مسه الشر جزوعا وإذا مسه الخير منوعا الا المصلين، الذين هم على صلاتهم دائمون.

sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat. Yang mereka itu tetap mengerjakan sholatnya.

Potensi sholat daim ini dapat ditandai dengan hidup yang tanpa kekhawatiran dan kesusahan, sebagaimana kehidupan para kekasih Allah (الا إن اولياء الله لاخوف عليهم ولا هم يحزنون)

Demikian sekelumit tentang memahami kualitas diri pribadi melalui kualitas sholat masing-masih. Di manakah potensi kita? Diri pribadilah yang mengetahui, tanya pada hati masing-masing.

Semoga bermanfaat

Ikuti tulisan menarik M. Nur Kholis Al Amin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 jam lalu

Terpopuler