x

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 20 Desember 2019 06:14 WIB

Sepanjang Pengurus dan Voter PSSI "Rasa Lama", Sulit Sepak Bola Nasional Berprestasi

Menentukan pelatih nasional, buang waktu.PSSI wajah lama jangan bermimpi preataai.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menentukan pelatih Timnas Senior saja, harus buang banyak waktu. Apa yang sedang Anda lakukan pengurus PSSI, rasa lama? Jangan bermimpi prestasi.

Timnas Sepak Bola yang hebat, sudah barang tentu hanya terlahir dari kompetisi sepak bola profesional yang hebat. Mengapa tim-tim kelas dunia baik dari daratan Eropa dan Amerika maupun daratan Asia semacam Jepang dan Korsel, dapat stabil tampil di Piala Dunia? 

Karena kompetisi di negaranya juga kelas dunia. Bagaimana kompetisi profesional sepak bola di Indonesia. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jawabannya, lihatlah prestasi timnas senior Indonesia. Prestasi mereka terus terpuruk, sebab kompetisi profesionalnya juga dipenuhi lingkaran mafia.  Penuh masalah, mulai dari kerusuhan suporter, antar pemain, hingga pelatih, dan ofisial.

Setali tiga uang, PSSI dan Operator Liga juga hingga kini belum "becus" mengelola kompetisi dengan benar.  Jadwal selalu menjadi masalah. Komdis PSSI hanya gemar mengurusi hukuman dan denda. Kompetisi hanyalah tempat "bancakan" berbagai kepentingan. 

Bahkan karena adanya mafia yang masih berseliweran, hasil atau juara kompetisi pun terus dicurigai sudah dirancang.  Hasilnya, produk kompetisi yang sewajib-nya melahirkan timnas senior handal, setiap saat harapannya hanya utopia semata. 

Kini, di tengah terpuruknya timnas dalam kancah Kualifikasi Piala Dunia dan ranking FIFA, pengurus PSSI baru "rasa lama", terus mengulur waktu tentang siapa yang akan didapuk menjadi pelatih timnas senior. 

Publik pun banyak yang beropini bahwa, siapa pun pelatih yang ditunjuk menangani timnas senior Indonesia, apalagi bila pelatihnya asing, maka hanyalah pekerjaan yang sia-sia. Sebab kompetisi tidak pernah mendukung hadirnya pemain timnas senior yang handal. 

Kompetisi kasta tertinggi, Liga 1 yang seharusnya menjadi kran lahirnya pemain Timnas Senior handal, kini hanya berisi kepentingan dan bisnis. 

Pelatih dan pemain hanya menjadi objek bisnis "mereka".  Setiap tim berlomba-lomba menghadirkan pelatih asing, yang hasilnya tidak pernah signifikan dengan kepentingan timnas senior. 

Sampai kapan, model kompetisi yang tidak pernah sesuai harapan dan bermuara pada lahirnya pemain nasional handal ini akan usai? 

Pantas saja, Luis Milla tak mau menggaransi membawa timnas juara bila dipercaya melatih timnas senior, sebab Milla sudah memahami struktur sepak bola Indonesia. 

Bila Shin Tae Yong, mau mengemban kepercayaan menjadi pelatih timnas senior, mungkin dia juga harus bekerja cukup keras, untuk menembus struktur sepak bola Indonesia yang hingga kini tidak signifikan melahirkan calon pemain timnas senior handal. 

Sayang, PSSI bukan BUMN. Bila PSSI adalah BUMN, maka bila sepak bola nasional mau berprestasi, biang dari segala biang mengapa sepak bola nasional tidak pernah berprestasi, karena sebab keberadaan pengurus PSSI rasa lama dan voter PSSI model lama. 

Andai pengurus dan voter PSSI sudah "model baru", yakin sepak bola nasional akan bangkit dan berprestasi. Aamiin. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu