x

Foto Penulis

Iklan

Irfansyah Masrin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 Januari 2020

Kamis, 16 Januari 2020 06:12 WIB

Korupsi, Bukti Semakin Langgengnya Sistem Rusak Kapitalisme.

Menguak Korupsi sebagai jalan melanggengkan kapitalisme, dan sebab korupsi dari berbagai sudut pandang sosial dan psikologis, serta solusi yang ditempuh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

BUKTI RUSAKNYA SISTEM KAPITALISME

Ratusan bahkan ribuan wakil rakyat dari tingkat daerah sampai pusat berlomba-lomba menduduki kursi parlemen. Mereka merasa bangga dapat menang setelah menghadapi berbagai kompetisi demokrasi melalui pemilu.

Sebelum itu mereka berkoar mengambil hati rakyat dan mengatakan sesungguhnya kami akan memperjuangkan hak-hak rakyat, bahkan mereka rela merogoh kocek puluhan bahkan sampai ratusan juta rupiah hanya untuk agar mereka menang Pemilu. Tapi setelah itu mereka menjalankan program mensejahterakan rakyat hanya sebagai formalitas dan bumbu-bumbu saja, anggaran negara untuk rakyat mereka pangkas.

Tak heran para pejabat parlemen ini mendadak kaya, mereka mengalokasikan anggaran negara untuk kepentingan pribadinya. Mereka merasa telah mengeluarkan duit banyak ketika kampanye, lantas dengan gaji yang kecil selama menjabat belum mampu menebus modal yang mereka keluarkan. Jalan pintas berupa korupsi pun mereka lakukan.

Belum lagi jika kasus suap dan nepotisme sering kali terjadi, misalnya ada pengusaha yang ingin mengembangkan bisnis besarnya dengan menggerus hak-hak rakyat seperti tanah, air dan tempat tinggal rakyat. Agar melancarkan aksinya para cukong pengusaha ini menyuap pejabat negara atau pejabat parlemen untuk melegalkan keinginannya tanpa peduli dengan hak hidup rakyat, yang penting keuntungan pribadi dan kelompoknya tercapai.

Tak ayal, para aparat seperti polisi dan satpol PP pun mereka suap hanya untuk memudahkan keinginannya. Polisi pun tak bisa berbuat apa-apa atas alasan perintah undang-undang katanya, iya benar, undang-undang pesanan pengusaha.

Rakyat tak berani melawan, rakyat hanya bisa pasrah, karena para pejabat itu dilindungi oleh aparat bersenjata lengkap, yang sesekali pelurunya dapat menembus kepala atau dada rakyat yang melawan.

"Aku hanya rakyat, aku tak punya senjata, aku tak dapat melawan, tapi aku tak akan pernah menyerah", (Widji Tukul).

Kapitalisme semakin menjadi-jadi, bahkan sistem rusak ini mereka jadikan senjata dalam mencapai segala keinginannya, yang penting bisa kaya, yang penting hidup sejahtera, yang penting balik modal dan sebagainya. Hidup dan mati rakyat pun dipertaruhkan demi bisnis politik yang mereka canangkan.

Ada yang telah berpendidikan tinggi, ketika kuliah memiliki idealisme yang luar biasa, bahkan para mahasiswa ini menjadi jembatan rakyat dengan penguasa. Tapi mereka menjadi oportunisme ketika tamat kuliah mereka diberi jabatan, bahkan harta yang banyak. Mereka pun berkompetisi di pemilu, mengeluarkan uang banyak, lalu berkorupsi untuk mengembalikan modal dan begitu seterusnya, seperti lingkaran setan.

Negara ini tidak akan pernah maju selagi korupsi masih mengakar di segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya hedonisme dan keserakahan manusia membuatnya ingin mencapai tahta dan harta dengan cara yang mungkar, maka tak heran bahkan agama pun dijadikan alat untuk mencapai keserakahan dunia berupa harta dan tahta tersebut.

Selanjutnya: Solusi permasalahan

Ikuti tulisan menarik Irfansyah Masrin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler