x

Integrititas nilai-nilai Ideologi Pancasila

Iklan

Bunk ham

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Januari 2020

Jumat, 17 Januari 2020 07:25 WIB

Gagal Paham Agama ke Dalam Doktrin Sekularisme

Hadirnya Agama disini dimaksudkan untuk memastikan bahwa extensinya negara bersifat majemuk, homogen, multikultural, atau bahkan plural

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sontak sekali, ketika saya membaca artikel bertajuk agama harus dipisahkan dari persoalan negara. Dari sekian pergantian tahun, polemik itu semakin memanas—serta terus bergulir atau bahkan berganti. Isu yang paling mengeruk saya ataupun publik yakni pergulatan negara, agama dan kebudayaan. Menariknya disini, persoalan agama tidak boleh ikut berbaurkan dalam soal negara.

Ini yang kemudian menjadi trending topic publik figure untuk disetiap sesi pengalihan isu, pengadaan hoax atau kelas pertentangan politik terkait tagar demokrasi adalah simbol negara Pancasila. Memaknai Pancasila bukan mengistilahkan kehendak atas dasar keyakinan, ideologi negara, taurat, weda atau pun ke–dalam istilah lain yang termuat dalam Surat (Al-Hujurat ayat 13).

Hai seluruh manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalil ini, jika dimaknai pancasila, adalah 'negara multikultural'. Maka secara falsafah agama adalah plural, homogen, majemuk atau the beyond of country. Silsilah penyebutannya agama itu ibu kandungnya negara. Makanya sangat konvensional sekali bila kita—atau bahkan negara mendiskreditkan agama harus dilunturkan dalam soal politik, demokrasi, sosial, atau ekonomi.

Pertanyaan yang kemudian adalah kenapa Tuhan meciptakan kita dari berbagai macam suku, ras, atau bahkan budaya? Sementara, the center of country berarti pluralisme. Apa yang Kemudian harus dipisahkan di antara agama dan negara?(Baca Abdulrahman Wahid; Membebaskan Agama dari Negara)

Agama, kalau negara bersifat majemuk maka bangsa mayoritas dan minoritas asas tunggalnya yaitu ideologi pancasila. Tidak ada yang ceplok—caplek dalam soal penafsiran. Definisi ideologi saja, tentu intinya bermuatan ganda. Epistemologi Pancasila banyak berarti luas. Dan begitu pula soal demokrasi memiliki kandungan makna, interprestasi kultural, homogen ataupun hermeneutika berbeda-beda.

Lalu! kemudian di manakah Pancasila yang sebenarnya?

Pancasila bukan pemilik agama, bukan kepunyaan golongan, bukan hak atas kekuasaan suku, atau bahkan bukan pula kepentingan budaya, ras atau budaya dari setiap keyakinan maupun penganutnya melainkan pemilik Indonesia; Soekarno 

Bangkit dari seruan pernyataan itu, Soekarno mengkaim bukti adanya ide, pikiran atau ideologi negara kita berfalsafah Pancasila. Berbeda-beda pandangan tapi satu tujuan yakni menuju Indonesia adil, makmur, ataupun sejahtera. Cita-cita bangsa dan negara ini ialah keadilan sosial bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Oleh karena itu gagal paham, istilah pemakai makna yang dipakai bahwa harus ada being separated antara dokrin sekulariame, nasionalisme, liberalisme atau sosialisme.

Dari ke–4 ideologi itu terlihat jelas dianut semua oleh negara dan agama.

Apakah kemudian persoalan agama harus di pangkas, ataupun di pisahkan dari negara? Belum tentu!

Kalau kita memakai doktrin liberal. Maka segala hak, identintas, kewajiban serta kepemilikan pribadi tidak bisa dikekang, atau digugat oleh yang lain; Siapa pun dia. Semasih tidak menggangu kepemilikan dan kepentingan orang lain. Hal-hal semacam dalam bergumen, tukar pikiran, kebebasan berpendapat, atau pula hak–hak pengambilan ahli keputusan.

Tapi kalau di Indonesia kata liberal itu dicam radikal, extremis atau lebih dekat dengan makna kata 'kiri'. Identik dengan love of freedom. Berbeda di Inggris, orang liberal di anggap extreme kanan. Karena resultantenya, ada hak keadilan, kebijakan disitu yang harus tidak di batasi oleh negara.

Dialektika pendapat, perbedaan penafsiran, tentu ideologi negara banyak mengacu pada konten, atau sub-sub substansial yang berbeda-beda, (plural). Namun basis akarnya sama. Di Indonesia banyak tokoh-tokoh feminis, sosialis, liberalis atau pun nasionalis! Ada. 

Apakah mereka itu semua 'bertajuk' sebagai pergerakan kiri atau kanan?

Belum lagi dalam soal demokrasi atau ideologi negara. Apakah sumber dasarnya berasal dari ideologi konservatif —kanan. Atau bahkan kiri? Agama saja. Jika dikodifikasi tentang makna! Dalam bentuk nilai-nilai dasar pancasila, maka klimaks yang terbentuk tidak, being connected completely. Tidak relevan sekali! detail isi-isi agama itu harus dihubungkan dalam hal persoalan negara.

Kendati demikian adalah kegagalan kita meng–update kesatuan dasar daripada existensinya negara ini telah gagal. Dalam hal-hal krisis pemaknaan dan penafsiran. Oleh karena itu satu-kesatuan dasar dari ke–4 ideologi itu harus dihubungkan. 

Sehingga integrititas demokrasi terbentuk akan nilai-nilai kesatuan, kesamaan atau pun perbedaan. Indonesia pecah bukan dikarenakan manifestasi agama melainkan kesaling tidak pahamam antar siklus ras atau budaya yang berbeda. 

Begitu pula Indonesia terbentuk bukan disebabkan oleh adanya kontradiktif pemahaman melainkan satu-kesatuan dasar dari berbagai ideologi yang berbeda, yaitu liberalis, sosialis, atau nasionalis.

Soekarno memaknai Nasakom itu representative materinya bukan di ambil dari konservatif Islam saja. Melainkan terbentuk pada ideologi-ideologi besar dunia. Salah satu buktinya adalah sosialisme ada. Komunisme runtuh dan nasionalis bersatu. 

Ketiga pendekar itu menjadi trend bahwa negara ini populasinya menampung referendum mayoritas dan minoritas. Oleh karena itu, apakah ada yang salah dalam soal agama harus dipisahkan dari negara? 

Ikuti tulisan menarik Bunk ham lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler