Berau terkenal akan wisata bahari yang mempesona, selain Pulau Maratua, Pulau Sangalaki Berau juga memiliki hutan mangrove. Luasan areal mangrove yang mencapai 37.172Ha ini, menjadikannya hutan mangrove terluas se-Provinsi Kalimantan Timur. Selain bermanfaat bagi biota laut, keberadaan mangrove juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan warga sekitar. Pemerintah Kabupaten Berau sendiri tengah serius untuk menjadikan mangrove bermanfaat tidak hanya bagi lingkungan alam namun juga warga di sekitarnya.
Salah satu yang dilakukan ialah pendirian PIM atau pusat informasi mangrove dimana wisatawan dapat mempelajari jenis mangrove yang hidup di Berau dan beragam manfaatnya bagi alam. PIM sendiri diresmikan langsung oleh Bupati Berau, H. Muharram yang bertempat di wilayah hutan mangrove Tanjung Batu pada 2018 lalu. Selain itu, pemerintah Kabupaten Berau juga tengah mempromosikan bandeng tanpa duri yang dibudidayakan oleh warga di sekitar hutan mangrove di Kampung Talabar Muara. Dengan budidaya bandeng ini maka kelestarian mangrove dapat terjaga dan warga sekitar dapat memanfaatkannya untuk usaha, yang kemudian membantu perekonomiannya. Peresmian PIM dan budidaya bandeng tanpa duri mendapat banyak apresiasi dari banyak pihak. Diharapkan upaya melestarikan mangrove di Berau ini dapat terus berjalan, dan warga sekitar dapat terus mengambil manfaatnya.
Apa yang dilakukan pemerintah Kabupaten Berau memang layak diapresiasi, selain melestarikan mangrove juga meningkatkan kesejahteraan warganya. Upaya demikian memang harus lebih banyak dilakukan di banyak daerah lain di Indonesia, bagaimana paradigma green economy seperti ekoturisme dapat dikembangkan dan menyejahterakan warga tanpa harus mengorbankan lingkungan alam.
Ikuti tulisan menarik Rizki Siahaan lainnya di sini.