x

Nadiem Makarim tiba di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 21 Oktober 2019. TEMPO/Subekti.

Iklan

Budi Susanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Januari 2020

Rabu, 12 Februari 2020 11:00 WIB

Teringat Merdeka ala Mas Menteri

Terlalu dini bila sekarang sudah bicara perombakan kabinet Indonesia Maju. Seperti banyak diberitakan media mainstream akhir-akhir ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terlalu dini bila sekarang sudah bicara perombakan kabinet Indonesia Maju, seperti banyak diberitakan media mainstream akhir-akhir ini. Juga terlalu cepat sekarang menyimpulkan keberhasilan atau kegagalan kinerja menteri. Yang paling gampang sekarang ini mengenal gagasan para menteri. Lebih mudahnya lagi, dari 'brand' gagasan cetusan si menteri itu.

Dari 38 Menteri/Pejabat se-Tingkat Menteri di Kabinet Indonesia Maju, --mungkin-- Mendikbud Nadiem Makarim dengan gagasan 'brand-nya' yang paling menggelegar. Merdeka Belajar. Itu 'brand' gagasan Mas Menteri. Begitu dipanggil Presiden Jokowi.

'Brand' ide Menteri Nadiem ini 'sexy'. Heroik. Terkesan radikal dan revolusioner. Persis seperti teriakan-terikan orasi demonstran yang militan. Harus diakui, Merdeka Belajar adalah 'brand' ide kerja Menteri Nadiem paling terkenal sekarang ini. Kerap muncul di media. Diberitakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dulu di kabinet Presiden Jokowi periode pertama juga ada Menteri yang 'brand' gagasannya sangat dikenal. Menteri KKP (2014 - 2019) Susi Pudjiastuti. Dengan 'brand' tenggelamkan.

'Brand' itu jadi pembicaraan publik. Ada yang menjadikan bahan guyonan; ada yang mendiskusikan serius kebijakan tenggelamkan; ada yang membuat sebagai meme. Pokoknya 'brand' Susi Pudjiastuti soal tenggelamkan kala itu sangat populer.

Kini ada Menteri Nadiem. Rasanya bila dicermati satu-satu Menteri Kabinet Indonesia Maju; memang Nadiem Makarim yang punya citra khusus dari kinerjanya. Yang lain sepertinya belum menggaung apa identitas gagasan kinerjanya--mungkin sedang bekerja sangat serius.

Kalaupun ada --mungkin-- citra gagasan kinerjanya hanya sebatas di internal kementeriannya saja. Tidak jadi konsumsi publik. Tidak untuk diberitakan media.

'Brand' Merdeka Belajar ternyata tidak sekadar citra. Bukan hanya identitas. Buat gaya-gayaan semboyan saja bagi Menteri Nadiem. Namun realisasinya juga berjalan cepat.

Salah satunya yang juga sangat populer dan paling diingat masyarakat adalah diubahnya sistem Ujian Nasional (UN) jadi Asesmen Kompetensi dan Survei Karakter.

Itu disambut suka cita. Apalagi oleh para murid. Murid jadi tidak takut lagi dengan nasib kelulusan sekolahnya yang hanya ditentukan hitungan hari. Padahal si murid telah sekolah bertahun-tahun, ada yang 6 tahun, ada yang 3 tahun.

Mengubah UN jadi Asesmen Kompetensi dan Survei Karakter memang kemerdekaan belajar diproklamirkan Menteri Nadiem. Setelah belasan tahun hanya jadi wacana debat supaya diganti. Tapi tidak ada yang berani eksekusi.

Belum genap masa 100 hari kerja Menteri Nadiem; dia sudah berani mengubahnya. Tanpa debat. Tanpa hanya wacana. Diubahnya UN pun jadi terkenal. Tidak lagi berlakunya sistem UN jadi populer.

Sama diingatnya dengan 'brand' gagasan Merdeka Belajar. Tinggal menunggu apalagi aksi realisasi lima tahun ke depan dari 'brand' Merdeka Belajar.

Apakah teringat Merdeka Belajarnya. Apakah yang diingat Nadiem Makarim.Atau justru keduanya yang selalu diingat publik.*

Ikuti tulisan menarik Budi Susanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler