x

corona

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 9 Maret 2020 15:06 WIB

Corona dan Kebutuhan Organisasi yang Cekatan

Cara pemerintah menangani penyebaran virus Corona memberikan pelajaran penting tentang urgensi organisasi pemerintah yang agile. Agile organization mengadopsi gaya komunikasi yang terbuka dan transparan, baik ke dalam organisasi maupun ke luar. Terlebih lagi bila organisasi berperan penting dalam masyarakat, sehingga informasi dan keputusannya dapat diandalkan oleh publik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Cara pemerintah menangani penyebaran virus Corona memberikan pelajaran penting tentang urgensi organisasi pemerintah yang agile. Istilah agile dapat diartikan sebagai cergas, yang memadukan unsur cerdas dan tangkas, cekatan (gesit). Menghadapi kejadian yang cepat, kita bukan hanya membutuhkan kepemimpinan yang cergas, tapi juga organisasi yang cergas (agile organization).

Cergas merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan kemampuan seseorang atau entitas (bisa komunitas, unit kerja, organisasi) yang lekas belajar manakala menghadapi tantangan-tantangan baru. Tantangan baru yang muncul tiba-tiba seringkali mengejutkan, sehingga tidak setiap orang ataupun entitas mampu meresponnya secara tepat. Mungkin lebih banyak yang tergagap-gagap, seperti yang kita saksikan pada bagaimana pemerintah merespon penyebaran virus Corona.

Wujud respons tersebut merupakan cerminan sejauh mana sebuah organisasi cekatan dalam merespons karena organisasi ini mampu memahami situasi baru dengan cepat. Paham terhadap persoalannya dan paham terhadap apa yang harus dilakukan. Agile person, yang dibutuhkan dalam kepemimpinan di era kapanpun terlebih lagi di era sekarang, akan sensitif atau peka terhadap kemungkinan yang bakal terjadi. Ia bukan ahli nujum, melainkan kepekaannya terasah oleh pengalaman dan kecerdasan dalam memahami tantangan baru. Ia belajar memahami pola-pola perubahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena itu, ia akan mengantisipasi terhadap apa yang mungkin terjadi. Agile person, maupun agile organization, akan lekas belajar dan terus-menerus belajar sehingga ia dapat segera menyesuaikan diri terhadap situasi yang berubah tiba-tiba tanpa larut ke dalamnya. Ia segera memahami apa yang sedang terjadi, berusaha menemukan simpul-simpul persoalan, dan berusaha membangun koneksi-koneksi yang memungkinkannya membuka jalan keluar dari persoalan. Ia memahami benar bagaimana mengerahkan sumber daya dan kompetensi yang dimiliki.

Terdapat beberapa karakteristik yang mencerminkan agile organization. Pertama, organisasi ini, dan sudah barang tentu orang-orang di dalamnya, memahami benar bahwa organisasi merupakan organisme yang utuh, yang satu sama lain saling berinteraksi. Masing-masing bagian organisasi paham benar bahwa mereka harus berbagi visi dan tujuan, sehingga langkah organisasi bisa serempak. Mereka juga berbagi informasi, sehingga transparansi bukan lagi kebutuhan, melainkan keharusan.

Kedua, agile organization mengadopsi gaya kepemimpinan katalistik. Pemimpin organisasi bukan seorang otoritarian, bukan pula pemimpin yang full-santuy di saat dibutuhkan kecekatan, melainkan pemimpin yang mampu 'menunjukkan jalan, membuka jalan, serta mendorong dan memimpin agar organisasi berjalan'. Ia berbagi kewenangan dalam mengambil keputusan dan mempercayai orang-orangnya. Masing-masing orang dan bagian organisasi memiliki peran sesuai kapasitas dan kompetensinya, dan ini diapresiasi.

Ketiga, agile organization bertumpu pada pembelajaran yang terus-menerus, baik dari pengalaman bagus maupun kesalahan. Dibutuhkan fleksibilitas dalam organisasi, sehingga dapat cepat adaptif terhadap situasi baru, peka terhadap risiko maupun peluang, sehingga tidak bersikap ogah-ogahan lantaran tidak memahami peta persoalan dan enggan belajar.

Keempat, agile organization cepat mengambil keputusan karena memahami dengan cepat situasi baru--bukan asal cepat dalam memutuskan. Organisasi dapat mengambil keputusan cepat yang berorientasi tindakan karena mengetahui di mana sumber informasi yang dapat diandalkan, bagaimana memperolehnya, bagaimana menyimpulkannya, dan bagaimana mengubahnya menjadi keputusan.

Kelima, agile organization mengadopsi gaya komunikasi yang terbuka dan transparan, baik ke dalam organisasi maupun ke luar.  Terlebih lagi bila organisasi berperan penting dalam masyarakat, sehingga informasi dan keputusannya dapat diandalkan oleh publik. Banyak teknologi yang tersedia untuk mendukung kebutuhan komunikasi tersebut, organisasi memilih yang paling diperlukan agar mampu bertindak cepat. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler