x

Sekelompok warga melintasi Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, memakai masker antisipasi wabah virus corona. Tempo/Hilman Fathurrahman W

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 26 Maret 2020 08:45 WIB

Semua Orang Diasumsikan Terpapar Virus Corona

Iluatrasi: si-X telah terpapar corona, namun karana imun tubuhnya bagus, virus corona tak mampu menggerogoti tubuhnya. Tapi virus itu tetap melekat pada tubuhnya atau sebagai carrier (pembawa virus), dan bisa menularkannya kepada si-Y. Nah, jika si-Y tidak memiliki imun yang bagus alias rentan, maka si-Y berpotensi menjadi fatal.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seperti semua jenis wabah yang tercatat dalam sejarah, ada fakta yang relatif konstan, bahwa tidak semua orang akan terpapar wabah virus corona. Yang terpapar pun belum tentu ada gejalanya.
 
Yang mengalami gejalanya, ada yang ringan, moderat dan bahkan tidak merasakan sakit sama sekali. Yang jatuh sakit juga belum tentu parah. Dan yang sakit parah pun belum pasti akan fatal, alias selalu ada peluang sembuh.
 
Namun di tengah situasi wabah yang telah mengglobal saat ini, semua orang mestinya diasumsikan (atau mengasumsikan dirinya) telah terpapar. Perbedaannya: orang yang memiliki daya tahan tubuh (imun) yang baik, umumnya akan mampu menetralisir paparan virus.
 
Karena itu, mari merawat stamina tubuh tetap prima: makan yang sehat, istirahat yang cukup, olahraga sebisanya dan sesempatnya.
 
Dan satu lagi, khawatir boleh. Tapi jangan takut berlebihan atau panik. Karena panik berpotensi melemahkan daya tahan tubuh.
 
Iluatrasi: si-X telah terpapar corona, namun karana imun tubuhnya bagus, virus corona tak mampu menggerogoti tubuhnya. Tapi virus itu tetap melekat pada tubuhnya, dan karena itu, si-X bisa menularkannya kepada si-Y. Artinya, si-X disebut sebagai carrier (pembawa virus). Nah, jika si-Y tidak memiliki imun yang bagus alias rentan, maka si-Y berpotensi menjadi fatal.
 
Makanya, jika Anda masih sehat, semoga seterusnya. Namun karena semua orang diasumsikan telah terpapar, setiap orang berpotensi menjadi carrier (pembawa atau penular) bagi orang lain.
 
Di sinilah terletak urgensi nasehat social distancing (menjaga jarak) dan tetap mengikuti pedoman standar hidup sehat.
 
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 24 Maret 2020/ 29 Rajab 1441H

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler