x

Pesawat Boeing 747-8 Freighter melakukan uji terbang pertamanya di Everett, Washington (9/2). Pesawat yang dapat membawa 400 sampai 500 penumpang ini merupakan saingan pesawat Airbus A380. AP/Ted S. Warren

Iklan

Indonesiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 6 April 2020 11:30 WIB

Boeing 747 "Jumbo Jet", Pelopor Transportasi Udara Massal, Oleh: Eduard Lukman  

Cepatnya mobilitas manusia dan barang ke seluruh penjuru dunia dimungkinkan oleh moda transportasi udara. Sejarah transportasi massal via duara tak akan pernah melupakan peran Boeing 747, si jumbo jet.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dari segi penampilan, Boeing 747 jelas tidak bisa dikatakan menarik. Badannya yang tampak "bengkak", bertambah aneh dengan "benjolan" di bagian depan atas, memanjang mulai dari belakang kokpit. Pesawat-pesawat jet komersial yang  sudah aktif saat itu, seperti Boeing 707, Douglas DC-8, atau Vickers VC-10, jelas lebih tampan. Apalagi jika kemudian disandingkan dengan pesawat jet penumpang supersonik Concorde, yang bentuknya elegan dan futuristik. Airbus A380 yang kemudian merebut tahta pesawat penumpang terbesar, juga jelas lebih sedap dipandang. 

Boeing 747 awalnya adalah rancangan Boeing dalam persaingan untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Udara AS akan pesawat jet angkut berat militer. Bulan September 1965, Lockheed ditetapkan sebagai pemenang, desain firma tersebut akhirnya menjelma menjadi pesawat yang juga fenomenal, C-5 Galaxy.

Berbekal rancangan yang tersisih oleh Lockheed, Boeing kemudian berkolaborasi dengan maskapai penerbangan AS ternama saat itu, Pan American (Pan Am). Pan Am melihat prospek besarnya pasar transportasi udara dunia.  Lahirlah 747, yang terbang perdana 9 Februari 1969, dan mulai dioperasikan Pan Am, 21 Januari 1970.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penampang kabin Boeing 747 yang begitu lebar, mempopulerkan istilah pesawat penumpang berbadan lebar (widebody airliner). Namun julukan yang melekat pada pesawat berbadan "bongsor" itu adalah "Jumbo Jet".  Sampai-sampai majalah aviasi Aerospace edisi  Oktober 1993 menyimpulkan: "Jika Anda menanyakan pada seseorang apa asosiasi orang tersebut terhadap kata Jumbo, besar kemungkinan dia akan menghubungkan kata tersebut dengan Boeing 747, dan bukannya dengan gajah."

Mass Travel

Setelah Pan Am, Boeing kemudian kebanjiran pesanan. Kapasitas angkut Boeing 747  Jumbo Jet yang begitu besar telah memungkinkan turunnya ongkos per penumpang.

Terjadilah revolusi dalam dunia penerbangan komersial, harga tiket dapat ditekan, sehingga penerbangan tidak lagi eksklusif bagi kaum berada (The Big Birds of Its Time, edisi khusus majalah kedirgantaraan ANGKASA, 2007). Artinya banyak orang telah mempunyai akses untuk bepergian lebih jauh, lebih cepat, dan lebih nyaman. Dengan demikian Boeing 747 telah mengubah "air travel" menjadi "mass travel" (R.G Grant, Flight: The Complete History of Aviation, 2017).

Di puncak masa jayanya, begitu dominannya 747, sehingga pernah ada kalkulasi bahwa setiap saat di atas bumi ini berseliweran tidak kurang dari 350 Boeing 747 membawa 150 ribu penumpang ke berbagai pelosok dunia. (Clive Irving, Jumbo, dalam majalah  Aviation History,  edisi September 2018).

Selanjutnya: Pendorong Interaksi Budaya dan Saat Kritis

Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler