x

Sentra-sentra batik yang sepi pembeli, mengakibatkan para pembatik menganggur dan mengalami penurunan omzet. Dok. Kemenparekraf

Iklan

Rudolf Tambunan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2020

Senin, 13 April 2020 06:14 WIB

Tak Ingin Terseret Intrik Politik, Kaum Informal Menunggu Badai Corona Berlalu

Sayangnya memang, dalam menghadapi Covid-19 pemerintah tampak kedodoran, kita harus jujur akan itu. Sayangnya lagi, hal itu banyak dipolitisir oleh kelompok oposan, terutama barisan sakit hati alumni pemilu terakhir. Ini yang terjadi sisi lain kelompok rakyat Indonesia yang terdampak Covid-19 dan jauh dari hiruk-pikuk politik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lebih jauh lagi, mereka ada di belakang shooting-set perusahaan kreatif,  di ruang mixer perusahaan rekaman, di belakang panggung-panggung acara, di dalam gudang dekorasi, yang seluruhnya tak terlihat dari dunia luar.  Mereka kini mencoba menahan sekuat mungkin uang mereka untuk tidak keluar, karena sudah tidak ada pemasukan.  Beberapa diantaranya bahkan sudah tidak bisa menahan air mata untuk tidak menetes, karena melihat keluarga sudah tidak memiliki apapun untuk dimakan hari ini, apalagi besok.

Beruntungnya, mayoritas rakyat Indonesia religius, termasuk kaum lepasan atau harian itu. Sifat yang akan menambah kadar kesabaran dalam melalui badai ujian. Dan bisa jadi, rakyat Indonesia bersedia #DiRumahAja bukan karena percaya pada kebijakan pemerintah. Bahkan kebijakan PSBB yang sejatinya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar diplesetkan menjadi Pemerintah Sedang Buang Bodi. Hahaha, saudara-saudaraku rakyat Indonesia memang punya selera humor yang unik.  

***

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bersedia #DiRumahAja bisa jadi karena rakyat Indonesia sudah pasrah, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Untungnya mereka mayoritas religius. Mereka bypass ke Sang Pencipta. Apalagi virus yang dihadapi adalah virus baru yang bukan hanya belum memiliki antidote tapi juga dipercaya punya level misteri yang belum pernah ada. Sehingga berdoa menjadi lebih masuk akal ketimbang bergantung pada manusia yang memerintah tanpa kemampuan penuh.

Bila sifat kehati-hatian pemerintah dilakukan dengan terarah dan terukur, bangsa Indonesia akan melalui badai Covid-19 dengan baik. Tidak akan ada terlalu banyak jiwa yang hilang dan tidak terlalu dalam terjebak keterpurukan ekonomi.  

Bila tidak, mungkin apa yang akan dilakukan geng Anarko pada 18 April adalah alarm terhadap chaos yang lebih besar. Salut kepada kepolisian yang berhasil melakukan upaya deteksi dini. Tetapi, potensi anarki yang akan ditimbulkan geng Anarko tidak seberapa dibanding bila orang-orang kelaparan yang didorong insting turun ke jalan, meninggalkan logika bahkan perikemanusiaan di rumah.  

Anarko jelas terlihat dimanufaktur sehingga mudah terdeteksi. Tapi orang-orang yang sekian lama dikurung di rumah bersama keluarganya yang kelaparan adalah potensi yang jauh lebih besar karena akan digerakkan oleh jiwa-jiwa yang merasa dibiarkan putus asa sekian lama. Bahkan, COVID-19 pun akan keder menghadapi mereka.

Saya berharap hal itu tidak terjadi. Bahkan, sebagai bagian masyarakat yang religius itu, saya berdoa itu tidak terjadi. Tuhan bersama pemerintah Indonesia. Tuhan akan memberi upah pada pemerintah yang amanah, dan melemparkan oknum-oknum yang memonetasi bencana ini ke liang penderitaan hidup paling laknat beserta keluarganya.

Menulis #DiRumahAja

Berdoa #DiRumahAja 

Ikuti tulisan menarik Rudolf Tambunan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler