x

supartono jw

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 22 Juni 2020 12:38 WIB

Ada yang Berkepentingan di Balik Masalah STY dan PSSI

Bila sepak bola nasional selama ini lekat dijadikan alat berbagai pihak untuk kepentingannya, maka kemungkinan, kasus STY-PSSI yang terus diapungkan, memang ada pihak yang sedang memanfaatkannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bila sepak bola nasional selama ini lekat dijadikan alat berbagai pihak untuk kepentingannya, maka kemungkinan, kasus STY-PSSI yang terus diapungkan, memang ada pihak yang sedang memanfaatkannya.

Ingat, kasus Shin Tae-yong (STY) dan PSSI, sangat terbaca hanya sebagai alat untuk memperkeruh suasana PSSI dan persepak bolaan nasional. Lalu, ada apa sebenarnya di balik masalah STY-PSSI yang banyak ditanyakan publik?

Menjawab pertanyaan tersebut, saya mencoba menduga dengan analisis sederhana berikut ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya sendiri melihat, kasus Shin Tae-yong (STY) dan PSSI, sangat terbaca hanya sebagai alat untuk memperkeruh suasana PSSI dan persepak bolaan nasional. Apa urgensinya kasus ini harus diangkat perihal negatifnya? Saya melihat, PSSI butuh kecepataan penanganan dan persiapan Timnas. STY butuh program berjalan dan aman dari pandemi corona. Itu kan titik awalnya? Kok, situasi pemberitaan jadi melebar-lebar? Coba, mari kita telusuri awal mulanya kasus STY-PSSI jadi booming.

Siapa sebenarnya yang memulai masalah antara STY dan PSSI ini? Jawabnya, jelas media olah raga nasional. Bila mau ditelusuri lagi, siapa media olah raga nasional yang pertama kali mengungkap masalah STY ini? Sebenarnya bisa saya sebut, dia lah yang saya duga sebagai sumber biang keladi awalnya kisruh STY-PSSI di Indonesia.

Sangat mudah, melacak media olah raga nasional yang pertama kali mengungkap masalah STY ini. Namun, pertanyaannya, mengapa media yang saya duga ini begitu "nyaman" memberitakan apa yang diungkap di media Korea Selatan, dan tak merasa beban saat langsung mengangkatnya menjadi berita nasional.

Apakah sebelum memberitakan kisah STY dari media Korea Selatan, media ini sudah melakukan klarifikasi kepada PSSI? Dari materi pemberitaan di awal kasus STY muncul, jelas media ini belum ada komunikasi dan klarifikasi kepada PSSI.

Lantas, saat berita STY yang masih dalam konteks sepihak, akhirnya meluncur deras sebagai informasi publik di Indonesia. Akibatnya, tak pelak, berbagai media pun ikut dan tak mau ketinggalan mengangkat berita STY yang tetap masih belum ada klarifikasi.

PSSI pun akhirnya menjadi kebakaran jenggot. Dan, media berhasil menarik PSSI ke pusaran masalah yang sebenarnya tidak perlu menjadi santapan publik karena persoalan yang sebenarnya belum terkomunikasikan dengan baik.

Tetapi apa yang kemudian terjadi. Beberapa pihak di PSSI ikut terpancing saat media mencoba memancing. Jadilah, kisah STY yang sejatinya menurut saya dapat diselesaikan dengan tenang dan demokratis, malah sudah diulik negatif oleh media.

Drama saling serang dan balas serangan pun akhirnya nampak dalam berbagai berita media. Pertanyaannya, apakah drama STY dengan PSSI dan beberapa individu dalam PSSI nyata dan sehabat realitas dan faktanya? Belum tentu.

Tetapi akhirnya muncul Satgas lah, muncul pernyataan pecat lah, muncul saling berbalas sindiran dan pernyataan, muncul klarifikasi, yang semuanya masih ada dalam tayangan dan berita dari media. Karena, STY sendiri masih di Korea, mengapa persoalan STY menjadi begitu diminati media?

Jangan-jangan, di tengah situasi PSSI yang kini memang sedang berbenah dan bersih-bersih, lalu banyak Pekerjaan Rumah (PR), demi menuju prestasi sesuai visi-misi dan tujuan, memang sepertinya ada kepentingan dari "gerbong klasik" yang memang sengaja menciptakan susana ini dan media menjadi sarananya untuk menggembosi PSSI di bawah kepemimpinan M. Iriawan alias Iwan Bule alias Ibul. Kira-kira keuntungan apa yang diperoleh media dari kasus khusus STY ini?

Bila setiap kasus di PSSI dan sepak bola nasional, ternyata peranan media dimanfaatkan oleh "gerbong klasik" atau "gerbong baru" yang berupaya membikin agar PSSI terus keruh dan kisruh, maka jelas bahwa sepak bola nasional dan PSSI memang tak akan dibiarkan berjalan di koridor yang benar demi menuju prestasi bangsa, namun memang terus diarahkan agar PSSI dan sepak bola nasional hanya dimanfaatkan untuk "kepentingan gerbong" saja.

Kasihan publik sepak bola nasional, sudah tenaga dan pikirannya mendukung penuh PSSI dan sepak bola nasional, lalu keberadaannya juga dimanfaatkan oleh sponsor dan menjadi penghasil uang sebagai supoeter yang membeli tiket, keberadaannya pun sangat signifikan sebagai "suara" dalam perolahan angka di jalur politik oleh para elite dan partai pilitik. Sadarkah publik akan hal ini?

Sebab itu, PSSI sebagai federasi olah raga terbesar di Indonesia, karena berbagai hal di dalamnya dan begitu besar pula segala kepentingan" yang dapat menggunakan sepak bola dan PSSI sebagai alat dan kendaraanya, maka sepanjang sejarah PSSI berdiri terus menjadi sumber kepentingan dan keuntungan berbagai pihak.

Saya yakin, khusus kasus STY, dalam beberapa hari ini atau dalam beberapa waktu ke depan, persoalannya akan benderang, karena akan ada lagi jalinan komunikasi yang benar.

Harapannya, baik STY dan PSSI dan individu-individu di dalamnya, tidak terpancing oleh media, hingga harus saling melancarkan perang urat syaraf yang memilukan dan memalukan bagi bangsa Indonesia, karena PSSI sebagai pemberi kerja dan STY sebagai pekerja, tinggal melihat klausul kontrak saja. Bila ada di antara pihak yang mengingkari kontrak, maka hukum kontraklah yang akan bicara. Tidak ada hukum media yang menurut saya justru menjadi "pengeruh" suasana. Tidak ada angin, tidak ada hujan, kok kasus STY menjadi booming (nyaring/besar).

Mustahil bila tidak ada pem-booming-an bila tak "menguntungkan".

Namun, demikian, semoga saja, media yang menjadi cikal-bakal kasus STY-PSSI ini booming, benar-benar karena fungsi dan tujuananya, bukan karena ada embel-embelnya.

Wahai publik sepak bola nasional, sepanjang PSSI masih lekat dengan voter dan statuta yang ada, maka siapa pun pemimpin yang mejadi nakoda, akan selalu memiliki masalah yang sama karena voter dan statuta adalah paket lengkap sebagai raja/ratunya PSSI sejak berdiri dan media adalah patner utama voter dan statuta itu.

 

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler