x

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato untuk ditayangkan dalam Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu 23 September 2020. Dalam pidatonya Presiden Joko Widodo mengajak pemimpin dunia untuk bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/HO/Setpres-Lukas

Iklan

Sayyidina Aliudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 Juli 2019

Selasa, 29 September 2020 09:57 WIB

Jokowi Mendobrak PBB

Presiden Joko Widodo, lagi dan keseringan mendobrak sesuatu yang tak pernah dipikirkan dan dilakukan orang. Kemudian, semua orang teralihkan untuk melihat, berpikir dan memberi respon apa yang dilakukan Jokowi. Ini sebetulnya rentan, resiko besar jadi santapan serangan kelompok kontra kebijakan pemerintah, kalau Jokowi masih memikirkan reputasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Presiden Joko Widodo, lagi dan keseringan mendobrak sesuatu yang tak pernah dipikirkan dan dilakukan orang. Kemudian, semua orang teralihkan untuk melihat, berpikir dan memberi respon apa yang dilakukan Jokowi. Ini sebetulnya rentan, resiko besar jadi santapan serangan kelompok kontra kebijakan pemerintah, kalau Jokowi masih memikirkan reputasi.

Kejadian terakhir pada Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke -75, pidato presiden sontak membuat orang renyah menyerang pribadi presiden. Tak ayal, pidato di SMU PBB tahun ini adalah perdana bagi Jokowi sejak ia menjabat sebagai presiden dari 2014.

Di momen perdananya inilah yang membuat perhatian publik tanah air jadi makin ramai, framing pemberitaan yang khas konfrontasi menyebut Jokowi tak tau mau mengkritisi PBB, padahal dirinya baru pertama hadir di SMU PBB.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada beberapa soal sebetulnya, momen SMU PBB tahun ini jadi spesial dan akhirnya jadi momentum Jokowi menyampaikan pidatonya. Pertama, pandemi Covid-19 yang melanda dunia adalah kunci awal, perlu adanya pesan yang khas, kuat dan mendobrak, sehingga memicu orang, negara lain membuka mata, bahwa krisis akibat pandemi ini bukan dihadapi dengan fokus membenahi masing-masing urusan negeri sendiri saja. Tetapi, bergandengan tangan, bekerja sama, untuk keluar bersama sebagai pemenang.

Kedua, usia 75 tahun PBB yang kebetulan sama dengan usia kemerdekaan Indonesia adalah waktu yang pas untuk mempertanyakan pada diri sendiri, muhasabah dalam artian spiritual, tentang tatanan dunia yang diimpikan, sudahkah tercapai? Ataukah konflik masih banyak terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan banyak kelompok masyarakat dunia. Prinsip dan hukum internasional kerap hanya jadi salinan tulisan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.

Dua poin itu yang kemudian Jokowi ‘mendobrak’ pintu kantor PBB di New York. Bahwa posisi PBB sebagai lembaga ‘adigdaya’, harusnya mampu meneruskan, mendudukkan, melingkarkan negara-negara di dunia untuk tunduk dan sejalan pada multilateralism, kerja sama semua pihak, untuk keluar dari krisis dan mewujudkan dunia yang lebih baik.

"Kesempatan tidak datang mengetuk, dia baru akan tampak setelah kamu mendobrak pintu." (Kyle Chandler)*

Ikuti tulisan menarik Sayyidina Aliudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler