x

Iklan

valentino barus

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Februari 2020

Jumat, 6 November 2020 09:59 WIB

Festival Virtual Choir Mempertemukan Kita

Semenjak pandemi Covid-19 melanda dunia, dinamika berbagai aktivitas dan kreativitas serta merta mengalami pelambatan, sebagian diantaranya bahkan berhenti sama sekali. Ketika kurva wabah ini meningkat tajam, beberapa kepala daerah bahkan terpaksa menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau dikenal juga dengan istilah lockdown. Situasi dan kondisi ini selain mengekang aktivitas dan kreativitas, juga telah membatalkan berbagai pertemuan. Dalam situasi seperti ini manusia dituntut untuk mampu kreatif memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi sebagai alternatif yang memungkinkannya untuk tetap beraktivitas. Kreasi inilah yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) dengan menyelenggarakan Festival Virtual Choir pada 28 Oktober 2020 hingga 10 November 2020.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Semenjak pandemi Covid-19 melanda dunia, dinamika berbagai aktivitas dan kreativitas serta merta mengalami pelambatan, sebagian diantaranya bahkan berhenti sama sekali. Ketika kurva wabah ini meningkat tajam, beberapa kepala daerah bahkan terpaksa menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau dikenal juga dengan istilah lockdown.

Situasi dan kondisi ini selain mengekang aktivitas dan kreativitas, juga telah membatalkan berbagai pertemuan. Dalam situasi seperti ini manusia dituntut untuk mampu kreatif memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi sebagai alternatif yang memungkinkannya untuk tetap beraktivitas. Kreasi inilah yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) dengan menyelenggarakan Festival Virtual Choir pada 28 Oktober 2020 hingga 10 November 2020, yang mengusung tema Bersaudara Dalam Keberagaman.

Kehadiran wabah Covid-19 yang tidak terduga

Sekitar awal bulan Maret tahun 2020, negeri kita mulai dilanda pandemi Covid-19. Meskipun belum ada pengumuman secara resmi situasi negara dalam keadaan darurat, suasana sudah mulai mencekam ketika Presiden mengumumkan bahwa ada dua orang positif terpapar Covid-19. Kebetulan sekali, saat itu saya dengan rekan-rekan kerja sedang berada di Denpasar, Bali. Walaupun dalam situasi kerja, mestinya persinggahan di kota Denpasar itu dapat dinikmati, namun sebaliknya para peserta sudah berhati-hati dan terkonsentrasi pada upaya pencegahan penyakit virus yang sedang merebak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Acara untuk berwisata sebentar di sela-sela aktivitas rapat kerja waktu itu tidak bisa dinikmati dengan santai, rasa was was sudah mulai menghantui.  Aktivitas rapat kerja tersebut adalah aktivitas secara bersama terakhir yang dapat kami nikmati bersama tanpa memakai masker, walaupun mencuci tangan atau melumuri tangan dengan handsanitizer sudah harus dilakukan saat itu. Sesudah itu, aktivitas dilakukan dengan protokol kesehatan ketat dan terasa mengisolasi diri kita dari kebiasaan kebersamaan selama ini.

Situasi itu berlangsung berbulan-bulan dan sudah hampir menyentuh kurun waktu setahun. Selama itu, secara pribadi, saya dapat merasakan ketidaknyamanan dalam wajah-wajah banyak orang terutama orang-orang terdekat saya. Ada perasaan terkekang di satu sisi dan rasa terisolasi di sisi lain. Anak-anak sering menggerutu karena keterbatasan yang secara tiba-tiba harus dijalani dalam waktu yang lama. Menjelang istirahat malam, sebelum mata terlelap, terkadang hati terusik kesedihan membayangkan wajah-wajah polos itu seakan disiksa oleh situasi.

Pemerintah dan masyarakat mulai berpikir, kalau bukan dikatakan untuk memerangi situasi, mengatasi keadaan sulit ini. Upaya itu juga terkadang malah mendatangkan persoalan tersendiri; banyak pendapat yang tidak sejalan dan menimbulkan bahkan konflik baru. Sebagian besar masyarakat bingung akibat kegamangan ketidakpastian disebabkan pendapat yang berbeda-beda itu.

Selama situasi itu berlangsung, Pemerintah berupaya keras untuk mencari jalan keluar secara perlahan-lahan. Pemerintah juga mendorong setiap segmen masyarakat kreatif dan berkontribusi menjaga suasana optimis, paling tidak agar daya tahan masyarakat tetap terjaga dan tidak sampai jatuh pada aroma pesimistik dan tanpa harapan.

Gambaran situasi di atas mendorong setiap pihak untuk bangkit dan tidak menyerah. LP3KN adalah lembaga seni budaya gerejani yang didirikan oleh Kementerian Agama. Lembaga ini pun tidak mau menafikan situasi begitu saja tanpa berbuat sesuatu. Semenjak bulan Mei, LP3KN mencoba menggelitik masyarakat agar tetap memelihara kegembiraan dalam masa-masa sulit melalui anima seni. LP3KN menggelitik nostalgia keseharian masyarakat yang mungkin terlupakan bahkan sebelum masa darurat pandemi Covid-19. LP3KN menyelenggarakan kegiatan “keluarga berdendang”, “lomba video klip” dan webinar dengan tujuan membangkitkan kebersamaan meskipun dalam ruang-ruang gerak yang serba terbatas. Aktivitas ini cukup berbuah manis; ada cukup kelompok dan keluarga yang dapat menikmati kebersamaan selama kegiatan itu berlangsung.

Tetap Berkreasi

Pada sekitar bulan Juli, LP3KN mulai memikirkan pelaksanaan sebuah kegiatan untuk lebih menggalang kebersamaan sebanyak mungkin orang bahkan meskipun tidak secara langsung berpartisipasi. Untuk itu, muncul ide melaksanakan sebuah festival bernyanyi, LP3KN – Virtual Choir Festival (L-VCF). Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuka ruang perjumpaan lebih luas.

Apa dan siapa saja berjumpa di sini? Pertama-tama, tentu saja warga masyarakat. Hal lainnya adalah tradisi dan beragam budaya dari berbagai wilayah. Rancangan ini direspon baik oleh berbagai kalangan. Pemerintah, termasuk beberapa Menteri, bersedia memberi pesan-pesan kebangsaan untuk mendorong penguatan harmoni dalam keberagaman. Tokoh-tokoh agama, Ketua KWI dan para uskup turut ambil bagian serta tokoh masyarakat dari berbagai pihak. Di samping itu, ada pula kaum muda dan musisi dari berbagai latar belakang sosio religius.

Ada pesan kuat dari mereka semua agar para peserta tetap semangat dan membina kebersamaan. Pesan ini mengisyaratkan juga tidak ada kata menyerah pada situasi sulit yang melanda untuk merubah hakekat kemanusiaan yaitu hidup dalam kebersamaan dan solidaritas. Manusia itu homo socius dan hakekat itu tidak boleh hilang dari eksistensi kemanusiaan.

Kegiatan ini dibuka bertepatan pada peringatan hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 2020 dan akan berakhir pada peringatan hari pahlawan tanggal 10 November 2020. Pemilihan tanggal pelaksanaan juga mengandung pesan bagi semua; nilai-nilai kebangsaan kita, kesatuan dalam keberagaman harus dijunjung bersama.

Ketika waktunya tiba untuk menyaksikan berbagai penampilan, kita seakan diajak untuk keliling nusantara dan menyaksikan ikon-ikon keberagaman suasana, alam dan budaya sebagai kekayaan negara kita. Di ruang penampilan ini, pemirsa saling menyapa, saling memuji keunikan yang disuguhkan dan saling mengapresiasi.

Untungnya ruang ini juga disebut festival, pesta atau ruang kegembiraan bersama. Singkatnya, di ruang ini, “Saya bisa berjumpa denganmu”. Di sini, saya spontan melihat diriku yang lain dalam diri sesamaku, dalam keunikan dan kekhasan wajah-wajah serta warna tradisi dan kebiasaan yang lain.

Dari ruang bernyanyi, kita bisa juga menikmati kebersamaan dan perjumpaan dari begitu beragam orang dan kebudayaan yang berbeda-beda. Perjumpaan ini begitu berharga, dan kiranya semakin mendorong kebersamaan dalam keberagaman negeri tercinta. Bhinneka Tunggal Ika, kita nikmati dalam bahasa sederhana, “berjumpa denganmu”.

 

Ikuti tulisan menarik valentino barus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler