x

Iklan

Akbar Faris Rama Hunafa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Januari 2021

Selasa, 26 Januari 2021 15:33 WIB

Mengapa Benar dan Salah Dibiarkan Mengambang, Pemimpin Harusnya Ambil Keputusan

Ketika benar dan salah dibiarkan mengambang tanpa kepastian, itu disebabkan karena adanya kepentingan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Benar atau salah, dua hal yang selalu ada dalam kehidupan. Sesuatu yang benar adalah sesuatu yang sesungguhnya dan bisa dibilang seseuatu yang baik. Sedangkan sesuatu yang salah adalah sesuatu hal yang buruk.

Benar dan salah adalah paralaksi. Dua hasil akhir yang berbeda bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Selamanya, tidak akan ada benar yang sepenuhnya benar, dan tidak akan ada salah yang benar-benar salah. Karena setiap insan memiliki idealismenya masing-masing untuk menilai benar atau salah, baik atau buruk.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, benar dan salah merupakan hal yang rumit dan banyak menuai kontroversi. Balik lagi, hal itu disebabkan oleh individu maupun golongan, yang menganggap suatu hal dari sudut pandangnya saja. Disinilah peran pemimpin sangat dibutuhkan, sebagai pembuat keputusan, mempertegas mana yang benar dan mana yang salah. Karena tugas seorang pemimpin adalah memandu rakyatnya ke arah yang benar dan baik. Dalam keadaan terbatas dan kondisi tertekan sekalipun, ia harus mampu menjaga dan menunjukkan arah baik dan benar, sehingga rakyatnyanya tidak menjadi bingung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sesungguhnya pemimpin adalah orang yang tahu jalan, menunjukkan jalan, dan mengerjakannya. Ia tidak harus seperti papan tanda yang menunjukkan jalan dengan diam, tanpa keterlibatan aktif dalam gerak langkahnya. Karena jika hanya memberikan arahan saja namun tidak dengan contoh akan membuat bingung para pengikutnya.

Menurut penulis ketika benar dan salah dibiarkan mengambang tanpa kepastian, itu disebabkan karena adanya kepentingan. Contoh, suatu hal yang benar akan merugikan sedangkan yang salah akan menguntungkan pribadi seorang pemimpin tersebut. Dengan begitu pemimpin tersebut bingung untuk mempertegas mana yang benar dan yang salah, maka dari itu ia lebih memilih bungkam dan membiarkan hal tersebut mengambang. Atau dilihat dari sudut pandang lain, pemimpin tidak berani mengatakan secara tegas tentang apa yang benar dan apa yang salah, karena adanya tekanan dari luar.

Dari hal tersebut dapat dipelajari bahwa itu adalah contoh perilaku seorang yang tidak layak menjadi pemimpin, karena pemimpin yang baik tidak akan pernah mempertaruhkan rakyatnya demi keuntungan pribadinya. Dan pemimpin yang layak adalah ia yang berani menyampaikan dan mengarahkan rakyatnya walau dalam keadaan tertekan sekalipun. Seorang pemimpin diharapkan mampu untuk menjadi suri tauladan yang baik bagi rakyatnya.

Seorang pemimpin harusnya siddiq, yakni benar atau jujur dalam perkataan dan perbuatan sebagaimana dijalankan Rasulullah. Pemimpin yang jujur tidak akan pernah menyakiti rakyatnya dengan kebohongan.

Kemudian pemimpin harus amanah, yakni dapat dipercaya saat diberikan mandat atau kepercayaan dari rakyat. Amanah harus dijalankan dengan baik, karena seorang pemimpin tidak boleh menyia-nyiakan amanat dari rakyatnya. Pemimpin yang Amanah tidak akan mempertaruhkan rakyatnya dengan kepentingan pribadinya.

Seorang pemimpin juga harus fathonah yakni harus cerdas atau berpengetahuan mengenai yang dipimpinnya. Pemimpin yang cerdas pasti tahu jalan, menunjukkan jalan, dan bergerak bersama.

Kemudian seorang pemimpin harus memiliki sifat tabliq yakni menyampaikan apapun yang diamanatkan kepadanya. Seperti Rasul menyampaikan firman Allah pada umatnya. Pemimpin yang memiliki sifat tabliq akan menyampaikan secara jelas, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk kepada rakyatnya.

Penutup, yang benar katakanlah benar dan yang salah katakanlah salah, seperti itulah yang semestinya pemimpin lakukan dalam menyikapi berbagai hal dalam kehidupan, agar tidak membuat bingung rakyatnya. Jangan membuat hal menjadi abu-abu sehingga tidak bisa membedakan mana yang benar maupun yang salah terlebih membenarkan sesuatu yang jelas-jelas salah. Rakyat memiliki sudut pandang yang berbeda-beda sesuai dengan idealismenya masing-masing.

Pemimpin harus tegas dan cepat dalam memutuskan sesuatu hal ataupun perkara, agar rakyat tidak banyak berasumsi, karena hal itu dapat menjadikan pergesekan di masyarakat, karena banyaknya perbedaan pendapat diantara mereka.

 

Ikuti tulisan menarik Akbar Faris Rama Hunafa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler