x

ilustration source: Annie Spratt/Unsplash

Iklan

Fidya Rizky

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 Februari 2021

Jumat, 7 Mei 2021 06:28 WIB

Kenali Sejak Dini, Apakah Anak Terkena Gangguan Autism Spectrum Disorder?

Austism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering dikenal dengan autisme merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak dalam berkomunikasi, berinteraksi dan berperilaku. Gangguan ini sudah dapat dideteksi sejak anak masih kecil dan dapat mempengaruhi kehidupan sosialnya. Beberapa anak yang terlihat normal di tahun pertama, dan baru mulai menunjukkan gejala autisme ini saat memasuki usia 18-24 bulan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Austism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering dikenal dengan autisme merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak dalam berkomunikasi, berinteraksi dan berperilaku. Gangguan ini sudah dapat dideteksi sejak anak masih kecil dan dapat mempengaruhi kehidupan sosialnya. Beberapa anak yang terlihat normal di tahun pertama, dan baru mulai menunjukkan gejala autisme ini saat memasuki usia 18-24 bulan.

Pada awalnya anak akan berkembang dengan normal tetapi kemudian ia menjadi lebih agresif atau kehilangan kemampuan berbahasa yang telah dipelajarinya. Pada keadaan seperti itu, biasanya tanda-tandanya akan muncul saat anak berusia 2 tahun. Anak yang terkena gangguan autisme tidak semuanya memiliki kecerdasan dibawah rata-rata saja, ada juga yang memiliki kecerdasan rata-rata atau bahkan diatas rata-rata.

Para ahli telah mengidentifikasi adanya beberapa gen yang dicurigai memiliki kaitan dengan ASD. Kadang gen-gen ini muncul dan bermutasi secara spontan. Namun, bisa juga dalam kasus lain, orang mungkin mewarisi gen tersebut dari orangtua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Autisme bisa terjadi akibat gen yang kembar. Misal, satu anak yang mengidap autisme, maka kembar yang lainnya memiliki risiko autisme sekitar 35-95%.

Tanda dan gelaja Austism Spectrum Disorder :

  1. Kurang komunikasi dan interaksi sosial :
  • Anak biasanya sering menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Lebih suka bermain sendiri dan tidak mau berbagi dengan orang lain.
  • Anak kesulitan mengekspresikan emosi dan memahami perasaan orang lain dengan baik.
  • Saat berusia 1 tahun, anak tidak mampu merespons ketika berinteraksi. Misalnya saat ia dipanggil namanya namun ia tidak dengan segera menolehkan kepalanya ketika dipanggil.
  • Nada ketika berbicara datar atau terkesan seperti bernyanyi.
  • Sering berdiri atau berhadapan terlalu dekat dengan seseorang yang mengajaknya berbicara.
  1. Perilaku, aktivitas dan minat yang terbatas.
  • Anak cenderung lebih sering mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut terganggu.
  • Menyukai bagian tertentu dari suatu objek, seperti roda pada mobil mainan.
  • Sering mengurutkan suatu benda secara rapi dan terorganisir.
  1. Hiperaktif dan kadang bertindak tanpa berpikir panjang.
  2. Mudah marah dan terkadang melakukan hal yang bisa melukai dirinya sendiri.
  3. Sangat sensitif dengan berbagai hal, seperti bau, suara atau hal yang dianggap normal oleh orang lain.
  4. Memiliki kebiasaan makan yang tidak biasa, seperti memakan rambut, tanah bahkan tembok.
  5. Tidak taku pada hal-hal yang membahayakan atau bisa menjadi sangat takut pada hal yang tidak sama sekali berbahaya.

Faktor yang mempengaruhi Autism Spectrum Disorder :

  1. Jenis kelamin. Terjadi 4 kali lebih sering pada anak laki-laki dibanding perempuan.
  2. Riwayat keluarga. Keluarga yang pernah memiliki riwayat terkena ASD memiliki risiko tinggi melahirkan anak dengan kondisi yang serupa.
  3. Penyakit lain. Cenderung terjadi lebih sering pada anak dengan genetik atau kondisi kromosom tertentu, seperti sindrom fragile x.
  4. Bayi premature. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu, berisiko lebih besar mengalami gangguan ini.
  5. Faktor lingkungan. Bisa jadi ketika terkena infeksi, obat-obatan, komplikasi semasa kehamilan.

Ada beberapa jenis terapi yang dapat dilakukan ketika anak terkena gangguan ASD.

  1. Terapi perilaku dan komunikasi, dengan mengajarkan anak untuk berperilaku disituasi-situasi sosial dan berkomunikasi lebih baik dengan orang lain.
  2. Terapi fisik dan indera, membantu anak untuk meningkatkan keseimbangan dan membantunya mengurang gerakan berulang yang tidak perlu. Untuk mengasah keterampialn anak dalam memproses sensorik, anak akan diberi mainan yang merangsang indernya seperti squishy atau trampoline.
  3. Terapi pendidikan, anak akan diberikan sekolah khusus yang berbeda dengan sekolah biasa dimana didalamnya diberi satu pengajar khusus. Pengajar tersebut dapat mengerahkan perhatian sepenuhnya pada anak. Anak juga akan lebih berkonsentrasi pada pengajar dengan baik karena minimnya gangguan dari teman atau orang lain.

Ikuti tulisan menarik Fidya Rizky lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler