x

WHO mencatat berbagai persoalan kesehatan global

Iklan

CISDI ID

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 September 2020

Jumat, 4 Juni 2021 06:10 WIB

Berikut Catatan WHO tentang Tantangan-Tantangan Kesehatan di Masa Depan

Kemunculan Covid-19 merupakan tantangan berat terhadap kesehatan global. Masalahnya, dengan atau tanpa pandemi sekalipun, dunia telah mengalami berbagai persolan kesehatan global. Lantas, tantangan kesehatan global apa saja yang perlu masyarakat dunia hadapi dalam satu dekade ke depan? Salah satu laporan WHO menguraikannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

WHO mencatat berbagai persoalan kesehatan global yang akan menjadi tantangan masyarakat dunia dalam satu dekade ke depan. (Sumber gambar: Dok. WHO/Fabeha Monir)

Peristiwa-peristiwa kesehatan lintas batas, termasuk terkait penyebaran penyakit, adalah latar kemunculan disiplin ilmu bernama kesehatan global. Kesehatan global ialah segala persoalan kesehatan yang menyangkut populasi masyarakat dunia. Namun, ada juga yang menyebut kesehatan global sebagai area studi, riset, dan praktik yang berfokus pada upaya peningkatan derajat dan pemenuhan akses kesehatan bagi seluruh penduduk dunia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemunculan Covid-19 merupakan tantangan berat terhadap kesehatan global. Masalahnya, dengan atau tanpa pandemi sekalipun, dunia telah mengalami berbagai persolan kesehatan global. Lantas, tantangan kesehatan global apa saja yang perlu masyarakat dunia hadapi dalam satu dekade ke depan?

Krisis Iklim hingga Penyakit Menular

Dalam laporan bertajuk Urgent health challenges for the next decade WHO mendaftar beberapa tantangan kesehatan global yang perlu dihadapi dalam sepuluh tahun ke depan. Laporan Ini merupakan intisari dari tanggapan berbagai ahli yang menempatkan kesehatan sebagai sebuah investasi masa depan yang sangat bernilai.

Pertama, memahami keterkaitan antara krisis iklim dengan persoalan kesehatan. Krisis iklim adalah istilah yang menggambarkan situasi pemanasan global, perubahan iklim, dan konsekuensinya di bumi. Krisis ini membawa dampak tidak main-main terhadap kesehatan. WHO mencatat persoalan polusi udara saja setidaknya membunuh tujuh juta orang setiap taunnya.

Kedua, menyediakan akses ke kesehatan di wilayah krisis dan konflik. Wilayah krisis dan konflik dipahami sebagai ruang terjadinya pelanggaran HAM dan hukum yang disebabkan perang bersenjata, bencana alam, ataupun ketidakstabilan politik dan sosial. WHO juga mencatat beragam wabah penyakit yang muncul pada 2019 terjadi di wilayah konflik berkepanjangan serta kemunculan tren serangan terhadap fasilitas kesehatan di wilayah krisis dan konflik.

Ketiga, merapatkan jurang kualitas kesehatan antara satu negara dengan negara lain. The World Social Report 2020 yang terbitkan UN mencatat ketimpangan pendapatan terjadi di sebagian besar negara maju. Dari segi kesehatan, WHO mencatat setidaknya 18 tahun perbedaan angka ekspektasi hidup antara negara kaya dengan negara miskin.

Keempat, mengoptimalkan akses terhadap obat-obatan. Satu per tiga penduduk dunia mengalami kesulitan akses terhadap obat-obatan, vaksin, alat-alat diagnostik, dan produk kesehatan esensial lainnya. Padahal, obat-obatan adalah salah satu elemen paling efektif dari segi biaya untuk menjamin dampak kesehatan yang segera dan bertahan lama dalam sebuah populasi.

Kelima, masih munculnya beragam penyakit menular. Penyakit menular seperi HIV, TBC, hepatitis, dan penyakit menular seksual merupakan ancaman serius kesehatan global. WHO mengestimasi ragam penyakit menular sebabkan kematian sekitar empat juta orang selama 2020. Kebanyakan dari kematian itu bahkan berasal dari kelompok masyarakat miskin.

Dari Pandemi hingga Kesehatan Seksual

Keenam, mewaspadai anomali kemunculan epidemi baru. Epidemi merupakan kehadiran penyakit menular dalam periode waktu tertentu di suatu daerah dalam waktu yang cepat. Secara sederhana, pandemi merupakan epidemi yang terjadi dan menyebar melampaui puluhan negara ataupun kontinen. Covid-19 bukan peristiwa pandemi tunggal yang terjadi beberapa waktu ke belakang. Sebelumnya, dunia juga menghadapi epidemi lain seperti kolera hingga Flu Spanyol yang lantas menjadi pandemi.

Ketujuh, melindungi masyarakat dari barang-barang yang berbahaya terhadap kesehatan. Satu per tiga kematian global disebabkan kurangnya konsumsi makanan sehat dan buruknya pola diet. Sementara, sebagian besar masyarakat mengonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula tinggi, bersantan, atau mengandung muatan garam yang banyak yang berpotensi memicu timbulnya penyakit kronis di masa depan.

Kedelapan, berinvestasi pada tenaga kesehatan. Beberapa faktor seperti kurangnya tunjangan serta maraknya tindak kekerasan menyebabkan minimnya supply tenaga kesehatan di dunia. WHO mencatat pada 2020 nanti dibutuhkan setidaknya 18 juta tenaga kesehatan untuk negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Sembilan juta dari angka tersebut merupakan perawat dan juga bidan.

Kesembilan, menjaga kesehatan remaja. Satu juta remaja meninggal setiap tahunnya. Penyebab kematian mereka beragam, mulai dari kecelakaan lalu lintas, HIV, bunuh diri, hingga akibat dari kekerasan. Penggunaan alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang ditambah tidak dipraktikkannya gaya hidup sehat menjadi pendorong meningkatnya risiko kematian.

Kesepuluh, memastikan tenaga dan sistem kesehatan mendapatkan kepercayaan publik. Kepercayaan terhadap tenaga kesehatan merupakan satu hal esensial untuk mendorong terwujudnya perilaku sehat. Di samping itu, institusi kesehatan juga berperan menghalau misinformasi dan kabar hoaks perihal kesehatan yang kerap tersebar di media sosial.

Upaya Bersama

WHO masih memiliki beberapa tambahan persoalan kesehatan global yang perlu dihadapi pada masa pendatang. Kendati demikian, sebagai pengantar daftar yang telah ditampilkan bisa dianggap mencukupi untuk menjelaskan dasar persoalan.

Dengan memetakan tantangan kesehatan global di masa mendatang serta mempersiapkan upaya-upaya untuk menguatkan kesehatan, menjamin masa depan ketika kesehatan dapat dinikmati oleh semua bukanlah satu hal yang sulit untuk dicapai. Dalam hal ini, CISDI ikut berperan dalam upaya kesehatan global. Beberapa tindakan yang CISDI telah lakukan, di antaranya melalui program penguatan kesehatan primer, seperti Pencerah Nusantara.

Di samping itu, CISDI juga membantu upaya penanganan pandemi Covid-19 di Jawa Barat bersama pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Program PUSPA. Kegiatan ini belum termasuk dengan berbagai proyek distribusi pengetahuan publik yang CISDI laksanakan bersama berbagai instansi dan organisasi lainnya.

 

Tentang CISDI

Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah think tank yang mendorong penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilmiah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya, setara, dan sejahtera dengan paradigma sehat. CISDI melaksanakan advokasi, riset, dan manajemen program untuk mewujudkan tata kelola, pembiayaan, sumber daya manusia, dan layanan kesehatan yang transparan, adekuat, dan merata.

 

Penulis

 

Amru Sebayang

Ikuti tulisan menarik CISDI ID lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler