x

Iklan

Muhammad Khairur Rasyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 28 Juli 2021 17:25 WIB

Menghindari Kelelahan Akibat Aktivitas Zoom; Penjelasan Ahli Fisioterapi dan Psikologi

Tuntutan untuk tetap untuk bernteraksi dalam masa pandemi diatasi dengan melakukan zoom meeting. Tapi ternyata kegiatan ini kerap menimbulkan zoom fatique. Penyebabnya karena sikap duduk yang keliru selama zooming, dan faktor lain. Berikut ini solusi yang ditawarkan pakar fisioterapis dan psikolog dari Universitas Esa Unggul.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Universitas Esa Unggul

Pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir membuat interaksi manusia berubah, yang dahulunya dilakukan secara tatap muka dibatasi dengan menggunakan interaksi jarak (virtual). Interkasi yang dilakukan secara virtual ini kemudian memunculkan permasalahan baru yang dikenal dengan zoom fatigue.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk membahas permasalahan ini, Universitas Esa Unggul menggelar Webinar bertajuk Tips dan Trik Mengatasi Zoom Fatigue dengan Relaksasi Musculoskeletal dan Psikologi, Rabu 14 Juli 2021. Pembicara yang dihadirkan merupakan ahli dibidang Fisioterapi dan sekaligus Doktor Fisioterapi pertama di Indonesia yakni Dr. Wahyuddin, Sst.Ft. M.Sc sementara pembicara kedua merupakan dosen Psikologi Universitas Esa Unggul, Veronica Kristiyani, S.Psi, M.Si., Psikolog.

Secara fisioterapi, menurut Wahyudin, zoom fatigue terjadi karena posisi yang dilakukan seseorang saat kegiatan meeting virtual dilakukan dengan salah. Dekan Fisioterapi ini mencontohkan, banyak dari kita ketika rapat virtual memilih posisi membungkuk dan mata diletakan sejajar dengan kamera laptop atau smartphone.

"Posisi yang salah dapat mempengaruhi terjadinya zoom fatigue, salah satunya ketika tubuh membungkuk saat kita melakukan rapat atau pembelajaran online, kepala diletakan kedepan dan mata mengarah ke kamera webcam. Posisi ini dapat mempengaruhi postur karena leher menanggung beban yang berat dari kepala," ucapnya.

Wahyudin pun menyarankan agar melakukan relaksasi setiap 30 menit dengan gerakan relaksasi musculoskeletal. Gerakan ini dikerjakan dengan sejumlah tahapan, seperti melakukan pectoralis jajor (pergerakan sendi bahu), latissimus dorsi (otot yang besar, datar, pada bagian punggung, dan terletak di belakang lengan).

Sementara itu, dari sisi psikologi, Veronica Kristiyani, S.Psi, M.Si., mengatakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari dan mengatasi zoom fatigue, pertama menyadari kondisi. Menurut dia tidak masalah jika merasa lelah, tetapi ketika merasakan hal itu perlu segera menyadari kondisi diri dan beristirahat memulihkan diri.

Kedua, kata Dosen Psikologi UEU ini, asertif untuk membicarakan kondisi anda. Sebelum merasakan kelelahan dalam berinteraksi secara virtual maka perlu berkomunikasi secara asertif pada orang lain, mengenai kondisi anda atau batasan anda pada saat bekerja atau mengikuti rapat atau seminar.

"Dalam meringankan zoom fatigue kalian harus fokus pada solusi dan fokus pada masalah dalam hal ini problem thinking. Jangan sampai pekerjaan yang sebetulnya dapat dikerjakan, tidak dikerjakan karena ditunda atau ragu menyelesaikannya. Sebisa mungkin kita fokus menyelesaikan masalah tersebut," tuturnya.

Program Pendidikan Fisioterapi Universitas Esa Unggul merupakan Program Studi Fisioterapi yang pertama di Indonesia dengan SK Dirjen Dikti No. 311/DIKTI/KEP/1998 dan berdasarkan PP. No. 60 Th.1999 berhak mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi (SSt.FT). Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul adalah yang pertama di Indonesia.

Selain menjadi pelopor Program Studi Fisioterapi di Indonesia, Universitas Esa Unggul juga menyediakan Program Profesi Fisioterapi sebagai bentuk dukungan untuk menjalankan kemandirian praktik fisioterapi kepada masyarakat baik secara langsung ataupun dengan rujukan dari profesi kesehatan lain.

Sementara itu, Program Studi Psikologi Universitas Esa Unggul menciptakan lulusan yang memiliki bekal teori -- teori psikologi dan perkembanganya secara teori maupun praktis sehingga mampu memberikan kontribusi keilmuannya secara profesional pada 5 bidang yakni Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Anak, Remaja, Dewasa dan Keluarga, Psikologi Pendidikan, Psikologi Sosial, Lingkungan Budaya, Psikologi Klinis.

Ikuti tulisan menarik Muhammad Khairur Rasyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler