x

Gambar oleh chenspec dari Pixabay

Iklan

Wahyu Nulhakim Hamdjah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Januari 2021

Selasa, 31 Agustus 2021 16:09 WIB

Intelektual Profetik, Jawaban Menghadapi Krisis Identitas di Era Digital

Perkembangan peradaban manusia terus mengalami perkembangan sejak eksistensi manusia hadir di alam semesta. Dimulai dari masa Pra-aksara yang didominasi oleh teknologi dan kebudayaan yang kuno dan sederhana hingga era industri 4.0 dengan dominasi penggunaan teknologi A.I (Artficial Intelligence) dan Internet of Things. Kemajuan progresif yang dilakukan oleh manusia dari masa ke masa merupakan upaya dalam menjawab persoalan yang dihadapi manusia itu sendiri baik yang bersifat individual seperti memperoleh makanan, membangun keluarga dan sebagainya, hingga persoalan yang bersifat kolektif seperti dinamika yang dihadapi kelompok masyarakat tertentu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perkembangan peradaban manusia terus mengalami perkembangan sejak eksistensi manusia hadir di alam semesta. Dimulai dari masa Pra-aksara yang didominasi oleh teknologi dan kebudayaan yang kuno dan sederhana hingga era industri 4.0 dengan dominasi penggunaan teknologi A.I (Artficial Intelligence) dan Internet of Things. Kemajuan progresif yang dilakukan oleh manusia dari masa ke masa merupakan upaya dalam menjawab persoalan yang dihadapi manusia itu sendiri baik yang bersifat individual seperti memperoleh makanan, membangun keluarga dan sebagainya, hingga persoalan yang bersifat kolektif seperti dinamika yang dihadapi kelompok masyarakat tertentu.

Hadirnya teknologi termutakhir (A.I dan Internet) perlahan membuat persoalan manusia yang kompleks dapat terselesaikan secara singkat dan dan sederhana. Kehadiran teknologi ini sering disebut sebagai era digital 4.0. Kendati demikian, kehadiran Teknologi tersebut tidak sepenuhnya menjawab problematika yang dihadapi manusia, sebaliknya muncul permasalahan baru yang mengancam eksistensi manusia itu sendiri. Salah satu ancaman yang muncul yaitu krisis identitas yang lazim dialami oleh para generasi muda (18-25 tahun).

Untuk beberapa pemuda, hadirnya Internet sangat membantu mereka dalam upaya pengembangan diri dan keilmuan. Namun, banyak generasi muda  yang mengelami degradasi identitas akibat ketidakmampuan menghadapi pengaruh Internet dan kemajuan teknologi masa kini. Kehadiran Internet mengakibatkan akses yang begitu bebas dan massif akan informasi dari beragam sumber. Kebebasan dan kemassifan yang tidak terkontrol dengan baik dapat menjadi pedang bermata dua yang dapat menyerang tuannya dalam hal ini para generasi muda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di masa inilah (18-25 Tahun), para generasi muda berada pada fase pencarian jati diri. Informasi serta ideologi yang sangat banyak dan bebas di Internet tentu sangat berpengaruh bagi para generasi muda. Jika pemuda tidak memiliki kemampuan untuk menjaring setiap informasi maupun ideologi yang didapatkan, maka bukan tidak mungkin paham ekstrimisme, radikalisme dan paham negatif lainnya akan menjadi landasan pemuda tersebut dalam bersikap maupun bertindak.

Menjawab problematika diatas, hadir sebuah gerakan pembaharuan yang dikenal sebagai gerakan Intelektual Profetik. Pemahaman intelektual profetik sangat mengilhami Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam pergerakannya yang dikenal sebagai Trilogi IMM. Secara singkat, gerakan ini dapat dimaknai sebagai gerakan kolaboratif yang menggabungkan aspek Intelektual seseorang dengan sikap kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Artinya, intelektual profetik mengarahkan individu pada konsep intelektual yang mencerminkan keanggunan sikap seorang muslim yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Sering kita jumpai ditengah masyarakat, banyak para intelektual yang cenderung menyalahgunakan kemampuannya ke arah yang meyimpang seperti meretas secara ilegal, melakukan tindak pidana korupsi, penipuan digital dan sebagainya. Kejahatan tersebut faktanya didominasi oleh mereka yang melek teknologi bahkan paham akan keilmuan tertentu. Hal ini dapat terjadi karena para pelaku mengalami krisis identitas yang mengakibatkan tindakan menyimpang dari pengaruh baik orang lain maupun informasi yang didapatkan melalui internet.

Oleh karena itu, gerakan intelektual profetik hadir untuk menjernihkan langka para generasi muda khususnya para intelektual muda dalam melangkah. Dalam menjawab permasalahan idetitas, cerminan identitas terbaik yang dapat dicontohi yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Bagaimana tidak? empat pilar sikap beliau yaitu Siddiq (jujur), Amanah (Dapat Dipercaya), Tabligh (Menyampaikan), Fathanah ( Cerdas) cukup menjadi landasan identitas bagi setiap individu. Siddiq, menitikberatkan pada konsitensi dan tanggung jawab pribadi seseorang dalam berkata, bersikap maupunbertindak. Landasan setiap aksi yang dilakukan haruslah mencerminkan nilai kejujuran didalamnya.

Amanah, menggambarkan seorang manusia harus mampu melaksanakan setiap tugas yang diberikan sepenuh hati dan ikhlas akan hal itu. Tugas tersebut baik dari tuhan, atasan maupun rakyat. Keikhlasan dan kejujuran akan menghasilkan kejernihan seseorang dalam menjalankan tugas tanpa adanya upaya penyimpangan untuk kepentingan personal. Tabligh, mengisyaratkan identitas setiap individu harus berani dalam menyampaikan kebenaran dan menolak segala bentuk kejahatan. Gerakan tabligh dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam bentuk perkataan, gerakan kolektif maupun tindakan yang dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, melakukan pekerjaan tanpa pamrih sedari dini akan melahirkan pribadi yang kokoh dalam menolak gratifikasi maupun bentuk suap yang ilegal.

Tentu perlu digarisbawahi, dalam menyampaikan kebenaran dan menolak kejahatan harus dilakukan secara bijak yaitu melalui media yang diatur oleh undang-undang dan tetap menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi. Hal ini dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat tepat sasaran namun tetap anggun untuk diketahui oleh publik luas.

Terakhir yaitu Fathanah. Kecerdasan yang dianugerahi tuhan Yang Maha Esa kepada kita harus dapat dimaksimalkan untuk membawa kebermanfaatan bagi peradaban manusia. Oleh karena itu, kecerdasan yang dimiliki tentu tidak digunakan untuk meraup keuntungan personal sembari merugikan banyak pihak. Sebaliknya, dengan kecerdasan tersebut, kita dapat memberdayakan banyak orang, melahirkan para intelektual yang berbudi pekerti luhur serta kokoh dalam mencerminkan semangat intelektual profetik. Dengan demikian, ancaman akan krisis identitas yang terjadi saat ini dapat teratasi tanpa membawa kerugian baik secara personal maupu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ikuti tulisan menarik Wahyu Nulhakim Hamdjah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 jam lalu

Terpopuler