Anak usia dini sering dipandang sebelah mata oleh orang tua atau lingkungan sekitar, mereka sering dianggap kerikil kecil yang tak ada gunanya. Anak usia dini seperti hiasan yang bisa diatur dan ditata sesuka hati hanya karena dapat terlihat indah. Kesalahan fatal ini yang membuat anak-anak usia dini tidak berkembang. Mereka hanya bisa menunggu arahan apa lagi yang akan diberikan oleh orang tua atau lingkungan sekitar pada dirinya. Mengingingkan anak dapat hidup dengan baik memang bukan sebuah kesalahan namun bagaimana caranya agar anak itu dapat tumbuh dan berkembang menjadi dirinya sendiri yang perluh diperhatikan bukan hasil rekaysaa orang tua atau lingkungan.
Anak-anak memiliki kebebasan dalam berpendapat atau berimajinasi ingin menjadi apa ia kelak ? bukan menjadi apa yang orang tua inginkan. Pendidikan sejak anak masih berusia kecil (4-6 tahun) di taman kanak-kanak merupakan pilihan yang terbaik namun tetap melihat mutu dari sebuah pendidikan tersebut. Apakah sekolah bagi si kecil mampu membentuk dirinya menjadi pribadi yang baik atau hanya berpikir si kecil mampu membaca, menulis atau berhitung ? Hal ini merupakan kekeliruan orang tua yang sering saya temukan.
Pendidikan di taman kanak-kanak hanya mengenalkan huruf dan angka namun tidak memaksa anak untuk menghafal semuanya dalam semalam. Taman kanak-kanak merupakan sekolah atau tempat anak bermain dan mengekspresikan serta mengelola emosinya, berbaur atau bersosialisasi dengan orang lain, bagaimana menciptakan sebuah karya original sesuai dengan imajinasinya dan mengembangkan fisik motoriknya.
Anak usia dini memiliki pemahaman yang sangat kritis tentang informasi atau suatu hal, mereka cepat menangkap dan bisa pula langsung mempraktikan. Pesan apa yang disampaikan dapat disimpan dan dilakukan. Tak jarang orang tua murid sering kewalahan sendiri karena melihat perkembangan anaknya yang jauh berbeda setelah di sekolahkan.
Ikuti tulisan menarik Elisabeth Trisnawati Wonga lainnya di sini.