x

Iklan

Nurul Amaliah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 November 2021

Jumat, 26 November 2021 08:42 WIB

Pemanfaatan Feses Sapi dalam Pembuatan Biogas

Pembuatan biogas merupakan salah satu langkah yang tepat dalam mengatasi permasalahan limbah kotoran ternak. Pemanfaatan biogas juga memiliki peranan yang cukup penting dalam mengurangi resiko pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah perternakan Salah satu penyumbang metana adalah kegiatan perternakan, berdasarkan laporan data FAO (Food and Agriculture Organization) pada tahun 2006. Limbah peternakan merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, yaitu sekitar ±18%. Dalam 1 kg kotoran ternak dapat menyumbangkan sekitar 60 liter emisi gas yang dilepaskan ke udara, dengan komposisi terbesar yaitu gas metana (CH4). Oleh karena itu perlunya pemanfaatan kotoran ternak yang berupa feses atau sisa pakan ternak, selain upaya mengurangi dampak pencemaran lingkungan juga menjadikan produk sampingan dari pengusaha ternak yang berupa feses dan sisa pakan menjadi lebih bermanfaat.Pemanfaatan teknologi biogas merupakan terobosan untuk mengatasi permasalahan di atas. Biogas adalah energi yang dapat dikembangkan, mengingat bahan bakunya dari berbagai limbah yang cukup tersedia dan dapat diperbaharui. Pengembangan bioenergi ini sebagai sumber energi alternatif, merupakan langkah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber-sumber yang tidak dapat diperbarui.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

APA ITU BIOGAS?

      Biogas adalah salah satu jenis energi alternatif yang dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. biogas adalah jenis bahan bakar nabati yang dihasilkan dari penguraian bahan organik yang dilakukan secara alami. Saat bahan organik terpapar lingkungan kedap oksigen, maka campuran gas didalamnya akan terbebas. Gas yang paling banyak dilepaskan pada proses ini adalah gas metana sebesar 50-75 persen, bergantung pada jumlah karbohidrat yang terdapat pada campuran bahan organik dan karbon dioksida. Proses ini juga menghasilkan gas lainnya namun dalam jumlah yang lebih kecil. Dikarenakan proses produksi biogas ini terjadi secara anaerob, yaitu tanpa paparan oksigen, sehingga terjadi proses fermentasi yang memecah rantai pada bahan organik. Proses pemecahan ini menjadikan bahan organik yang semula limbah menjadi sumber energi yang dapat digunakan untuk memanaskan, mendinginkan, memasak, atau bahkan memproduksi listrik

Prinsip Dasar Biogas

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

     Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaaan anaerobik. Biogas memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan udara. Biogas memiliki suhu pembakaran antara 650-750O C. Biogas tidak berbau dan berwarna. Apabila dibakar, akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/ m3 dengan efisiensi pembakaran 60% pada konvensional kompor biogas (Wahyuni, 2009). Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik untuk menghasilkan suatu gas yang sebagian besar berupa metana (memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, serta berbagai jenis gas lainnya dalam jumlah kecil. Untuk menghasilkan biogas dibutuhkan reaktor biogas (digester) yang merupakan suatu instalasi kedap udara sehingga proses dekomposisi bahan organik dapat berjalan optimum.

Pemanfaatan feseS sapi DALAM PEMBUATAN BIOGAS

       Salah satu energi terbarukan adalah biogas, biogas memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya. Energi bio-gas dapat diperoleh dari kotoran sapi. Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, dan mencegah penyebaran penyakit. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak . Teknologi pemanfataan kotoran hewan menjadi energi walaupun sederhana namun mayoritas masyarakat petani/peternak di Indonesia belum bisa meman-faatkannya, hal tersebut disebabkan karena rendahnya SDM peternak/petani, minimnya pelatihan atau penyuluhan kepada masyarakat, rendahnya kepedulian pemerintah daerah untuk serius mengoptimalkan sektor peternakan dan pertanian.Selama kurun waktu 10 tahun terakhir konsumsi energi disektor rumah tangga tumbuh rata-rata 1,4% per tahun. Dalamhal pertumbuhan, jenis energy rumah tangga yang mengalami pertumbuhan cepat adalah LPG, listrik, dan gas bumi yang tumbuh dengan rata-rata tahunan 20%, 7%, dan 5%. Perkem-bangan konsumsi LPG dan minyak tanah tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan pangsa LPG dalam konsumsienergi rumah tangga dari 1,3% (1999) menjadi 7,4% (2009). Permintaan LPG di masa datang diperkirakan terus meningkatdengan terus dilaksanakannya program pengalihan minyaktanah ke LPG di Indonesia saat ini didominasi oleh sektorrumah tangga. Perkembangan pesat konsumsi energi terjadidalam periode 2005-2009 sebagai hasil pelaksanaan programkonversi minyak tanah ke LPG. Pada periode tersebut konsumsi LPG tumbuh rata-rata 31% per tahun. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi bio-gas sangat efisisen sebagai energi alternatif. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, ebagian diantaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya . Permasalahan yang ada pada biogas, masih didistribusikan secara lokal, karena bio-gas masih didistribusikan melalui pipa-pipa paralon pemakaianya hanya pada daerah setempat disekitar tempat pembuatan. Biogas juga membutuhkan volume yang besar ketika akan digunakan. Agar dapat didistribusikan seperti LPG yang sekarang ada, maka biogas perlu dibuat cair. Paper ini merupakan bagian dari upaya proses pembuatan biogas menjadi cair.

Proses Pembuatan Biogas

      Kotoran ternak segar dari 4 ekor Sapi, dicampur dengan air yang perbandingannya 1 kotoran dan 2 air, kemudian dimasukkan/dialirkan ke tangki pencerna (biodigester tank) dalam kondisi tanpa udara (anaerob); pengisian dilakukan setiap hari, melalui lubang pemasukan (inlet chamber) sampai batas, sesuai dengan kapasitas tampungnya; dalam waktu lebih kurang 21 hari, biogas akan keluar dengan sendirinya dan akan ditampung ditangki penampungan biogas (gas holder) dibagian atas tangki pencerna; apabila tangki pencerna diisi terus, maka limbah biogasnya akan keluar keatas melalui pipa menuju ke tangki penampungan limbah biogas (outlet chamber); biogas siap dialirkan kerumah tangga untuk memasak dan/atau penerangan melalui pipa penyalur (gas outlet pipe) dengan membuka krannya, dapat juga dipakai sebagai bahan bakar generator listirk; apabila terjadi kebocoran gas atau produksi biogasnya sudah hilang, dilakukan pembersihan tangki pencerna dan tangki penampung gas melalui lubang pembersih (man hole) dengan membuka tutupnya (cover).

Ikuti tulisan menarik Nurul Amaliah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu