x

Iklan

Suci Handayani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 November 2021

Minggu, 28 November 2021 13:53 WIB

Guru Terbaik Datang dari Hati

Siswa membutuhkan guru yang bahagia, yang mampu membuat mereka terlibat dan bersemangat untuk belajar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pandemi Covid-19 mengguncang Indonesia pada awal tahun 2020. Dunia pendidikan mengalami disrupsi yang tak terelakkan. Pembelajaran tatap muka berubah menjadi pembelajaran jarak jauh. Waktu pertemuan pembelajaran yang biasanya dilakukan dalam sepertiga hari berkurang drastis. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, baik dalam kehadiran, partisipasi belajar, kepatuhan pada tata tertib maupun semangat menyelesaikan tugas menurun tajam. Ditambah lagi dengan merosotnya kondisi ekonomi sebagian orangtua siswa yang mengakibatkan kesulitan dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pembelajaran dari rumah. Hal ini mendorong terjadinya penyesuain-penyesuain dalam proses pembelajaran.

 

Guru-guru mulai bergerak, mencari dan meramu formula terbaik untuk menyesuaikan diri dengan kondisi agar para siswa tidak kehilangan kesempatan belajarnya, Guru yang “gaptek” mulai mencoba untuk menyentuh teknologi, mencari cara yang paling sederhana tetapi mengena agar para siswanya tetap mendapatkan pengalaman belajar untuk meningkatkan kompetensi dan pengetahuan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Hampir bersamaan dengan gempuran waban Covid-19, program Merdeka Belajar diluncurkan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai program yang bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara "Maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat." Hal ini berarti bahwa pembelajaran dalam konsep merdeka belajar ini menghargai keragaman dan keunikan tiap-tiap peserta didik, agar hal ini dapat tercapai maka para guru dan siswa dibebaskan untuk berani memodifikasi dan berinovasi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa sesuai dengan bakat dan minat mereka. 

 

Tantangan Merdeka Belajar

Bukanlah hal yang mudah untuk beradaptasi dengan keadaan, menyesuaikan diri dengan pembelajaran merdeka belajar. Guru tentu mendapatkan banyak tantangan dalam implementasi merdeka belajar ini. Pertama, bagaimana cara untuk membangun empati agar bisa mengerti latar belakang para siswa, memahami apa minat dan bakat mereka untuk disesuaikan dengan pembelajaran yang akan dilakukan. Kedua, bagaimana menyesuaikan pembelajaran, memodifikasi materi-materi ajar sehingga bisa sejalan dengan kebutuhan siswa. Ketiga, bagaimana materi ajar yang telah dimodifikasi ini bisa diterima oleh siswa dengan baik, mencari cara terbaik agar tersampaikan dengan jelas. Singkatnya guru mencoba merancang pembelajaran yang berpusat pada siswa, mengakomodir bakat dan minat mereka dalam proses pembelajaran untuk dapat digunakan dalam hidup di masyarakat.

 

Mengajar dengan Hati

Membangun empati menjadi hal terpenting yang dilakukan disaat seperti ini, menjalin ikatan emosi, mencoba memahami apa yang menjadi keluhan dan kesulitan siswa dalam proses pembelajaran masa pandemi. Asesmen diagnostik merupakan salah satu cara untuk mengetahui data dan karakteristik siswa. Sebagai guru, saya biasa melakukannya  dengan menyebarkan kuesioner, melakukan obrolan pribadi melalui media sosial, bahkan secara sederhana dengan menggunakan mentimeter atau memaksimalkan kolom chat pada saat pembelajaran sinkronus melalui video conference.  Dengan kegiatan ini kelemahan, kekuatan dan apa yang dirasakan siswa dapat diketahui untuk dijadikan bekal dalam merancang dan melakukan proses pembelajaran. Setelah mengetahui latar belakang, kelemahan dan kekuatan siswa, guru dan siswa bersama-sama membuat kesepakatan kelas, kesepakatan sederhana yang akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Jadwal kegiatan sinkronus dan asinkronus, jenis media pembelajaran, pemilihan tantangan untuk siswa dan kesepakatan pengumpulan tantangan merupakan contoh kesepakatan kelas yang dilakukan.

 

Selanjutnya penyesuaian pembelajaran dengan memodifikasi materi yang ada sehingga sesuai dengan bakat dan minat siswa. Ketika materi yang diberikan sesuai dengan minatnya siswa akan merasa tertarik dan akhirnya terlibat secara aktif dalam prosesnya. Siswa merasa bahwa yang mereka pelajari dekat dengan kehidupannya dan memiliki manfaat dalam kehidupannya, 

 

Selain memodifikasi materi, guru juga memilih media terbaik untuk menyampaikan materi ajarnya. Beberapa guru di sekolah memaksimalkan penggunaan Google Classroom, ada yang menggunakan WhatsApp, ada pula yang menggunakan campuran dengan banyak aplikasi seperti YouTube, Quizizz, maupun Kahoot. Segala cara dilakukan agar para siswa dapat mengakses materi dengan mudah. Yang terpenting bukan secanggih apa teknologi yang dipakai tetapi bagaimana konten materi yang sudah didesain sesuai dengan kebutuhan siswa bisa memberikan pengalaman, aplikatif dan dapat tersampaikan dengan baik. Sebagai evaluasi dan bukti bahwa siswa telah belajar guru memberikan tantangan untuk dikerjakan. Tantangan yang diberikan pun beragam, sebagai contoh pada materi ajar Descriptive Text, siswa di kelas saya boleh memilih salah satu tantangan, membuat poster baik digital maupun manual, membuat video atau membuat brosur promosi wisata. Tentu hal ini sudah disesuaikan dengan kemampuan, bakat dan minat para siswa. 

 

Refleksi dan Perubahan

Merdeka belajar yang diterapkan di kelas ternyata memberikan banyak perubahan yang positif dan menyenangkan. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat, hal ini bisa dibuktikan dengan tingkat kehadiran dan pengumpulan tantangan yang lebih tinggi dari kelas sebelumnya,  Keterlibatan siswa dalam pembelajaran meningkat, siswa terlibat dalam diskusi sesi sinkronus, ikut serta dalam pengambilan keputusan kesepakatan kelas dan tujuan pembelajaran. Perubahan yang terakhir adalah munculnya perasaan senang dan puas. Pada sesi refleksi setelah pembelajaran siswa mengungkapkan kepuasan dan kebahagiaan karena pembelajaran bermakna yang mereka alami. Mereka merasa terlibat dan bisa memahami pembelajaran dengan baik karena materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki. Bisa dikatakan bahwa program merdeka belajar ini merupakan program yang hadir sebagai berkah yang terselubung bagi pendidikan di saat pandemi sedang berlangsung.

 

Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di SMK Negeri 3 Kasihan (SMSR Yogyakarta)

Ikuti tulisan menarik Suci Handayani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu