x

Iklan

Fitriani Fattah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 November 2021

Senin, 29 November 2021 05:53 WIB

Musik dan Sesuatu Yang Menyertainya

Seberapa banyak pengetahuan kita tentang bagaiamana musik mempengaruhi kejiwaan seseorang?Mengapa seseorang condong pada genre musik tertentu dan mengabaikan yang lainnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ini bukan doktrin bagaimana agama tertentu menetapkan hukum dari sebuah karya seni yang seringkali disebut sebagai bahasa universal.Sebagian berpendapat bahwa musik itu mempersatukan.Kenapa saya tidak mengatakan seluruhnya?Karena boleh jadi musik itu memecah belah.Lihat saja bagaimana ulama berbeda pendapat tentang keharaman dan kehalalan musik.Seni dan kebudayaan memang tampak seperti arena yang ‘abu-abu’ jika ditinjau dari perspektif islami.Tulisan ini tidak bersifat religious.Artinya,tidak akan ditemukan hadist yang bisa menjauhkan Anda dari ‘kesenangan’ ini dan begitu pula sebaliknya tidak ada pembenaran secara ilmiah yang mengizinkan Anda untuk terus berada didalamnya.

Semua manusia diciptakan dengan sangat indah maka dari itu tidak heran jika segala sesuatu yang memiliki keindahan akan selalu menarik perhatian kita.Bahkan yang buruk pun bisa nampak sangat indah bagi pelakunya.Keindahan,tidak selalu tervisualisasikan.Dengan telinga pun Anda bisa merasakan dan menikmati keindahan.Itulah musik.Pernahkah Anda membayangkan dunia tanpa nada,petikan,alunan,dan kemerduan dalam bersuara?Bagi Anda yang harinya tidak pernah lepas dari nyanyian bisakah mencoba menyetop aktivitas ini minimal selama sebulan?Lakukan ini bukan karena keyakinan Anda mengharamkannya,tapi untuk membuktikan adakah pengaruh secara emosional yang timbul dari rutinitas ini?

Sewaktu-waktu saya pernah diberitahu bahwa musik itu haram.Orang ini menyadari betul bahwa saya sangat mencintai dan menikmati musik.Anda bisa bayangkan betapa tersinggung dan marahnya saya ketika kebahagiaan saya terusik.’Saya menggunakannya untuk berkomunikasi,membangun sebuah ruang percakapan,bergaul’ kata saya.Ia sepertinya baru saja menjalani perubahan spiritual dalam hidupnya.Terkadang mereka yang baru memulai perjalanan ini tampak begitu fanatik.Setidaknya itu yang ada dipikiran saya pada saat itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Secara sadar kita membedakan orang dari selera musiknya.Menurut ilmuwan mereka yang mendengarkan musik klasik adalah seorang yang jenius.Bukankah setiap orang menginginkan citra diri semacam itu?Cerdas, jenius, dan berbeda.Akibatnya beberapa diantara kita mengenal Beethoven,Mosart,Debussy,yang sebelumnya begitu asing ditelinga.Belum lagi penelitian yang mengaitkan antara musik klasik,janin dan kecerdasan.Semakin sempurna bukan alasan untuk memasukkan ‘Fur de elise kedalam playlist Anda?Terdengar menghakimi?Tanyakan kepada diri Anda mengapa Anda hanya mendengar lagu tertentu dan mengabaikan yang lainnya.Terdengar indah ditelinga kita atau telinga orang lain?

Saya berusaha mengingat dan merasakan kembali bagaimana perasaan saya ketika ‘peringatan’ itu datang.Ada kemarahan,jengkel,dan rasa ingin tahu.Ketika saya mengatakan ‘melemahkan’ ini lebih kepada kesulitan kita dalam menetralkan emosi.Terkadang begitu keras seperti batu dan lembut seperti kapas.Anda tidak memiliki pengalaman dalam percintaan,mengapa Anda begitu sedih ketika mendengar lagu patah hati?Ketika malam hari diguyur oleh hujan kita secara sengaja menyetel lagu yang begitu menyayat hati.Parahnya tak ada satupun diliriknya yang sempat terjadi dihidup kita.Mengapa tiba-tiba jadi galau,murung,dan dilanda kesedihan?Saya tidak meragukan kemampuan manusia dalam berimajinasi,tapi…

Ada begitu banyak hasil penelitian mengenai pengaruh musik yang bisa jadi membahagiakan atau mengecewakan.Hargreaves (The Development Psychology of Music,1986) menyatakan bahwa music yang berirama dan berfrekuensi lambat dapat membuat bayi berhenti menangis.Bagiamana dengan irama music dengan frekuensi tinggi,keras,dan ribut?Penelitian yang dilakukan oleh psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts menemukan bahwa penggemar musik metal memiliki harga diri yang relative rendah (low self esteem) dikutip dari grid.id.Ini menjadi masuk akal mengapa kita condong pada genre tertentu dan mengabaikan yang lainnya.Faktor psikologi manusia yang senang dengan penampakan yang unik dan berbeda mengambil peran.Menjadi anti mainstream dan hobi membahas teori konspirasi benar-benar membuat kita percaya diri karena berbeda dengan mayoritas .Entah sejak kapan menjadi ‘mayoritas’ bukan hal yang keren.Di perpustakaan music menjadi tidak menguntungkan karena membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan suara-suara itu hanya mengacaukan pikiran.Meskipun ada juga orang yang mudah terfokus ketika mendengar nyanyian.Berbeda dengan toko-toko itu.Entah yang diperdagangkan adalah pakaian atau buku-buku pengetahuan siapapun tidak akan masalah dengan suara indah yang me-rilekskan.Kita benar-benar menjadi korban kapitalisme.Mungkinkah musik akan mendorong konsumen membeli lebih banyak barang tanpa sadar? (Baca : Musik yang mendorong kita lebih banyak berbelanja www.bbc.com/indonesia)

Bagaimana perasaan,emosi,dan sensasi yang dirasakan antara mereka yang menyanyikan dengan yang hanya mendengarkan sebuah lagu?Sepertinya tidak semua penyanyi sanggup terinspirasi dari pengalaman pribadi kemudian menuliskannya dalam susunan lirik yang menggetarkan.Mungkin ini menjadi salah satu daya tarik mereka yang sanggup menulis dan bernyanyi ketimbang yang hanya sekedar menyumbangkan suara indahnya.Walaupun kita tidak akan meragukan kemampuan mereka dalam menghayati sebuah ‘peran’.Ini menjadi penanda bahwa musik memang sebagai sarana penyaluran emosi yang cukup ampuh entah itu negative ataupun positive.Musik mengandung sebuah kekuatan yang abstrak yang mampu menyatukan dan menciptakan sebuah emosi.Pertanyaannya,siapa yang lebih rentan?

Saya pernah membaca artikel yang memberikan daftar lagu yang sebaiknya tidak didengarkan karena mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri.Menurut dugaan saya,sebenarnya orang ini sudah memiliki niatan untuk melakukan bunuh diri.Kematian adalah sesuatu yang menakutkan karena itu keputusan untuk mempercepatnya bukanlah hal yang sederhana.Tampaknya keraguan mendorongnya mencari solusi untuk memperkuat hasrat dan keyakinan bahwa ia pantas mati.Sama seperti dampak musik terhadap proses belajar seseorang.Menurut penelitian,mendengarkan musik terutama klasik akan mendorong otak berada pada fase beta,dimana dalam keadaan ini orang akan lebih rileks namun tetap waspada.Musik sepertinya tidak secara langsung menjadikan kita cerdas.Namun dalam keadaaan tenang tanpa tekanan,otak kita akan lebih mudah dalam menerima pelajaran sehingga segalanya dapat terserap dan tersimpan dengan baik didalam memori kita.’Lagu kematian’ sepertinya tidak sekuat itu untuk mendorong orang secara tergesa-gesa ingin mengakhiri hidupnya.Meskipun bisa jadi ia cukup berkontribusi dalam keputusan yang menyedihkan itu.Tentunya penelitian lebih lanjut diperlukan.Kita sebaiknya tidak mudah menyeburkan diri kedalam teori yang abu-abu.

Sebelumnya saya menyinggung soal ‘peringatan’ yang mengusik kebahagiaan.Sama seperti seorang fans yang begitu tergila-gila kepada idolanya.Mereka secara sengaja mengabaikan fitrah seorang manusia yang sangat-sangat jauh dari kesempurnaan.Segala keburukan dihilangkan dan siapapun yang menggalinya akan menjadi musuh.Ini dengan mudahnya kita temui di media sosial dimana sesama manusia,sesama penikmat,sesama ‘hamba’ saling bertengkar hanya karena satu orang mengutarakan opininya yang dianggap telah menghina sang idola.Padahal ini karena mereka mengutamakan syahwat dibanding akal sehatnya.

Syahwat mengeraskan hati.Membuatnya menjadi batu.Tak terima peringatan yang berbau religi. Mengabaikan rasionalitas dalam menganalisa sebuah emosi.Kecenderungan untuk selalu bahagia menciptakan kebencian pada keterpurukan.Kesedihan pun tercipta dan menghilang seiring berakhirnya suara alunan yang merdu.Keceriaan dipaksakan melalui bit-bit yang hop dan hip.Semangat berapi tercipta lewat lantunan.Air mata jatuh oleh balada.Seberapa jauh kah suara membawaku ?

Beberapa hari yang lalu saya berada pada fase kemalasan tingkat sedang.Seperti kebanyakan orang yang dilanda kemageran dan kebosanan,saya juga mencari solusi untuk memberantas moment yang mengerikan itu.Time killer.Saya mencari kegiatan yang menyenangkan dan sanggup membunuh waktu namun tidak membutuhkan tenaga,otak,dan fisik yang ‘prima.’ Semakin sedikit pergerakan semakin besar kemungkinan kita menghabiskan waktu dalam kegiatan yang tidak penting bukan?

Mata dan telinga saya akhirnya tertarik pada sebuah video yang menampilkan seorang kontestan dan juri berduet menyanyikan sebuah lagu.Korean song.Breath by Lee Hi.K-Pop saat ini memang begitu berjaya di Indonesia. Saya tidak tahu lagunya bagaimana,tentang apa,penyanyinya seperti apa,arti dari liriknya apa.Ini sekaligus menguji kembali respon perasaan saya terhadap ‘emosi’ yang terkandung dalam sebuah lagu.Lalu,apa hasilnya?

Hmm..lagu yang bagus..saya tidak paham liriknya..namun..saya merasa lagu itu sangat emosional dan mendalam.Beruntunglah saya tidak menyelam terlalu dalam sehingga tidak menciptakan ‘kesedihan palsu’ (pada saat itu saya dalam keadaan tidak sedih dan tidak bahagia,undefined) bisa saja otak ini dipaksa membuat skenario yang begitu dramatis.Belakangan saya diberitahu bahwa penulisnya adalah member salah satu boyband korea yang meninggal karena bunuh diri akibat depresi yang dideritanya.Saya hanya mendengarkan lagunya sekali dan tidak berniat mengulanginya.Bukan karena alasan mistis,supranatural,atau alasan ‘kegelapan’ lainnya.Saya hanya berusaha menjaga emosi ini selalu dalam keadaan ‘netral’.Tidak mudah tergerak dalam sebuah angka,nada,lantunan dan instrument yang indah.

Campbell (Efek Mozart,1997) mengungkapkan bahwa efek-efek luar biasa bunyi-bunyi yang ditimbulkan sendiri seperti nada,nyanyian,mantra&rap,bukan saja mendekatkan kita ke roh ilahiah,melainkan juga pada tingkat yang lebih duniawai dan praktis,menawarkan cara-cara untuk meringankan rasa sakit,mengendalikan ketegangan sehari-hari&meningkatkan vitalitas (dikutip dari buku J.Julia Pendidikan Musik:Permasalahan dan Pembelajarannya).Tidak heran mengapa para sufi menggunakan musik dan tarian untuk lebih mendekatkan mereka kepada Tuhan.Tentu saja kita lebih memilih Sang Pencipta daripada si pembuat onar (satan).Ini bukan pengetahuan baru bagaimana musik seringkali menjadi perantara dalam melakukan ritual satanic.Bahkan dikatakan bahwa musik adalah seruling setan.Hal ini mengingatkan kita pada bencana konser Astroworld yang mengakibatkan 9 orang meninggal dunia dan 300 diantaranya luka-luka (CNN Indonesia).Konspirasi menyeruak.Namun,dengan jumlah penonton sebanyak 50.000 rasanya cukup masuk akal jika terjadi gesekan,desakan,dorongan yang membuat nafas sesak dan akhirnya pingsan.

Musik menjadi salah satu wahana terbaik dalam membangkitkan imajinasi seseorang.Lagu dibuatkan video klip.Film memiliki original soundtrack.Nampak mereka melakukan kerjasama yang baik dalam ‘menjerumuskan’ kita kedalam khayalan pada tingkatan tertentu.Movie freaks,memiliki stok scene yang banyak di otakknya.Membuatnya lebih mudah masuk kedalam dunia fantasi.Pendengar setia musik tapi jarang menonton film (meskipun mereka yang gila musik juga biasanya adalah penonton setia film),sanggup berkhayal melalui kepingan-kepingan kesedihan dan kebahagiaan di masa lalu (masa depan?) dimulai dari ‘Do dan kadang belum berakhir dibunyi do’.Saya pernah membaca sekilas buku diperpustakaan yang sampai saat ini membuat saya kesal karena lupa dengan judulnya dan belum sempat menyelesaikannya.Ia mengatakan bahwa setelah keluar dari bioskop orang tidak akan bisa secara langsung kembali ke dunia nyata.Dibutuhkan beberapa saat untuk menyadarinya.Entah hal ini berlaku sama dengan musik.

Mungkinkah kesedihan dan kebahagiaan itu fiktif hasil kerja otak di dunia fantasi ataukah merupakan kenyataan yang terlalu didramatisir?Bisa jadi tergantung dari intensitas kita dalam mendengarkan sebuah lagu ataupun menonton sebuah film.Semakin intens,rutin,dan disiplin kedua kegiatan ini maka semakin imajinatiflah kita.Sebenarnya saya ingin mengatakan semakin besar kemungkinan kita menjadi seorang pelamun.Tapi,lamunan merupakan hasil dari khayalan,sementara khayalan tidak memberikan apapun kepada penikmatnya selain waktu yang terbuang.Sebagian imajinasi melahirkan kreativitas.Musik dan film adalah sebuah karya.Dan mengakui adanya kebaikan didalamnya semoga tidak membuat kita menjadi un-religious.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Fitriani Fattah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler