x

pembelajaran pola bilangan 2

Iklan

ari sabilulungan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 November 2021

Minggu, 5 Desember 2021 05:37 WIB

Merdeka Belajar Melalui Pembelajaran Matematika Berdifernsiasi

pembelajaran matematika yang berpihak pada siswa dengan pendekatan pembelajaran matematika berdiferensiasi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah merdeka belajar adalah bebas belajar tanpa aturan? Tentu saja bukan itu maksud dari merdeka belajar. Merdeka belajar yang salah kaprah adalah menganggap bahwa kebebasan dalam belajar yang tanpa batas. “Ada yang mengira kemerdekaan di sini berarti kebebasan untuk melakukan apa pun, bebas mau belajar atau tidak, bebas mau mengerjakan tugas atau tidak. Namun sebenarnya esensi Merdeka Belajar bukan itu,” kata Nadiem, dalam webinar Merdeka Belajar dalam Peta Jalan Pendidikan”, Kamis (24/6/2021). Nadiem menilai, selama ini banyak peserta didik kesulitan mempelajari dan mendalami minat atau bidang pelajaran yang disukai. Oleh karena itu, Nadiem menyampaikan kebijakan Merdeka Belajar dirancang berdasarkan keinginan untuk memprioritaskan kebutuhan anak sebagai pelajar. Ia berharap, konsep Merdeka Belajar dapat menjadi solusi atas kebutuhan masyarakat. “Kami mendorong guru-guru untuk merancang metode pembelajaran berbasis project untuk memacu kreativitas peserta didik,” ujar Nadiem.

Jika kita merujuk pada kalimat diatas, maka merdeka belajar adalah pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengakomodir potensi dan karakteristik peserta didik sesuai dengan kemampuan peserta didik yang beragam. Dalam merdeka belajar, peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber pembelajaran, misalnya media cetak (buku paket, buku fiksi, buku non fiksi, dan lainnya) atau media digital (ebook, google, youtube, dan lainnya) sesuai dengan keinginan dan minatnya masing masing.

Menurut filosofi Ki Hajar dewantara (KHD) bahwa pembelajaran harus: (a) Mampu untuk menghamba pada anak, artinya pembelajaran yang dilaksanakan harus berpihak pada peserta didik, disesuaikan dengan karakter dan potensi peserta didik. (b) Guru merupakan among (mengasuh) dan pamong (pembimbing) dalam pembelajaran serta (c) setiap peserta didik memiliki kodrat alamnya masing- masing yang dibawa sejak lahir, akan tetapi guru harus menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kodrat zaman (era digitalisasi). Artinya dalam pembelajaran yang dilaksanakan harus kekinian sesuai dengan zaman dan tetap harus selalau berpihak pada peserta didik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu pendekatan pembelajaran yang kekinian adalah pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru akan dapat mengakomodir potensi dan kemampuan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dirancang oleh guru yang berorientasi pada peserta didik. Dalam pembelajaran berdiferensiasi maka kita dapat mengelompokan peserta didik berdasarkan: (a) Kesiapan belajar peserta didik (tidak paham, sudah memahami, mahir), (b) Minat peserta didik (matematika dan sains, bahasa dan sosial, budaya dan seni, dan gerak olahraga), (c) Profil belajar peserta didik (visual, auditori, dan kinestetik). Untuk itu Saya mencoba untuk mengimplementasikan merdeka belajar melalui pembelajaran matematika kekinian yang berdiferensiasi berdasarkan kesiapan belajar peserta didik.

Pada saat saya melaksanakan pembelajaran matematika di kelas VIII, pada materi pola bilangan, saya mengelompokan peserta didik menjadi 3 kelompok peserta didik yaitu: peserta didik yang belum memahami materi, peserta didik yang telah paham dan peserta didik yang mahir. Diawal pembelajaran saya membagikan Lembar Kerja Peserta Didik yang sama untuk setiap kelompok, akan tetapi sumber belajar yang digunakan berbeda. Untuk kelompok peserta didik yang belum memahami materi saya memberikan alat peraga berupa manik manik dan batang korek api untuk mempelajari materi pelajaran yang ada di Lembar kerja. Untuk kelompok peserta didik yang sudah memahami materi, saya memberikan buku paket dan bahan ajar cetak untuk dibaca dan dipelajari sehingga peserta didik kelompok tersebut dapat mengisi lembar kerja. Dan untuk kelompok peserta didik yang mahir saya memberikan kebebasan mereka untuk belajar menggunakan laptop dan handphonenya untuk mencari bahan dan materi pembelajaran baik dari google, instagram, youtube agar dapat menuliskan jawaban pada lembar kerja. Kegiatan ini cukup efektif karena sebagian besar peserta didik belajar dengan cara dan kemampuannya masing-masing. Lalu apa yang terjadi? Peserta didik yang belum paham materi dapat belajar dengan baik karena terbantu dengan alat peraga konkrit. Peserta didik yang telah mahir juga makin mendalami materi karena mereka lebih mampu untuk menganalisis pola bilangan. Begitu pula kelompok yang sudah paham, peserta didik dapat belajar dari buku paket dan e-book digital. Di akhir pembelajaran setiap kelompok mempresentasikan hasil belajarnya di depan kelas.

Praktek pembelajaran ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya, kenapa? Karena saya sangat senang melihat antusiasme belajar peserta didik baik yang berkemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah. Mereka berbaur dan dapat berdiskusi dengan gayanya masing-masing sehingga mereka mampu mengambil kesimpulan dalam menentukan pola bilangan.

Setelah pembelajaran saya memberikan alat penilaiannya berupa tugas untuk menggambarkan pola bilangan selanjutnya dengan menggunakan poster, gambar, powerpoit, atau lainnya. Peserta didik memfoto tugasnya dan menguploadnya di media sosial yang peserta didik miliki (ada yang melalui instagram, youtube, facebook dan lainnya). Ternyata hal ini memberikan pengaruh pada motivasi dan semangat peserta didik untuk belajar matematika. Berdasarkan padlet refleksi setelah pembelajaran sebagian besar peserta didik menyukai pembelajaran matematika, artinya semangat dan motivasi belajar semakin meningkat.

Berdasarkan praktek pembelajaran yang telah dilakukan maka merdeka belajar dalam pembelajaran adalah pembelajaran yang sesuai dengan kodrat zaman.  Guru harus mampu untuk menyesuaikan pembelajaran yang terkait dengan digitalisasi yaitu guru harus mampu mengusai komputer dan teknologi untuk pembelajaran sehingga pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi berpusat kepada peserta didik. Semoga dengan pembelajaran matematika kekinian yang berdiferensiasi mampu untuk menumbuhkan potensi dan karakter unik peserta didik agar dapat berkembang sesuai dengan kodrat zaman. Hal tersebut dapat menjadi bekal peserta didik untuk mencapai wellbeing (kesejahteraan hidup) dimasa yang akan datang.

Keyword: merdeka belajar, pembelajaran berdiferensiasi, wellbeing.

Ikuti tulisan menarik ari sabilulungan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu