x

Iklan

Dini Rahmawati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Desember 2021

Minggu, 5 Desember 2021 05:57 WIB

Mendorong Bermain Bebas untuk Meningkatkan Perkembangan Anak Usia Dini

Membesarkan anak merupakan salah satu cara untuk membentuk masyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang. Namun, kita tidak bisa melupakan masa kini mereka hanya karena harapan kita. Memberi kesempatan anak untuk bermain adalah memberi kesempatan untuk tetap menjadi diri mereka sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Maria Montessori, seorang dokter dan pendidik asal Italia dan pencipta metode Montessori, dikenal dengan misinya untuk mendorong naluri alami anak untuk bermain. Salah satu kutipan terkenalnya adalah "pekerjaan anak adalah bermain". Bermain bebas atau bermain spontan didefinisikan sebagai aktivitas di mana anak-anak terlibat langsung untuk menghibur atau menyibukkan diri dengan kegiatan yang dipimpin oleh anak, bersifat spontan, dan tidak terstruktur. Jenis bermain ini harus dibedakan dari bermain terstruktur, seperti olahraga yang memiliki peraturan tertentu atau permainan yang dipimpin oleh orang dewasa. 

Bermain dapat dikategorikan sebagai bermain bebas bila memiliki sejumlah kriteria yaitu harus fleksibel, termotivasi secara intrinsik, non-linear (tidak ada awal atau akhir yang spesifik), dan harus memberikan dampak positif bagi anak seperti rasa senang atau kegembiraan.

Walaupun bermain tampak seperti kegiatan yang tidak cukup dibutuhkan dalam kehidupan zaman sekarang yang cenderung hiper-kompetitif dan berfokus pada akademis. Terdapat banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan memberikan anak-anak kesempatan untuk sering bermain--khususnya, permainan yang bebas,dan spontan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melalui bermain, anak-anak dapat mengenal diri mereka sebagai individu, misalnya mengenal hal-hal yang mereka sukai atau tidak sukaidan memahami kompetensi yang mereka miliki. Anak-anak juga dapat lebih mengenal orang lain, belajar berteman yang baik, dan meningkatkan keterampilan sosial merekaseperti kerjasama, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan mengikuti aturan. Selain itu, bermain akan membantu mengembangkan kemampuan sosial dan emosional anak dengan mencoba hal baru dalam kegiatan yang menyenangkan. Terakhir dan tidak kalah penting, bermain juga mampu membantu anak untuk meningkatkan kebahagiaan sehingga mereka bisa lebih sejahtera.

Sayangnya, karena faktor eksternal seperti meningkatnya tekanan akademis, kontrol orang tua dan orang dewasa lainnya yang lebih intensif, serta berkurangnya calon teman bermain, dalam setengah dekade terakhir terlihat kesempatan anak-anak untuk terlibat dalam bermain semakin menurun , terutama di bermain bebas di alam luar. 

Di Indonesia, khususnya di wilayah perkotaan, akses ke ruang terbuka yang aman dan mudah diakses juga sangat terbatas. Sedangkan kesempatan untuk bermain di tempat-tempat lain seperti sekolah menjadi terbatas karena anak-anak semakin dihadapkan dalam kegiatan akademis yang lebih lama.

Pandemi yang terjadi selama dua tahun terakhir ini mengakibatkan ruang gerak dan kesempatan bermain anak semakin terbatas. Selama pandemi berlangsung, banyak ruang terbuka ditutup. 

Pelaksanaan sekolah juga dibatasi pada pembelajaran di rumah.Ini berarti sebagian besar anak tidak dapat bertemu dengan teman sebayanya selama pandemi. Di rumah, bisa jadi anak-anak tidak memiliki saudara kandung yang sebaya untuk berinteraksi, terikat oleh ruang terbatas di rumah mereka, atau dibebani oleh pengawasan terus-menerus dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

Kurangnya kesempatan bermain berdampak pada anak-anak, terutama peningkatan perilaku dan gangguan psikopatologis, seperti kecemasan, depresi, peningkatan angka bunuh diri, penurunan rasa kontrol pribadi, serta peningkatan narsisme. Uniknya, berkurangnya kesempatan bermain juga berkaitan erat dengan meningkatnya gangguan belajar, dan tentunya dengan penurunan kesehatan fisik anak.

Dengan adanya pembicaraan tentang revisi kurikulum atau metode penilaian di sekolah yang cukup intensif belakangan ini, satu topik yang sering diabaikan adalah usaha untuk memberikan lebih banyak kesempatan bagi anak-anak untuk bermain. Menciptakan peluang bermain untuk anak-anak tidak hanya melibatkan individu, tetapi juga restrukturisasi pola pikir mengenai pengalaman anak-anak. 

Sebagai orang dewasa, kita perlu mengakui kebutuhan anak-anak untuk bermain. Setelah pola pikir ini diselesaikan, kita dapat membuat kebijakan dan struktur yang memungkinkan lebih banyak permainan.

Mengubah struktur dan kebijakan bisa jadi rumit, tetapi ada satu hal yang dapat dilakukan orang dewasa untuk mendorong permainan bebas di antara anak-anak. Kuncinya adalah memberikan kepercayaan pada anak. Dengan membiarkan anak-anak tetap menjadi anak-anak, memperbolehkan mereka untuk menjelajahi lingkungan mereka, dan tetap terbuka terhadap keingintahuan akan memungkinkan merekamendapatkan manfaat penuh dari keuntungan bermain bebas. 

Mempermudah kesempatan anak-anak untuk bermain dengan teman sebaya dan menciptakan aturan dan struktur sosial secara alami melalui bermain akan menanamkan nilai-nilai sosial dan rasa kebersamaan yang sangat dibutuhkan di dunia saat ini.

Bagaimana kita bisa mencapai hal ini? Guru harus mengalokasikan lebih banyak waktu untuk bermain di hari belajar. Bukan permainan yang diarahkan oleh guru untuk mengajarkan poin-poin tertentu dalam kurikulum, tetapi membiarkan anak-anak bebas berkeliaran dan bermain di ruang terbuka. Di lain sisi, orang tua harus mengizinkan anak-anak untuk mengeksplorasi dan mengajukan pertanyaan dan jika memungkinkan, biarkan mereka terlibat sepenuhnya dengan teman sebayanya dengan pengawasan terbatas.

Masyarakat juga harus berkontribusi dalam upaya untuk menciptakan lingkungan yang aman untuk dijelajahi oleh anak-anak.Membesarkan anak merupakan salah satu cara untuk membentuk masyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang. Namun, kita tidak bisa melupakan masa kini mereka hanya karena harapan kita. Memberi kesempatan anak untuk bermain adalah memberi kesempatan untuk tetap menjadi diri mereka sendiri.

Ikuti tulisan menarik Dini Rahmawati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu