Menjadi guru di sekolah kecil dengan membawa konsep merdeka belajar merupakan tantangan dan keindahan yang harus penulis lakukan. Bagaimana tidak di sekolah penulis harus melakukan pendekatan dengan berbagai metode agar siswa dapat memahami apa yang kami sampaikan. Dengan mengusung konsep merdeka belajar, maka sajian kurikulum yang ada penulis kemas dengan menarik dan berbobot.
Penulis sebagai guru tidak bisa memakai pakem lama dengan hanya mengandalkan secara kaku. Harus mampu mengejawantahkan prinsip merdeka belajar, yaitu siswa sebagai ‘siswa sebagai subjek pendidikan’. Penulis berupaya untuk switch minds (mengalihkan pikiran) dari metode yang kaku menjadi lebih luwes dan mampu menyerap kebutuhan siswa.
Penulis memahami betul bahwa setiap masa ada zamannya. Maka penulis tidak boleh memaksakan pola pembelajaran yang tertanam pada masa lalu untuk diterapkan pada siswa pada saat ini-hal itu tentunya dengan disertai kerangka pikir bahwa tetap banyak nilai luhur pada masa lalu yang layak bahkan wajib untuk ditanamkan. Bahwa siswa mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, karena notabene siswa mempunyai bakat lahir dari Tuhan.
Ki Hadjar Dewantara pernah berpesan agar pendidikan yang ada memperhatikan keseimbangan antara cipta, rasa, dan karsa. Sehingga transformasi nilai bisa menjadi bagian dari pendidikan itu sendiri. Hal itulah yang penulis pegang dalam filosofi pendidikan yang penulis pegang-bahwa pendidikan sangat berbicara tentang nilai, bukan hanya kepentingan ekonomi.
Maka pengalaman penulis mengajar selama ini, dan ditempa kemudian dengan konsep merdeka belajar menjadikan penulis lebih terlecut dan bersemangat untuk mengembangkan diri sendiri pribadi untuk kemajuan anak bangsa agar lebih unggul dan mempunyai budaya tanding.
Andik Rahmanto,
Praktisi dan Pemerhati pendidikan.
Ikuti tulisan menarik Andik Rahmanto lainnya di sini.