Wilayah desa menjadi salah satu hal yang paling sering dibahas dalam diskursus mengenai pembangunan. Sayangnya, berbagai kebijakan yang menyasar pada pembangunan desa kebanyakan masih berparadigma kolonial. Masyarakat desa dipandang sebagai masyarakat primitif dan terbelakang yang tidak mungkin dapat maju dengan sendirinya, maka intervensi dari pihak luar dianggap wajib sebagai syarat utama pembangunan wilayah desa. Padahal, setiap wilayah punya cara sendiri dalam mengelola kehidupannya yang telah selaras dengan karakteristik kepribadian dan kultur masyarakatnya.
Pembangunan berparadigma kolonial yang mengabaikan, atau bahkan berusaha menghilangkan, nilai-nilai lokal yang telah ada terbukti sering membawa kegagalan. Penyebabnya beragam, mulai dari ketidakmampuan kebijakan dalam memberikan solusi yang sesuai dengan karakteristik masyarakat atas masalah yang dihadapi, hingga resistensi dari masyarakat itu sendiri. Maka cara pembangunan desa yang tepat bukanlah intervensi penuh dari pihak eksternal dengan berusaha mempenetrasikan nilai-nilai baru yang dianggap lebih maju dan canggih sambil menyapu bersih nilai-nilai lama yang dianggap terbelakang, melainkan dengan melihat nilai-nilai yang telah ada sebagai acuan dalam pembangunan serta memberdayakan nilai-nilai tersebut agar mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Program KKN Tematik yang digagas Universitas Diponegoro (Undip) berkolaborasi dengan platform Exovillage berusaha menerapkan model pembangunan ini. Exovillage sendiri merupakan sebuah platform yang mengekspos berbagai potensi desa di seluruh wilayah Indonesia. Baik potensi berupa destinasi wisata, kuliner, UMKM, hingga aktivitas sosial-budaya. Dengan mengusung tema pemetaan potensi desa dalam dalam upaya pencapaian SDG's, KKN ini diharapkan memberi kontribusi berupa ide dan sarana bagi desa dalam memanfaatkan potensinya di era digital. Melalui program kerja pemetaan potensi desa, pemberdayaan masyarakat, literasi digital, dan pembuatan roadmap, apa yang diusung melalui KKN ini diharapkan dapat berlangsung secara berkelanjutan.
KKN yang kami lakukan di Kelurahan Cangkiran, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, telah mengidentifikasi 8 spot yang mencakup destinasi wisata, kuliner, dan UMKM. Pada spot destinasi wisata, ada Kampung Tematik Sayur, taman rekreasi keluarga JJ Park, Kebun Bibit Disperkim, dan tempat bersantai sore menikmati sunset bernama Suling. Pada spot kuliner ada resto Joglo Kumpul-Kumpul yang menyajikan hidangan khas Jawa beserta view pemandangan sawah dan kebun. Sedangkan pada spot UMKM ada usaha Patung Tari Art, Ukiran Hasim, serta tiwul ayu. Pelibatan masyarakat juga dilakukan melalui program kaderisasi di mana kami mengajak pemuda karang taruna untuk mengelola laman desanya di Exovillage. Para kader nantinya akan menjadi penerus program KKN dalam hal promosi potensi desa sehingga program yang telah dilaksanakan dalam kegiatan KKN dapat berkelanjutan.
KKN Tematik Undip x Exovillage mengusung paradigma pembangunan baru di mana wilayah desa tidak dipandang sebagai masyarakat penganut nilai-nilai primitif yang terbelakang. Masyarakat desa telah memiliki berbagai macam potensi dan mampu memanfaatkan potensi tersebut untuk kemajuan wilayahnya. Apa yang dilakukan dalam kegiatan KKN ini bukanlah menyapu nilai-nilai lokal yang telah ada, melainkan mendorong nilai-nilai lokal tersebut untuk dapat dimanfaatkan dengan optimal seiring dengan perkembangan zaman di era digital.
Ikuti tulisan menarik KKN Exovillage Cangkiran lainnya di sini.
