x

orang sedang menulis

Iklan

maulia assilmy

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Desember 2021

Minggu, 26 Desember 2021 18:09 WIB

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menulis Karya Sastra

Artikel ini menggambarkan tentang kemampuan berpikir kritis dalam menulis karya sastra, menjelaskan bagaimana berpikir kritis ini dapat dikembangkan dalam menulis suatu karya sastra dan sastrawan pasti akan memahami bahwa menulis sebagai media atau alat yang digunakan untuk menuangkan ide dan gagasan yang terdapat pada pikirannya ke dalam tulisan serta melatih seseorang mengorganisasi pikirannya secara kritis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam menulis, menulis adalah suatu keterampilan yang membutuhkan kemahiran berbahasa. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit, karena sekalipun maksud atau makna yang diungkapkan dalam tulisan itu sangat baik dan jelas, tidak semua informasi komunikatif pengarang dapat dipahami oleh pembaca. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, kegiatan menulis dan berpikir sangat erat kaitannya. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat bertukar pikiran, dan melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan keterampilan menulis kemudian pada pembelajaran sastra, sastra ini mempunyai peran yang strategis dan penting untuk membantu manusia muda Indonesia menjadi individu yang cerdas karena karya sastra merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Pengarang sebagai anggota suatu masyarakat yangmengekspresikan nilai-nilai dan pandangan-pandangan hidup yang ada di dunianya dan diekspresikan atau dimediasi melalui bahasa untuk dibaca seseorang.

Kegiatan menulis dan berpikir kritis itu saling berkaitan. Hubungan ini adalah (1) Menulis adalah kegiatan berpikir (kritis). Berpikir kritis berperan penting dalam berkolaborasi untuk menemukan alasan dan kesimpulan yang tepat. Berpikir kritis adalah kegiatan analisis, sintesis dan analisis.
Begitupula, sastrawan yang berpikir kritis mengetahui bagaimana menggunakan informasi untuk memecahkan masalah, menemukan sumber informasi yang relevan untuk dirinya sendiri, dan dapat menarik kesimpulan dari apa yang diketahuinya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan berpikir kritis sastrawan mengalami proses kognitif dalam menulis. Misalnya, menghasilkan dan mengorganisasikan, mengungkapkan ide, dan menulis ide dari hasil analisis, sintesis konsep yang telah disusun sebelumnya, dan berbagai pengetahuan (termasuk memahami apa yang dibutuhkan pembaca) yang diperoleh penulis dengan mempertimbangkan strategi menulis.

(2) Wahana mengungkapkan pemikiran kritis. Menurut Olsen, menulis dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan, mengembangkan, dan menganalisis kemampuan berpikir. Menulis merupakan kegiatan atau cara berlatih yang dapat menjadikan keterampilan berpikir sastrawan menjadi lebih penting. Ketika seorang penulis sedang berpikir, serangkaian gambar hal-hal yang tidak ada akan muncul di benaknya. Jika penulis tidak mampu, bagaimana penulis dapat merekam, membujuk pembaca, memberitahu pembaca atau mempengaruhi pembaca? Mengatur pikirannya dengan benar? Menulis merupakan media kemampuan berpikir analitis. Keaslian kemampuan berpikir seorang penulis dapat dilihat dari cara berbahasanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Maka dari itu dibutuhkan media nyata yang bersifat aktif dan produktif seperti menulis sebagai media atau alat yang digunakan untuk menuangkan ide dan gagasan yang terdapat pada pikirannya ke dalam tulisan serta melatih seseorang mengorganisasi pikirannya secara kritis. Seperti yang dikatakan oleh Syafi’i bahwa salah satu substansi retorika menulis adalah penalaran yang baik. Proses berpikir yang hanya merupakan konsep-konsep abstrak di dalam pikiran membutuhkan media untuk mengungkapkannya. Media yang dapat mewadahi pemikiran seseorang tersebut adalah menulis.

Nurchasanah & Widodo mengungkapkan bahwa menulis memiliki sejumlah kelebihan berikut: (1) permasalahan yang rumit dapat dipaparkan secara jelas dan sistematis melalui tulisan, (2) angka, tabel, grafik, dan skema dapat dipaparkan dengan mudah melalui tulisan, (3) tulisan lebih mudah digandakan melalui bantuan teknologi reproduksi, (4) karya tulis memiliki daya bukti yang kuat, (5) tulisan memiliki sifat permanen, karena dapat disimpan, dan (6) tulisan lebih mudah diteliti, karena dapat diamati secara perlahan dan berulang.

Menulis akan mempermudah seseorang merekam dan mengingat hasil pemikirannya sendiri atau orang lain untuk memperoleh pengetahuan yang diberikan penulis, karena dengan menulis pemikiran akan bersifat permanen dan dapat digandakan. Aktivitas menulis tidak akan pernah lepas dari proses berpikir. Menulis adalah salah satu aktivitas berbahasa untuk menuangkan pikiran dan perasaan. Menulis merupakan sebuah kesempatan yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan (Munandar, 2002). Proses berpikir akan dapat menentukan kualitas tulisan, karena tulisan merupakan ungkapan ide dan gagasan kritis yang dimanifestasikan dari keterlibatan proses berpikir. Tanpa melibatkan kemampuan berpikir kritis yang bernalar dan rasional maka tulisan yang dihasilkan akan berkurang kualitasnya.

Jadi, karena karya sastra merupakan adalah kreativitas seseorang terhadap pikiran, perasaan dan ide atau hasil imajinasi seseorang yang diambil dari kehidupan yang bisa menjadi sumber inspirasinya, pasti bagi seseorang sastrawan menulis karya sastra suatu proses pengungkapan gagasan yang cerdas dengan bahasa yang cermat melalui cara berpikir yang kritis dan kreatif dan memaparkan dengan teknik penulisan yang akurat berbagai dukungan otensitasnya.

Ikuti tulisan menarik maulia assilmy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu